Komunitas Tintin Indonesia, Kumpulan Pencinta Komik Petualangan Tintin

Keliling Eropa-Tiongkok demi Melihat Lokasi dalam Komik

Rabu, 16 November 2011 – 08:08 WIB
PARA anggota Komunitas Tintin Indonesia Anthony Rizal, Berthold Sinaulan, dan Syaiful Bahri di Blitz Megaplex. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos

Penggemar komik Petualangan Tintin bisa berkumpul di komunitas iniBisa berdiskusi soal komik, koleksi action figure, hingga mengumpulkan edisi dari berbagai bahasa

BACA JUGA: Indra Yudhistira, Sosok Dibalik Pesta Spektakuler Pembukaan SEA Games di Palembang

Ada juga yang berkeliling dunia demi mendatangi lokasi yang diceritakan dalam komik legendaris tersebut.
 
 AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta
 
KAPTEN Haddock membongkar backpack mungil hitam
Raut mukanya tampak bingung

BACA JUGA: 12 Tahun Kapten Persib, Dua Minggu di Brazil

Cangklong merah yang sejak tadi menempel di mulut terpaksa diletakkan
"Seribu topan badai, di mana tadi jenggot palsu saya?" kata Haddock mengucapkan sumpah serapah khas sang kapten kapal.
 
"Jenggot" ketemu

BACA JUGA: Ketika Paris Hilton Pertama Kali Mengunjungi Bali

Dia lantas mencoba memasangnyaSayangnya, perekat yang menempel di jenggot sintetis itu sudah tidak lengketAlhasil, cambang di sisi kanan dan kiri tidak menempel sempurna di pipi

"Ya sudah deh, nggak usah pakai jenggot palsu, pakai yang asli saja," ujar lelaki 50 tahun itu lantas mengelus kumis dan jenggot tipisnya.
 
Haddock gadungan tersebut adalah Berthold Sinaulan, salah seorang anggota Komunitas Tintin IndonesiaSabtu sore itu (12/11), dia bersama 300 anggota komunitas mengadakan acara nonton bareng film The Adventures of Tintin: Secret of the Unicorn di Blitz Megaplex, Grand Indonesia
 
Berthold kebagian tugas berdandan ala Kapten HaddockDia mengenakan topi nakhoda, jas hitam, dan sweater turtle neck biruSweater itu semakin mirip Haddock dengan simbol jangkar kapal di bagian dada.
 
Dandanan Anthony Rizal lain lagiLelaki 47 tahun itu mengenakan sweater biru cerah plus celana cokelatBagian bawah celana digulung agar kaus kaki dan sepatunya terlihat jelas

Karena rambutnya sudah tipis, lelaki yang akrab dipanggil Rizal tersebut mengenakan jambul yang dipasang seperti bando"Sudah mirip Tintin belum?" kata bapak dua anak itu sambil memeluk gambar anjing setia Tintin, Snowy.
 
Syaiful Bahri tak mau kalahDia lebih totalMeski wajahnya tidak mirip Tintin, dia nekat memakai kilt (pakaian tradisional khas Skotlandia) lengkap dengan baret berkuncir merahSepatu bot hitam dan kaus kaki agak tinggi membuat dirinya semakin mirip tokoh bikinan komikus legendaris Herge tersebut.
 
Para pencinta Tintin tersebut tergabung dalam komunitas sejak 2003 melalui milisMereka dipertemukan oleh kesukaan terhadap komik petualangan ituAcara nonton bareng di Blitz Megaplex tersebut merupakan salah satu kegiatan "kopi darat"Tak tanggung-tanggung, mereka mencarter satu studio berkapasitas tiga ratus tempat duduk.
 
Di dalam studio, para anggota tidak sekadar menontonSebelum film diputar tepat pukul 18.00, Koordinator Komunitas Tintin Indonesia Surjorimba membuka acara dengan menyampaikan sejarah komunitasMirip presentasi rapat, sejarah komunitas disampaikan dengan "slide" yang ditampilkan di layar bioskop.
 
Para anggota komunitas menganggap Tintin the movie sebagai berkahSebab, sudah lama mereka menanti film tersebut"Ada pencinta Tintin yang menunggu sejak dua tahun laluBahkan sejak sepuluh tahun lalu saat ada gosip Tintin mau dibikin movieSekarang semua sudah ada di depan kita," kata lelaki yang karib dipanggil Suryo itu lantas disambut tepuk tangan para hadirin yang memenuhi semua tempat duduk.
 
Komunitas dengan anggota hampir seribu orang tersebut bermula dari milis pada 2003Mereka berdiskusi dan saling bertukar pikiran tentang Tintin serta semua hal yang berhubungan dengan hal ituMereka juga bercerita soal koleksi segala pernak-pernik tokoh tersebut.
 
Moderator milis, Muhammad Misdianto, menuturkan, anggota milis kini sudah hampir seribu orangKomunitas tersebut sengaja tidak memilih format organisasiMereka tidak ingin terlalu serius dengan aturan-aturan formalKarena itu, pucuk pimpinan komunitas tidak disebut ketua, tapi koordinator

Jabatan selevel wakil ketua, sekretaris, dan lain-lainnya dipilih secara kekeluargaan"Pokoknya kami suka dan ngumpul ngomong tentang Tintin," tegasnya.
 
Bagi mereka, Tintin bukan sekadar tokoh komikKetika membaca komik Tintin, mereka juga belajar budaya serta kondisi geografis berbagai benua di duniaMisalnya, Eropa, Afrika, Amerika, dan beberapa wilayah di Asia.
 
Dalam episode Penerbangan 714 ke Sydney, misalnyaTintin sempat transit di Indonesia dalam perjalanan ke Sydney, AustraliaDia mendarat di bandar udara saat masih berada di kawasan Kemayoran, Jakarta PusatDi tengah penerbangan ke Sydney, pesawat yang ditumpangi Tintin dan Kapten Haddock jatuh di Pulau Komodo

Herge menggambarkan sosok binatang purba itu begitu detail"Sayangnya, dulu tidak ada SMS untuk komodo," ujar lelaki yang akrab dipanggil Dian itu.
 
Fanatisme terhadap Tintin diwujudkan dalam berbagai bentukMengoleksi action figure dan semua edisi Tintin dalam bahasa Indonesia sudah biasaAda anggota yang mengoleksi khusus komik-komik Tintin dalam berbagai bahasa di duniaMulai bahasa asli Tintin, Prancis, hingga bahasa Belanda dan JermanBerthold merupakan salah seorang kolektor komik Tintin dalam bahasa Belanda.
 
Suami Afriani itu menuturkan, dirinya kali pertama mengenal Tintin saat masih berusia 5 tahun pada 1964Setiap pulang perjalanan dinas ke luar negeri, sang ayah memberikan buah tangan komik Tintin dalam bahasa Belanda"Karena saya belum bisa bahasa Belanda, ibu yang membacakan untuk saya," tuturnya.
 
Dalam bahasa Belanda, tokoh berjambul itu dikenal dengan nama KuifjeNama anjing setia Tintin tidak disebut Snowy seperti dalam bahasa Indonesia dan Inggris, tapi BobbyBegitu juga di PrancisAnjing putih berbulu halus tersebut dipanggil Milou"Karena itu, di Prancis, namanya Petualangan Tintin dan Milou," jelasnya.
 
Gambaran detail petualangan Tintin membuat para anggota terdorong untuk mengunjungi setting tempat komik TintinSyaiful Bahri, salah satunyaDia menuturkan, hampir semua "tempat kejadian perkara" alias TKP Tintin sudah dikunjungiDi Benua Eropa, dirinya berkunjung ke Skotlandia (Tintin episode Pulau Hitam), Belgia (kediaman Tintin), dan mampir ke Prancis untuk berkulakan edisi Tintin dalam bahasa asli
 
Syaiful juga menyempatkan diri ke Shanghai, Tiongkok, untuk melihat TKP Tintin dalam edisi Lotus Biru"Tahun depan rencananya ke Tibet dan Rusia, seperti Tintin di Tibet dan Tintin di Tanah Sovyet," katanya menyebut dua edisi komik Tintin itu.
 
Perjalanan menuju TKP Tintin benar-benar dinikmati SyaifulKebanyakan dia melakukannya dengan cara backpackingSebagian yang lain bertepatan dengan tugas kantor"Walaupun dulu baca Tintin nebeng di tetangga, saya bisa merasakan semangat petualangan ada dalam diri saya," tegas engineer sebuah perusahaan internasional di bidang telekomunikasi itu.
 
Selain ke berbagai TKP Tintin, kunjungan wajib tetap ke BelgiaDi sana, ada dua tempat yang harus dikunjungi para penggemar TintinYakni, museum komik dan museum HergeDi museum Herge, ada banyak pernak-pernik Tintin serta foto-foto Herge, sang pencipta komik.
 
Sebelum filmnya dibuat oleh produser kondang Steven Spielberg, Tintin awalnya adalah komik yang ditulis Herge, mantan wartawan yang menjadi komikusHerge sejatinya bernama asli Georges RemiDia kemudian menciptakan nama pena Herge yang diambil dari inisial namanya kemudian dibalikYakni, RG yang dibaca Herge (er-ze) dalam bahasa Prancis.
 
Serial itu kali pertama muncul dalam bahasa Prancis sebagai lampiran bagi anak-anak dari koran Belgia, Le Vingtième Siècle 10 Januari 1929Serial Petualangan Tintin sudah mencapai 24 episodeSemua diciptakan komikus kelahiran 1907 itu.
 
Dian menyatakan, Tintin disenangi karena tidak hanya menghibur, tapi juga menggambarkan lingkungan dan setting komik yang detailHerge selalu melakukan riset sebelum membuat komikKarena itu, pakaian, cara berbicara, maupun kebiasaan masyarakat setempat sangat akurat.
 
Tokoh utama serial tersebut adalah seorang wartawan Belgia muda dan pengembaraDia ditemani seekor anjing jenis fox terrier yang bernama Snowy dalam bahasa Inggris atau Milou dalam bahasa Prancis
 
Dian menuturkan, Tintin sempat menjadi isu politikDalam edisi Lotus Biru, Herge sangat berpihak kepada TiongkokTerutama terkait invasi Jepang ke Tiongkok pada 1930-an"Tintin bisa dibaca serius, juga bisa dibaca having funSampai sekarang, bahkan ratusan manga (komik Jepang, Red) pun tak ada yang bisa menandinginya," tegasnya(c5/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pernikahan Ganjil 11-11-11, Pengantin Pria Diapit Dua Perempuan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler