jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengajak komunitas difabel Aceh melawan informasi hoaks bersama-sama untuk menghindari dampak buruk akibat paparan isu-isu negatif yang marak di ruang digital.
Ketua Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Kabupaten Aceh Besar Rizwansyah mengatakan hoaks merupakan informasi yang dibuat atau direkayasa untuk menutupi fakta sebenarnya.
BACA JUGA: Cue Cafe dan Gallery Kaleb, Usaha Kekinian Komunitas Difabel Bitung yang Baru Diresmikan Pertamina
"Dengan kata lain hoaks adalah upaya memutarbalikan fakta dengan menggunakan informasi yang seolah-olah benar tetapi aslinya tidak,” ujar Rizwansyah dalam paparannya tentang literasi digital untuk Difabel dikutip Selasa (25/7).
Rizwansyah menambahkan informasi hoaks bisa menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat.
BACA JUGA: Mudik Gratis Bersama PLN Terasa Spesial, Khusus untuk Komunitas Difabel
Akibatnya bisa membuat masyarakat curiga, bahkan membenci kelompok tertentu, menyusahkan atau menyakiti secara fisik orang yang tidak bersalah, dan memberikan informasi yang salah kepada pembuat kebijaksanaan.
Dia pun menjelaskan mengenai cara-cara untuk mengenali informasi yang didapatkan itu termasuk ke dalam informasi hoaks atau bukan.
BACA JUGA: Kemenkominfo Gencarkan #Hack4ID, Latih Para Calon Founder Startup
Rizwansyah kemudian memberikan tips atau cara-cara untuk mengenali hoaks.
Pertama hati-hati dengan judul provokatif, cermati alamat situs, periksa faktanya, terus cek keaslian foto, dan ikut serta grup diskusi anti-hoaks untuk mendiskusikan tanda bahaya yang harus dicari.
"Biasanya hoaks itu tata bahasanya buruk, URL situs yang mencurigakan, dan lain-lain,” ujar Rizwansyah
Pada kesempatan yang sama, Zulvia selaku Koordinator Yayasan Sahabat Difabel Aceh menekankan masyarakat harus kritis saat mendapatkan suatu informasi.
Jika tidak akan mudah termakan oleh isu-isu negatif maupun hoaks yang beredar marak pada saat ini.
“Mengapa kami bisa percaya hoaks? Banyak di antara kita sering mengambil keputusan hanya dari judul, baca judulnya langsung merasa kalau isi berita sama seperti judul yang disampaikan, kemudian juga tidak mencari sumber yang lain,” tuturnya.
Zulvia menjelaskan adanya metode praktis yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk menangkal informasi hoaks yaitu dengan cara D-A-C-K.
Gunakan cara D-A-C-K, dengarkan, apresiasi, cek-ricek dan klarifikasi. Informasi yang didapat didengarkan dahulu.
Setelah itu, kasih apresiasi untuk orang yang memberi informasi tersebut. Kemudian dicek lagi sumber dari informasinya.
"Nah, yang terakhir diklarifikasi bahwa setelah kami cek informasi itu termasuk hoaks atau bukan agar kita dan orang-orang di sekitar kita juga tidak terdampak informasi hoaks,” jelas Zulvia.
Kegiatan Literasi Digital Inklusi untuk Disabilitas merupakan salah satu rangkaian kegiatan Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2023 dengan target 50 juta orang mendapatkan literasi digital hingga tahun 2024. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenkominfo Gelar Webinar Jarimu Harimaumu untuk Siswa di Depok
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad