Konon Larangan Ekspor CPO Bakal Lama, Tolong Perhatikan Petani Sawit!

Jumat, 13 Mei 2022 – 11:05 WIB
Legislator menilai sejak diberlakukan larangan ekspor CPO dan turunannya pada 28 April 2022 harga jual minyak goreng curah mulai bergerak turun. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menilai sejak diberlakukan larangan ekspor CPO dan turunannya pada 28 April 2022 harga jual minyak goreng curah mulai bergerak turun.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menyebutkan per 11 Mei 2022, harga minyak goreng curah sedikit turun menjadi Rp 19.100 per kilogram dari sebelumnya Rp 20.100 per kilogram.

BACA JUGA: Di Tengah Larangan Ekspor, Pengusaha Nekat Kirim Minyak Goreng ke Luar Negeri

Namun, harga ini masih jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 15.500 per kilogram.

Menurutnya, dalam proses menurunkan harga hingga HET, Mulyanto meminta pemerintah meminimalisasi risiko kebijakannya bagi rakyat kecil, khususnya petani sawit rakyat.

BACA JUGA: Larangan Ekspor CPO Sudah Ada Efeknya? Begini Jawaban Pedagang

Para petani harus dibela dan diberi insentif selama pelarangan ekspor tersebut berlangsung.

"Jangan biarkan petani sawit menjadi korban kebijakan. Insentif itu bisa berupa pembelian tandan buah segar (TBS) oleh pemerintah untuk biofuel, insentif pupuk, dan berbagai insentif lainnya," terang Mulyanto.

Mulyanto memperkirakan adu kuat antara pemerintah dan pengusaha minyak goreng ini masih akan terus berlanjut hingga dua bulan ke depan.

Sebab, daya tahan pengusaha migor bergantung pada kapasitas tangki penyimpanan dan pengolahannya (refinery).

Para pakar menyebut rerata kapasitas penyimpanan sekitar 60 hari. Sedang kapasitas refinery bisa mencapai satu tahun.

"Jadi paling tidak, efek larangan eskpor CPO ini akan muncul secara signifikan pada 6 minggu ke depan. Itu waktu yang tidak pendek. Karena risiko yang harus ditanggung dari kebijakan larangan CPO tersebut sangat mahal," imbuh Mulyanto.

Politikus PKS itu pun mendesak Presiden Jokowi dan jajaran menteri agar bekerja ekstra keras. "Jangan business as usual. Setiap hari "argometer" risiko kebijakan jalan terus," tegas Mulyanto.

Harga TBS petani rakyat sudah anjlok sejak larangan ekspor CPO berlangsung. Di Riau, sebagai daerah lumbung sawit nasional, Tim Penetapan harga TBS untuk periode 11 - 18 Mei 2022, telah menyepakati harga sawit umur 10 - 20 tahun turun Rp 972,29 per kilogram menjadi Rp 2.947,58 per kilogram.

Bisa dibayangkan harga TBS untuk daerah-daerah lain yang tidak punya program kemitraan sawit. Total petani sawit sekitar 2,67 juta kepala keluarga (Kementan, 2021).

"Devisa negara hilang sebesar Rp 27 triliun per bulan atau sekitar Rp.1 triliun per hari dari ekspor sawit. Belum lagi lunturnya kepercayaan mitra dagang luar negeri kita, karena kebijakan radikal yang diputuskan Presiden tersebut. Termasuk kekhawatiran nasib 16.2 juta pekerja industri sawit," beber Mulyanto. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler