jpnn.com, PEKANBARU - Kondisi harimau Sumatera yang terperangkap jerat pemburu liar di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER), Kabupaten Pelalawan, Riau, semakin membaik.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSA) Provinsi Riau memutuskan tidak jadi mengamputasi kaki harimau malang tersebut. Pasalnya, kondisi luka yang dialami Raja Rimba berangsur-angsur membaik.
BACA JUGA: Rocky Gerung dan Erwin Aksa Disambut Meriah, Salam Dua Jari
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSA) Provinsi Riau, Suharyono menyampaikan, satwa dilindungi yang diberi nama Inung Rio, masih berada di ruang perawatan pada Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dhamasraya (PR-HSD), Sumatra Barat (Sumbar).
Saat ini, sebut Suharyono, hewan buas tersebut dalam kondisi sehat. Namun, masih sedikit stres pascadievakuasi beberapa hari yang lalu. "Kondisinya sehat, sudah mulai agresif dan aktif. Harimau itu juga sudah mau minum dan makan daging segar seberat 2 kilogram (kg) dalam sehari," ungkap Suharyono kepada Riau Pos, Kamis (28/3) kemarin.
BACA JUGA: Terjerat Jaring Pemburu, Penjaga Hutan Nyaris Jadi Santapan Harimau Sumatera
Hewan bernama latin panthera tigris sumatrae akan berada di ruang perawatan selama 14 hari untuk menjalani masa karantina. Dalam kurun waktu itu, dipaparkan Suharyono, tim medis dari BBKSDA Riau melakukan observasi kesehatan secara menyeluruh, di antaranya pengembilan sampel darah, pemeriksaan fisik terhadap satwa dilindungi tersebut.
"Kami lakukan rekaman medik dan cek up secara keseluruhan untuk mengetahui kondisi kesehatan dan mendeteksi apakah Inung Rio ini mengalami penyakit lainnya," papar Kepala BBKSDA Riau.
BACA JUGA: Polisi Buru Empat Tahanan yang Kabur Saat Antre Sidang di PN Pelalawan
Masih kata dia, terhadap luka bekas jeratan pada kaki kiri depan Harimau Sumatara telah dilakukan perawatan dan pengobatan secara berkelanjutan. Pihaknya juga terus memberikan obat antiradang kepada Raja Rimba tersebut.
"Untuk luka kaki dilakukan pengobata terus, diharapan sembuh secepatnya tanpa diamputasi. Pembengkakan di kakinya sudah mulai mengecil," imbuhnya.
Jika harimau sumatera itu, telah selesai menjalani perawatan dan dinyatakan sudah benar-benar sehat, disampaian Suharyono, belum bisa melepasliarkan ke habitatnya.
Karena, pihaknya akan melakukan observasi lapangan untuk menentukan wilayah yang layak bagi si belang tersebut.
Hal ini sambung dia, sama halnya dilakukan kepada Bonita dan Atan Bintang. Kedua adalah harimau sumatera yang sebelumnya dievakuasi dari Indagiri Hilir (Inhil) oleh BBKSDA Riau dan kini masih di PR-HSD, Sumbar.
"Ketiganya merupakan harimau dengan habitat di hutan rawa-rawa, mau tak mau harus melepaskan di sana. Kita juga harus ketersediaan pakan alami bagi mereka seperti, monyet rusa babi yang menjadi buruan. Kalau tidak ada itu, artinya kita tidak memberikan tempat yang layak bagi sawat dilindungi," jelasnya.(rir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Pengungsi asal Afganistan Selingkuh dengan Istri Warga Pekanbaru
Redaktur & Reporter : Budi