Konon Biaya Lockdown Lebih Murah Ketimbang Kerugian Akibat Kebijakan 'Nanggung'

Jumat, 25 Juni 2021 – 16:18 WIB
Ekonom terus menyoroti sikap pemerintah dalam menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (?PPKM) skala mikro yang dianggap sebagai kebijakan 'nanggung'. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom terus menyoroti sikap pemerintah dalam menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro yang dianggap sebagai kebijakan 'nanggung'.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai biaya lockdown total lebih murah ketimbang kerugian yang diakibatkan oleh penularan Covid-19 yang tidak bisa dibendung dengan PPKM Mikro.

BACA JUGA: Jokowi Pilih PPKM Mikro Ketimbang Lockdown, Begini Penjelasannya

"Biaya lockdown hanya butuh enam persen dari alokasi anggaran infrastruktur 2021 sebesar Rp 413 triliun," kata Bhima kepada JPNN.com, Jumat (25/6).

Dia mengkalkulasi lockdown nasional sekurangnya membutuhkan biaya Rp 11-25 triliun selama 14 hari.

BACA JUGA: Ekonom Prediksi Target Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Meleset

Adapun asumsi kebutuhan biaya lockdown paling banyak berada di DKI Jakarta.

Menurut Bhima, sebagai daerah dengan kontribusi perputaran uang sebanyak 70 persen, maka kebutuhan dana lockdown DKI Jakarta per hari sebesar Rp 550 miliar atau Rp 7,7 triliun selama dua pekan.

BACA JUGA: Ada Konsekuensi Gawat Jika Utang Pemerintah Dibiarkan, Pak Didik Beberkan Fakta Berat

"Daerah di luar Jakarta memiliki porsi 30 persen terhadap peredaran uang," katanya.

Dalam skenario yang dihitung (Celios), lockdown yang dilakukan selama dua pekan pada Juni-Juli 2021 akan membantu pertumbuhan ekonomi sebesar 3-4,5 persen.

"Dengan rasio kehilangan PDB sebesar Rp 77 triliun hingga Rp 308 triliun," ujar Bhima.

Kemudian, skenario tanpa lockdown pertumbuhan ekonomi 2021 hanya berkisar minus 0,5 hingga dua persen. Rasio kehilangan PDB sebesar Rp 463 triliun sd Rp 848 triliun.

"Jadi kenapa tidak lockdown saja? Biayanya lebih murah dibanding kerugian ekonomi daripada tidak lakukan lockdown," ucap Bhima.

Bhima pun optimistis setelah lockdown berhasil maka ekonomi bisa tumbuh lebih solid.

"Jangan kondisi darurat kebijakannya nanggung," tegas Bhima Yudhistira.

Data Satgas Covid-19 nasional menyebutkan angka penularan harian Covid-19 pada Kamis (24/6) menembus angka 20.574 kasus. Total kasus Covid-19 di RI yang ditemukan sejak Maret 2020 sampai hari ini sebanyak 2.053.995 kasus. Pada jumlah tersebut setidaknya ada 171.542 kasus aktif. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler