Simpang siur seputar kabar kematian Noordin MTop disikapi dengan pasrah oleh keluarga Pesantren Luqmanul Hakim, Johor, Malaysia
BACA JUGA: Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (1)
Di pesantren itulah istri Noordin, Siti Rahmah, bersama anak dan orang tuanya tinggalZULHAM MUBARAK, Johor, Malaysia.
HUJAN rintik menyapu sebagian wilayah Kampung Sungai Tiram, Johor, Malaysia, pagi kemarin
BACA JUGA: Munfiatun, Istri Kedua Noordin M. Top ketika Suaminya Gencar Diberitakan Tewas
Kompleks perumahan di Jalan Rabani di areal Pesantren Luqmanul Hakim yang dikelilingi perkebunan sawit itu sepi.Pintu rumah dan jendela tertutup rapat
BACA JUGA: Munfiatun, Istri Kedua Noordin M. Top ketika Suaminya Gencar Diberitakan Tewas
Masuk waktu duhur, seorang pria 60-an tahun masuk musala, disusul seorang pemudaMereka lantas salat berjamaanSeusai salat, keduanya membaca Alquran ditutup dengan doaSamar-samar terdengar doa keselamatan yang ditujukan buat kerabat mereka, Noordin MTop"Kami hanya bisa pasrahApa bisa dikata," kata pria berambut putih itu sambil membenarkan letak Alquran"Kerabat hanya mampu berdoa agar (Noordin, Red) diberi keselamatan," lanjut pria yang menolak memberikan identitas itu.
Dia kemudian merapikan sejumlah buku yang berjajar di rak musalaTampak puluhan buku tebal berjajarSemuanya buku agamaBeberapa di antaranya diberi label dan nomor urutBuku-buku itu adalah sisa peninggalan tokoh-tokoh most wanted FBITermasuk, trio bomber (Muklas, Amrozi, dan Imam Samudra) serta Noordin MTop.
Sumber Jawa Pos di kepolisian setempat mengatakan, 80 persen referensi Islam di Pesantren Luqmanul Hakim telah di-screeningBahkan, berbagai dokumen yang tersimpan di pesantren tersebut sudah pada kategori "aman?"Buku di sini tersisa untuk bacaan keluarga saja, banyak didominasi ensiklopedia," kata seorang warga, sebut saja namanya AbuSekarang musala ini hanya dipakai untuk salat," lanjut pria tua itu.
Kata Abu, sebelum pesantren tersebut ditutup pemerintah Malaysia pada 2002, sekitar 300 murid menimba ilmu di situNoordin menjadi salah satu tenaga pengajar merangkap anggota dewan tinggi sekolahPesantren tersebut semula hanya tempat pengajian yang dirintis sejumlah ulamaMereka, antara lain, Ustad Abu Bakar Baasyir dan Abdullah SungkarJamaah pengajian yang dirintis pada 1989 itu kemudian berkembang menjadi sekolah formal pada 1992Noordin diangkat menjadi nadir atau kepala sekolah pada 1999
Ketika sekolah Luqmanul Hakim dituding sebagai sarang teroris, Polisi Diraja Malaysia mendatangi kompleks itu untuk mencari NoordinNamun, pria itu telah menghilang"Polisi tidak menemukan benda-benda berbahaya dan mencurigakan di sekolah ituMeski begitu, dengan pertimbangan keamanan murid-murid serta pengurus, pihak pengelola menutup sekolah Luqmanul HakimSampai sekarang gedung bekas sekolah dibiarkan kosong," kata Abu
Dia hanya diam ketika ditanya seperti apa pelajaran Islam yang diajarkan di pesantren itu"Tak seperti itulah (tudingan orang, Red)," katanya
Adik ipar Noordin, MFirdaus bin Rusdi, yang tinggal di kompleks perumahan itu juga memilih tak banyak berbicara ketika ditanya seputar berita kematian Noordin"Sudah pasti kami ikut sedih jika benar Noordin menjadi korban peluru Densus," katanya.
Dia menampik tudingan bahwa pesantren itu menyampaikan ajaran Islam garis kerasPendidikan Islam di situ, kata dia, hampir sama dengan yang diajarkan di Pondok Pesantren Darus Sa?adah di Jateng"Saye juge pernah ke Indonesia di Darus Sa?adah, tapi sudah lama lewat," kata Daus, panggilan akrabnya"Tak benar kite terorisKite ni biase saje macam awak," timpal rekan Daus.
Tokoh lain yang juga pernah menjadi anggota dewan direktur Luqmanul Hakim adalah almarhum Dr AzhariDisebut-sebut, setelah meninggalkan Luqmanul Hakim, Azhari bertolak ke Mindanao, Filipina Selatan, pada 1999, berlatih menembak dan meracik bahan peledak"Pintu masuk ke dunia Islam garis keras adalah lewat Luqmanul HakimSetelah sekolah agama itu bubar, aksi bom bunuh diri dan teror mulai marak," terang seorang sumber di kepolisian Malaysia.
Kini suasana di pesantren itu layaknya kampung mati, meski pada siang hariSebagian ustad dan pengelola yang masih tinggal di situ sudah beralih profesiAda yang masih mengajar agama di sekolah umum, ada juga yang berdagangNamun, ada juga yang tidak bekerja seperti istri Noordin, Siti Rahmah binti Rusdi
Menurut Izzul, salah seorang warga, setelah ditinggal Noordin, Rahmah kerap membantu ayahnya, Rusdi Hamid, berjualan di Pasar Ulu Tiram
Untuk keperluan sehari-hari, Siti Rahmah lebih banyak mengandalkan bantuan kerabat dan tetangga sesama mantan pengajar di Luqmanul Hakim"Kalau macam terigu, beras, gula, kami selalu bantu karena ini sudah bagai saudara tinggal di sini," terang pria berjenggot itu
Lalu bagaimana dengan pendidikan anak-anak Noordin" Pria itu hanya tersenyum sambil menggeleng.
Meski tak terawat, sisa-sisa kejayaan lembaga pendidikan Islam itu masih tampak di kompleks pesantren tersebutDi salah satu bilik kamar masih tertempel maklumat tentang ajaran Islam, yakni berbuat baik kepada sesama
Namun, ada juga selebaran dalam bahasa Inggris maupun Melayu yang berisikan penindasan dan kekejian bangsa Yahudi dan Amerika Serikat terhadap muslim di PalestinaTentu saja selebaran itu sudah koyak dan usangAda juga selebaran Al Aqsa yang menceritakan perjuangan mempertahankan Masjidilaqsa dari invasi Yahudi.
Bangunan lain yang terletak bersebelahan dengan tempat tinggal Noordin kini telah diubah fungsinyaDipakai gudang untuk menyimpan barang dagangan mertua.
Sejak beralih profesi sebagai penjual pada kedai runcit alias toko serbaada, tak sedikit barang yang disimpan di ruang-ruang kelas tersebutKurma, kue kering, dan makanan kaleng memenuhi salah satu ruang yang dulu dipakai sebagai ruang guru.
Yang paling mencolok, di salah satu tembok ruang lain terdapat kalimat doktrin yang dicat dengan font besarBunyinya: Isi Pada Bekal Berjalan dan Hati Hendak Semua JadiMenurut warga Melayu, dua kalimat itu punya makna yang dalamBahkan, seorang warga setempat menegaskan, doktrin itu seakan ajakan perjuangan pantang menyerah"Maknanya dalam sekali tu, terutama bagi kite warga Melayu," tegas Zainal bin Ahmad yang tinggal tak jauh dari kampung Noordin(*/cfu)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Pilot-Pilot yang Sukses Lakukan Pendaratan Darurat (2-Habis)
Redaktur : Tim Redaksi