jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyebut isu dinasti politik tidak bisa menggerus elektabilitas Gibran Rakabuming Raka jelang pencoblosan Pemilihan Wali Kota Solo 2020, pada 9 Desember.
Karyono mengungkapkan itu saat IPI membeber survei teranyar berjudul "Potret Dinamika Pilkada Kota Solo: Membaca Peluang Kandidat dan Perilaku Pemilih", Kamis (27/8).
BACA JUGA: Rival Gibran di Pilkada Solo Hanya Sebagai Calon Boneka?
"Nah, pengaruh politik dinasti terhadap Gibran, misalnya tidak terlalu berpengaruh. Masyarakat tidak terlalu mempersoalkan," kata Karyono.
Dia menerangkan, isu dinasti bukan perhatian rakyat dalam menentukan pilihan pada Pilwako Solo 2020.
BACA JUGA: Bikin Malu Institusi Negara, He Sudah Tiga Kali Berbuat Terlarang
Rakyat dengan dengan pendidikan tinggi saja yang menurut Karyono, memakai isu dinasti politik sebelum menentukan pilihan.
"Kadang-kadang memang kita membayangkan seolah-olah politik dinasti menjadi perhatian serius bagi masyarakat Indonesia. Ternyata tidak. Hanya kelas tetentu yang mempersoalkan masalah isu dinasti tadi itu," tutur Karyono.
BACA JUGA: Lagi Sedih, Gibran bin Jokowi: Kayaknya Tahun Ini Kurang Beruntung
Sebagai informasi, survei teranyar IPI dengan pertanyaan terbuka menyatakan bahwa elektabilitas Gibran menjadi tertinggi menyambut Pilwako Solo 2020. Gibran mengantongi elektabilitas sebesar 36,8 persen.
Setelah Gibran, Achmad Purnomo mendapatkan elektabilitas tertinggi kedua dalam pertanyaan terbuka. Wakil Wali Kota Solo itu mengantongi elektabilitas 3,9 persen.
Sementara itu, Bagyo Wahyono menempati posisi ketiga pemilik elektabilitas tertinggi menurut survei IPI.
Penantang Gibran pada Pilwako Solo itu mendapatkan elektabilitas sebesar 1,3 persen.
Begitu pula ketika IPI melakukan survei dengan menyodorkan enam nama kandidat Pilwako Solo 2020.
Elektabilitas Gibran kembali menjadi yang tertinggi dengan 44,9 persen.
Bahkan, dalam simulasi dua nama pun Gibran selalu unggul dari pesaingnya. Misalnya saat nama Gibran disandingkan dengan Achmad Purnomo.
Dalam simulasi itu, Gibran mendapatkan elektabilitas 45,6 persen. Sementara Achmad Purnomo 8,7 persen dan sisanya 45,8 persen belum menentukan.
Kemudian Gibran kembali unggul ketika IPI melakukan survei dengan simulasi melawan Bagyo Wahyono.
Gibran mendapatkan elektabilitas 49,7 persen, Bagyo mengantungi 1,6 persen. Sisanya 48,7 persen belum menentukan.
Karyono menjelaskan, terdapat beberapa alasan saat responden IPI menentukan pilihannya. Beberapa di antaranya berkaitan dengan sifat personal.
"Seperti data survei menjelaskan untuk alasan menentukan pilihan itu sebagian besar dari aspek personal, yakni ramah, dekat dengan rakyat, jujur, bersih dari korupsi, itu justru yang menjadi pertimbangan utama," tutur Karyono. (ast/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan