Peninggalan monumental Wahyu Sulaiman Rendra, kompleks Bengkel Teater, tidak akan merana meski sang Maestro telah berpulangKeluarga dan aktivis Bengkel Teater bertekad melanjutkan obsesi seniman karismatik itu
BACA JUGA: Pesawat Rakitan yang Terbang sampai Malaysia
Selain meninggalkan ribuan puisi dan sajak, Rendra memang meninggalkan kompleks seluas tiga hektarAGUNG PUTU I, Jakarta
PULUHAN karangan bunga duka cita masih terpajang di pelataran aula Bengkel Teater Rendra di Citayam, Depok, Sabtu lalu (15/8)
BACA JUGA: Penyelam-Penyelam Cilik saat Pemecahan Rekor Dunia Sail Bunaken 2009
Mengering dan layuBACA JUGA: Noordin M. Top, Putra Juragan Sawit yang Dikenal Santun (1)
Warna-warna kertas hias mulai memucat.Sudah seminggu lebih karangan bunga tersebut berada di situTepatnya, sejak Rendra wafat pada 6 Agustus laluSore itu, Sudibyanto, memasukkan satu per satu karangan bunga itu ke aulaMendung memang menggantung"Mau hujanDimasukkan ke aula agar tidak rusak," kata pria yang akrab dipanggil Dibyo tersebut
Pria gondrong itu adalah adik Rendra ke delapanMereka sebenarnya sembilan bersaudaraRendra anak keduaKakak Rendra meninggal ketika berusia lima tahun"Jadi, saya sama Mas Willy (panggilan Rendra, Red) itu sama-sama keduaDia anak kedua dari depan, sedangkan saya anak kedua dari belakang," katanya sambil mempersilakan duduk di dipan kayu di depan aula
Dipan tersebut menghadap dua keran air yang menancap di tembok setinggi dengkul orang dewasaDi atas tembok, terdapat empat gelas mungilKeran-keran itu memang menyediakan air layak minumPara artis atau pengunjung makam bisa langsung memutar keran dan menenggak airnya"Air ini diambil dari lapisan air murni di bawah tanahDibor kemudian dipompa ke permukaan," jelas Dibyo"Dulu dibor pake bor khusus penambangan milik Setiawan Djody," lanjutnyaSetiawan Djodi adalah pengusaha tanker minyak yang juga pemusik teman karib Rendra.
Meski sederhana, kompleks Bengkel Teater milik Rendra itu punya fasilitas memadaiBisa disebut sebagai "desa mandiri"Ada sumber air sendiri, ada peternakan (ayam, ikan, dan kambing), juga lahan persawahan
Selain itu, ada rumah pribadi Rendra yang biasa disebut Rumah LampungAda guest house, juga aulaBeberapa toilet yang bersih dan modern dibangun di pinggir jalan setapak yang membelah kompleksSuasananya ademPohon-pohon rimbun dan besar mendominasi ruang-ruang kosong di lahan seluas tiga hektare itu
Di bagian belakang kompleks terdapat pemakaman keluargaAda delapan jenazah yang dimakamkan di lahan seluas dua kali lapangan voli tersebutMereka adalah keluarga Rendra, anggota Bengkel Teater, juga Mbah SuripKompleks tersebut mulai dibangun setelah Rendra dan Bengkel Teaternya sukses menggelar Panembahan Reso di beberapa tempat di Eropa dan di Istora Senayan pada 1986.
Sepeninggal Rendra, kata Dibyo, Bengkel Teater tetap hidupRendra bagi aktivis Bengkel Teater adalah pembuka jalanYang sudah dia lakukan menjadi petunjuk bagi rekan-rekannya untuk melanjutkan"Seperti kata Mas Willy, patah tumbuh hilang berganti," ujar lelaki 62 tahun itu
Keluarga baru saja memperingati tujuh hari meninggalnya Rendra, Jumat (14/8)Kini, mereka fokus pada peringatan 40 harinyaMenurut rencana, peringatan tersebut digelar di dekat makam penyair berjuluk si Burung Merak ituSebuah panggung akan dibangun di samping makamSejumlah penyair dan dramawan di tanah air bakal diundangAntara lain, Putu Wijaya, Butet Kertaredjasa, dan orang-orang dekat Rendra"Semua orang diundang untuk menyajikan karya untuk Rendra," kata Dibyo.
Lebih lanjut Dibyo menjelaskan, keluarga dan kerabat dekat Bengkel Teater akan melanjutkan obsesi Rendra pada kompleks tersebutRendra, kata Dibyo, sangat terobsesi menjadikan kompleks tersebut menjadi hutanSejumlah tanaman hutan tropis yang keras dan lebat didatangkanMulai pohon kenari, jati mas, dan pohon-pohon hutan lain yang langka
Saking terobsesinya menghutankan kompleks tersebut, Rendra turun langsungDia mengatur dengan detail jenis pohon yang harus ditanam di tempat-tempat tertentu"Mas Willy itu kalau mengatur tanaman seperti mengatur blocking (pengaturan posisi dan peran pemain di panggung, Red)Di sini kamu begini, di sini begituOrang-orang tinggal menandai dan menurut saja," tutur Dibyo lantas tersenyum kecil.
Pohon-pohon tersebut tidak dibeli dari kocek Rendra"Ada saja yang menyumbangMisalnya, Menteri Kehutanan M.SKa?ban," kata DibyoPolitikus Partai Bulan Bintang itu menyumbang ribuan bibit pohonKadang, ketika tampil di pergelaran seni, Rendra tidak minta dibayar uangTapi, dengan bibit pohon yang belum banyak tumbuh di kompleks tersebut"Biasanya, itu untuk anak-anak SMA atau perguruan tinggi yang tidak mampu bayar penuh," kata Dibyo sambil nderenges.
Iwan Burnami, adik ipar Rendra, juga mengatakan keluarga dan rekan-rekan Rendra bakal melanjutkan obsesi seniman tersebutSelain menanam berbagai jenis pohon, sejumlah lahan kosong di Bengkel Teater bakal dibangun
Pria yang menikahi adik Ken Zuraida itu menunjuk sebuah kolam ikan di depan Rumah LampungLetak kolam ikan itu sekitar lima meter di bawah Rumah LampungLuasnya sekitar 100 meter persegi"Itu mau dibangun amphitheatre agar bisa dipakai untuk pertunjukan," katanya.
Sejumlah titik di kompleks tersebut bakal dibangun pendapa-pendapaSelain sebagai tempat mangkal para aktivis teater, pendapa tersebut bisa digunakan sebagai tempat singgah bagi pengunjung makamSambil berziarah, mereka bisa ngadem sejenak di antara pohon-pohon yang tumbuh besar.
Pria yang menyemir cokelat rambutnya itu mengatakan, kompleks Bengkel Teater memang potensialLahannya luasKalau hanya untuk permukiman, jelas tidak optimal pemanfaatannyaKarena itu, dengan menghutankan kompleks tersebut, potensi lain bisa dimanfaatkanTempat tersebut bisa menjadi jujukan masyarakatHutan di tengah kota Depok"Mudah-mudahan jadi tempat rekreasi," harap lelaki 57 tahun itu
Dari mana pembiayaannya" Iwan menuturkan, mereka bakal mencari uang dengan menjual skenario-skenarioYang paling mungkin adalah membuat skenario untuk film-film lepas di televisiApalagi, istri Rendra, Ken Zuraida, memang ahli menulis skenario"Bahkan, sejak Mas Willy ada pun, Mbak Ida (panggilan Ken Zuraida, Red.) sudah banyak menulis skenario," katanya
Order sudah adaSebuah stasiun televsi nasional meminta Ken dan Iwan menggarap sebuah film khusus RamadanProses kontrak sedang berjalan"Kalau sudah pasti, nanti saja saya ceritakan," kilahnyaPria penggemar mobil klasik lansiran Volkswagen itu melanjutkan, mereka juga bakal merambah ke layar lebarApalagi, Iwan sudah tak asing lagi dengan dunia ituSkenario dibuat Ken, sementara dia yang mengurusi tetek-bengek lain
Iwan optimistis mereka tetap eksis tanpa menjual nama RendraSebab, bagaimanapun denyut nadi Bengkel Teater harus terus dilanjutkan dengan atau tanpa Rendra"Ini sama seperti duluKetika Mas Willy dipenjara, kami terus jalanSekarang kami juga harus jalan terus," ujarnya
Iwan yang juga membina Teater Baling-Baling itu mengatakan, pengelolaan Bengkel Teater tetap ditangani Ken ZuraidaKen memang salah seorang yang mengatur Bengkel Teater ketika Rendra masih adaDia juga yang mengatur manajemen pengelolaan kawasan tersebut"Mbak Ida pasti mampuWong dulu itu Mas Willy malah yang sering keliling, Mbak Ida yang nangani semuanya" tuturnya(*/cfu)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (2-Habis)
Redaktur : Tim Redaksi