Gunung Agung Erupsi

Konon Logistik Aman, Nyatanya Pengungsi Harus Keluar Duit

Sabtu, 02 Desember 2017 – 21:19 WIB
MENANTI LOGISTIK: Pengungsi asal Dusun Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana mengungsi di Banjar Kebon, Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen belum mendapat bantuan logistik hingga Jumat (1/12). Foto: I Made Mertawan/Bali Express

jpnn.com, KARANGASEM - Klaim para pejabat bahwa pasokan logistik untuk pengungsi korban Gunung Agung di Bali dijamin aman ternyata berbeda dengan kenyataan di lapangan. Faktanya, para pengungsi justru mengeluhkan pasokan logistik yang seret.

Bahkan, tak sedikit pengungsi yang harus berjuang sendiri memenuhi kebutuhan perut selama berada di pengungsian. Artinya, mereka harus merogoh kantong untuk membeli bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan harian.

BACA JUGA: Gunung Agung Terus Menggeliat, Okupansi Hotel di Bali Anjlok

Salah satu posko pengungsi yang tak memperoleh pasokan logistik ada di Banjar Kebon, Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen, Karangasem. Di balai banjar itu ada sekitar 150  warga asal Dusun Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat. 

Mereka kembali mengungsi ke pokso itu setelah Gunung Agung mengalami erupsi 21 November 2017. Sayangnya setelah tinggal di posko pengungsian, mereka tak dapat pasokan logistik. 

BACA JUGA: Omongan Pejabat Logistik Pengungsi Aman, Nyatanya

Warga hanya mengandalkan stok logistik saat mengungsi karena Gunung Agung berstatus awas beberapa waktu lalu. Itu pun sebatas beras dan mi instan.

“Dari 21 November belum ada logistik,” ujar pengungsi bernama I Kadek Sumerti seperti diberitakan Bali Express (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Bertahan di Zona Merah, Warga Dievakuasi Paksa

Pria yang kedua lengannya dipenuhi tato itu menegaskan, para pengungsi juga membeli lauk pauk dengan uang sendiri. Sebagian besar beli lauk yang sudah matang karena pengungsi kesulitan jika harus memasak lantaran tak ada pasokan elpiji dari pemerintah.

Untuk sekadar memasak nasi dan bikin air hangat, mereka mencari kayu bakar di sekitar posko pengungsian. Kondisi itu sudah pernah disampaikan kepada kepala dusun di Desa Lokasari, termasuk aparat desa di Amerta Bhuana.

“Tapi sampai sekarang tidak ada pasokan,”  ucap pengungsi bernama Sumerti.

Salah seorang warga bahkan mempertanyakan pernyataan pemerintah yang begitu yakin stok logistik aman. Padahal, katanya, faktanya tidak demikian.

“Beberapa kali nonton di TV, katanya logistik aman. Kenyataannya kami tidak dapat. Sampai di mana amannya, kami tidak mengerti,” ujarnya.

Pengungsi di Balai Banjar Sukahat, Desa Lokasari juga mengeluhkan yang sama. Mereka juga dari Dusun Sukaluwih.

“Mengandalkan beras sisa status awas sebelumnya,” tutur pengungsi bernama Komang Sineb.

Untuk kebutuhan makan, pengungsi di Balai Banjar Sukahat membeli bahan pangan dari uang sendiri. “Seperti saya, beli lauk untuk makan bersama bapak dan keluarga. Warga lainnya beli sendiri-sendiri juga,” jelas Sineb.

Kebutuhan itu sudah disampaikan ke aparat desa di sana. Namun, hingga kemarin (1/12) belum ada kiriman. “Baru dapat gas LPG saja,” sebut Sineb.

Para pengungsi itu berharap pemerintah melihat langsung kondisi mereka. Kini, mereka menganggur, tapi harus mengeluarkan uang untuk membeli makan di pengungsian.

“Beda kalau saya di rumah, bisa kerja. Di sini, bekerja tidak bisa, makan  keluar uang sendiri. Tak ada bantuan,” keluh Mandi.

Sebelumnya Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri menyatakan, pasokan logsitik untuk pengungsi masih aman. Dia menjamin ada cukup pasokan logistik bagi pengungsi.

“Untuk logistik gak soal lah, kami sudah mengoordinasikan semua itu, pokoknya cukup,” tegas Mas Sumatri pada Kamis lalu (31/11).(bx/wan/yes/JPR)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fase Kritis, Sepertiga Kawah Terisi Lava Vulkanik


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler