Kongres Rakyat Papua Diwarnai Bintang Kejora

Selasa, 18 Oktober 2011 – 08:23 WIB

JAYAPURA - Kongres Rakyat Papua (KRP) III digelar di lapangan sepak bola Zakheus, tepatnya di belakang SMP Paulus, Padang Bulan, Abepura, Jayapura, kemarinAcara yang dihadiri sekitar 500 warga Papua ini sempat diwarnai pengibaran bendera Bintang Kejora yang dilakukan oleh para penari Sampari saat akan dilakukan pemukulan tifa sebelum prosesi ibadah pembukaan dimulai

BACA JUGA: Geng Motor Marak Lagi, Kadis Gerah



Sebelum pemukulan tifa, para penari Sampari dari Biak terlebih dahulu menari-nari untuk mengantarkan tifa yang akan dipukul oleh ketua Dewan Adat Papua Forkorus Yaboisembut dan para pimpinan wilayah adat lainnya
Pada saat mengantarkan tifa itulah, salah seorang dari rombongan penari itu mengibar-ngibarkan bendera Bintang Kejora yang diikat di sebuah kayu yang panjangnya kurang lebih 2 meter

BACA JUGA: Tak Tahan Malaria, Sidin Gantung Diri

Tak lama setelah itu, bendera Bintang Kejora itu pun kembali dikemas oleh para penari itu.

Dari pantauan Cenderawasih Pos di lapangan, sepanjang jalan menuju tempat pelaksanaan KRP III ini dijaga ketat oleh pasukan penjaga tanah Papua (Petapa)
Setiap peserta yang akan memasuki lapangan diperiksa secara ketat

BACA JUGA: Diterjang Putih Beliung, Pemancing Hilang



Para Petapa itu menyuruh peserta mengeluarkan barang bawaannya dari dalam tas, tak terkecuali tas para wartawan juga diperiksa secara ketatSementara di lapangan tempat berlangsungnya kegiatan, ratusan peserta diarahkan memenuhi kursi yang sudah disiapkan

Acara ini diawali dengan ibadah pembukaan yang dipimpin oleh Yermias DimaraDi tengah prosesi ibadah itu, para pimpinan dari 7 wilayah adat di Papua di antaranya  Tabi, Lapago, Mepago, Hananim, Saireri, Doberai, dan Bomberai,  serta Ketua Dewan Adat Papua (DAP) Forkorus Yoboisembut diundang maju ke tengah lapangan.  Mereka diarahkan supaya mendoakan tanah Papua serta pemerintah Indonesia yang dinilai banyak membuat kesalahan di wilayah paling timur ini

"Marilah kita mendoakan  para leluhur kita yang berbuat salahKita doakan juga pemerintah Indonesia yang sudah banyak berbuat salah di PapuaBiarlah Tuhan mengampuni perbuatan mereka," ujar Forkorus sembari mengajak peserta kongres berdoa.  Dalam penutupan ibadah tersebut juga ditandai dengan peniupan 3 sangkakala yang dibawakan 3 orang mama yang dituakanHal ini sebagai pertanda bahwa pintu langit dan surga akan membuka tabir surya dan mendengar tiap jeritan dan permohonan rakyat Papua

Ketua Panitia KRP III, Selpius Bobii langsung membacakan pidato pembukaan Kongres Rakyat Papua IIIIa mengatakan bahwa KRP III  ini merupakan sejarah dan pengalaman hidup masa lalu, menentukan masa kini"Aktivitas hidup masa kini akan menentukan masa depanItulah hidupAktivitas hidup adalah sejarahSejarah adalah aktivitasOrang yang beraktivitas sedang mengukur sejarah pribadi, golongan atau bangsa," tuturnya

"KRP ini juga ditempatkan sebagai pemenuhan Hak Asasi Manusia dalam hukum HAM negara dan pemerintah mempunyai kedudukan sebagai pemangku kewajiban yang diemban negara terdiri atas tiga bentuk yaitu menghormati, melindungi dan memenuhi dan KRP III ini merupakan bagian dari proses demokrasi di Indonesia dan itu dijamin oleh hukum internasional dan konstitusi negara Indonresia,"ungkapnya.

Ketua DAP Forkorus usai membuka KRP III mengungkapkan bahwa bangsa Papua tidak berjuang untuk merusak atau menghancurkan NKRI, tetapi berjuang menegakkan hak-hak dasar rakyat Papua, di antaranya hak politik, termasuk hak merdeka sebagai suatu bangsaDalam KRP III ini rakyat berkeinginan bahwa pemerintah dan negara-negara lain harus mengerti hal  tersebut"Jika rakyat Papua menjunjung tinggi HAM dan  hukum internasional, maka KRP III ini jangan dianggap illegalKongres ini dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat," paparnya

Sementara itu, terkait aksi mogok yang dilakukan  karyawan PT Freeport Indonesia (FI) hingga mengakibatkan beberapa karyawan tewas dan berlanjut dengan aksi rusuh dan sebagian massa meminta untuk dilakukan penutupan perusahaan raksasa tersebut di Timika, menurut Forkorus, hal ini sama sekali tidak dibahas di dalam KRP III yang berlangsung hingga 19 Oktober mendatang

Forkorus juga menjelaskan hanya membuang-buang waktu dan tenaga jika tiap hari hanya menyuarakan penutupan PTFIHal ini dikarenakan ketika DAP ingin menyelesaikan PTFI dengan jalan adat, DAP pernah terbang ke Jakarta dan hendak bertemu dengan Mufet dan Menteri Pertahanan, namun sama sekali tidak dipertemukan dengan alasan tidak terjadwalkanKemudian DAP mencoba kembali dengan jalan berbicara dengan Kepala BP Migas dan Menteri Pertambangan untuk berbicara tentang hak-hak adat rakyat Papua,  namun yang diterima hanyalah marah-marah oleh stafnya.

Terkait TNI/Polri yang bertugas di Timika, Forkorus meminta sebaiknya mereka ditarik saja, karena ini merupakan proyek mereka"Jika mereka ditarik dan biarkan DAP yang mengaturnya, maka situasi di sana akan damai," tegas Forkorus(ado/nal/fud/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari Ini Kongres Rakyat Papua Dimulai


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler