jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra membuka kisah tentang KSP Moeldoko datang ke kediaman Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kejadian itu disampaikan Herzaky dalam konferensi pers bertajuk 'Demokrat berkoalisi dengan Rakyat VS Moeldoko berkoalisi dengan Yusril', di auditorium Yudhoyono Kantor DPP Demokrat, Jakarta, Minggu (3/10).
BACA JUGA: Anak Buah AHY: Ulah KSP Moeldoko Sangat Keterlaluan
Mulanya, Herzaky menyebut konstruksi besar dari persoalan yang terjadi di Partai Demokrat sekarang ini dimulai dari ambisi seorang Moeldoko yang ingin sekali menjadi presiden.
"KSP Moeldoko adalah seorang petualang politik, sejak beliau melakukan Operasi Sajadah ketika menjadi Pangdam III Siliwangi. Lalu dimasukan kotak menjadi wagub Lemhannas. Ambisi menjadi presiden ini, pertama kali muncul pada 2014," kata Herzaky.
BACA JUGA: Detik-Detik Dedi Mulyadi Mendatangi Tambang Pasir Ilegal di Subang, Ini yang Terjadi
Menurut Alumni Hubungan Internasional Universitas Indonesia itu, pada 2014 ada seorang pengusaha tanah air menghadap Presiden SBY dan meminta restu agar Partai Demokrat mengusung Moeldoko sebagai calon presiden (Capres).
"KSP Moeldoko saat itu masih perwira aktif dan baru saja diangkat menjadi panglima TNI," lanjut Herzaky.
BACA JUGA: Anak Buah AHY: Kubu Moeldoko Terbelah Tiga, Sudah tidak Solid
Ketua Alumni UI itu kemudian membeberkan kejadian pada Mei 2015 ketika Moeldoko yang mengenakan seragam dinas Panglima TNI datang pagi-pagi sekali ke Cikeas, kediaman SBY.
Jubir Parrai Demokrat itu mengatakan pada hari itu SBY akan berangkat ke Surabaya melakukan Kongres Partai Demokrat.
Menurut Herzaky, SBY saat berpikir ada hal sangat penting dan darurat sehingga seorang Panglima TNI aktif berseragam dinas menghadap seorang mantan presiden, pagi-pagi sekali.
"Ternyata, pesannya tidak sepenting dan semendesak yang diduga. Moeldoko hanya mengatakan: 'Pak, tolong kalau bapak terpilih lagi sebagai ketua umum, agar bapak mengangkat Marzuki Alie sebagai sekjennya'. Pak SBY Marah," tutur Herzaky sembari menirukan ucapan Moeldoko masa itu.
Alumni Hubungan Internasional Universitas Indonesia menjelaskan SBY marah karena Moeldoko sebagai panglima TNI aktif telah melanggar konstitusi dan UU dengan melakukan politik praktis dan intervensi.
Selain itu, SBY juga marah karena dia sebagai salah satu penggagas dan pelaksana reformasi TNI.
BACA JUGA: Pengumuman, Perampok yang Viral di Medan Sudah Ditangkap, Pelakunya Ternyata
"Pak SBY tidak rela TNI dikotori oleh ambisi pribadi yang ingin berkuasa dengan cara-cara yang melanggar aturan dan hukum," ucap Herzaky.
Ceritanya belum selesai. anak buah AHY itu menyebut ketika Moeldoko sudah pensiun sebagai panglima TNI, mantan KSAD itu kembali datang ke Cikeas dan meminta jabatan tinggi di kepengurusan Partai Demokrat.
"Pak SBY sampaikan, kalau gabung dengan PD beliau mempersilakan. Kalau soal jabatan ketua umum, itu ada mekanismenya melalui kongres," beber politikus asal Kalimantan Barat itu.
Herzaky mengungkap Moeldoko yang tidak puas dengan jawaban SBY berupaya menjadi ketum parpol-parpol lainnya.
Bahkan, kata Herzaky, salah seorang mantan wakil presiden bercerita didatangi Moeldoko yang meminta dukungan menjadi pemimpin salah satu parpol.
"Lagi-lagi, mantan wakil presiden ini juga menolaknya halus. Beliau katakan, untuk menjadi ketua umum itu ada mekanismenya melalui kongres," tandas Herzaky Mahendra Putra. (fat/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam