Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Hasilkan Belasan Rekomendasi untuk Indonesia

Senin, 14 November 2022 – 23:59 WIB
Darwis Khudori (tengah), penggagas sekaligus akademisi yang mengikuti Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary. Dokumen Panitia Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary

jpnn.com - Belasan rekomendasi muncul setelah para akademisi dari seluruh dunia melaksanakan Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary dalam rangka napak tilas Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 serta Gerakan Non Blok (GNB).

Nantinya, perwakilan akademisi akan menyerahkan rekomendasi Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary itu ke Pemerintah RI.

BACA JUGA: 3 Rekomendasi Basic Skincare Untuk Pria dari dr Annisa, Silakan Dicoba

"Diserahkan kepada pemerintah Indonesia sebagai negara anggota GNB dan G20,” kata Darwis Khudori, penggagas sekaligus akademisi yang mengikuti Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary dalam keterangan persnya, Senin (14/11).

Khudori mengatakan rekomendasi pertama dari kegiatan Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary ialah pentingnya literasi arsip nasional sebagai rujukan sejarah dan pijakan masa depan.

BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan, Ketua Komisi X Minta Kemenpora Mengawal Rekomendasi TGIPF

"Usulan ANRI dalam mengajukan arsip Non Allignment Movement atau NAM atau Gerakan Non Blok dan Pidato Bung Karno To Build the World  Anew di PBB tahun 1960 sebagai Memory Of The World UNESCO perlu mendapat dukungan dari kalangan akademisi internasional,” demikian Khudori menyampaikan rekomendasi pertama.

Hasil rekomendasi dari konferensi berikutnya ialah masyarakat global perlu mengenal pemimpin-pemimpin dunia yang mampu mengubah tatanan dari hegemoni dan dominasi menjadi damai, adil, dan makmur.

BACA JUGA: Rekomendasi Komnas HAM Dinilai Menjerumuskan, PSSI Bisa Disanksi FIFA

Tujuh tokoh dunia yang paling perlu dikenal itu ialah Jawaharlal Nehru, Zhou Enlai, Soekarno, Gamal Abdel Nasser, Josip Broz Tito, Kwame Nkrumah, dan Fidel Castro.

Konferensi selanjutnya merekomendasikan pidato Bung Karno di PBB pada 1960 bisa menjadi rujukan dan titik tolak pembangunan tata dunia baru berdasarkan perdamaian abadi, keadilan, dan kemakmuran.

Berikutnya, Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary menghasilkan rekomendasi peningkatan sinergi negara-negara anggota BRICS dan NAM dalam mengimbangi kekuatan Barat dan mengubah tata dunia seperti dicita-citakan Soekarno atau Bung Karno.

Selanjutnya, konferensi merekomendasikan soal perlunya sejenis sistem perbankan baru yang relevan dengan kebutuhan pembangunan.

Termasuk, dibutuhkan mata uang baru yang berdasarkan sumberdaya alam dan manusia, bukan mengacu ekploitasi.

Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary kemudian merekomendasikan pidato Bung Karno di PBB tahun 1960 menjadi paradigma bagi pembangunan tata dunia baru yang multidimensional.

Konferensi selanjutnya merekomendasikan pembangunan perangkat perekonomian dunia yang bisa disebut Green Bandung Wood sebagai alternatif dari kapitalisme Barat seperti IMF, Bank Dunia dan Bretton Wood.

Setelah itu, konferensi merekomendasikan di bidang gender agar semua pihak melakukan langkah bersama mengakhiri sistem patriarki dan kekerasan terhadap perempuan.

Selanjutnya, rekomendasi konferensi turut membahas fenomena di bidang sosial media. Sebab, saat ini terjadi kesemrawutan digital (digital disorder) yang berdampak pada kesehatan mental dan ekonomi masyarakat.

Konferensi pun mengusulkan dibuat perundang-undangan yang mengatur transformasi digital agar dampak negatif di media sosial bisa dihilangkan atau diminimalisir.

Rekomendasi kesepuluh dari konferensi kemudian menyinggung isu di bidang tata dunia soal imaginasi dan pemikiran berdasarkan Bandung Spirit.

Sementara itu, hasil rekomendasi di bidang ekologi membahas perlunya mitigasi terhadap kerusakan dan ditetapkan prinsip-prinsip perancangan lingkungan dan perkotaan yang berdasarkan atas kebutuhan setempat.

"Pembangunan habitat yang berkelanjutan perlu menata ulang hubungan desa-kota dan memberikan prioritas bagi pembangunan perdesaan,” ujar Khudori.

Selanjutnya, konferensi menilai kolonialisme, neo-kolonialisme, dan imperialisme Barat masih bercokol di negara-negara Asia, Afrika serta Amerika Latin.

Dari situ, konferensi merekomendasikan tentang penggalangan kekuatan di negara-negara Asia, Afrika, serta Amerika Latin mengakhiri kolonialisme, neokolonialisme, dan imperialisme.

Selanjutnya, Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary menyebut perang masih terjadi di Afrika, Asia, Amerika maupun Eropa.

Peperangan tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga secara virtual, digital, media sosial, dan ekonomi.

Terkait perang yang terjadi di Ukraina, konferensi merekomendasikan perlunya kampanye kuat untuk menghentikan kontak senjata karena berpotensi menghasilkan krisis multidimensi.

"Perang di Ukraina adalah perang antara AS-NATO melawan Rusia. Perang ini sudah memakan korban jiwa tapi juga berdampak pada krisis global di bidang pangan, energi dan keuangan," lanjut Khudori.

Konferensi selanjutnya merekomendasikan negara Non Blok berperan lebih aktif memprakarsai langkah-langkah damai dengan membangun sinergi dengan BRICS guna mengimbangi kekuatan ekonomi dan militer dari AS, NATO, dan sekutu.

"Bangkitnya Asia sebagai kekuatan ekonomi dan pemain geopolitik global merupakan peluang bagi kebangkitan kekuatan Asia, khsususnya China, India, Indonesia, untuk memimpin dunia menuju perdamaian, keadilan, dan kemakmuran abadi,” tegas Khudori.

Diketahui, Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary melibatkan sekitar 140 sarjana dari berbagai disiplin ilmu dan aktivis gerakan sosial di wilayah geografis yang beragam di Afrika, Amerika, Asia, Australia, dan Eropa.

Hasil rekomendasi itu muncul setelah akademisi dunia mengikuti Konferensi Bandung-Belgrade-Havana Inter and Trans Disciplinary di 4 kota Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali. (ast/jpnn) 

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler