JAKARTA - Beruntunnya teror dengan modus paketan bom buku akhir-akhir ini ditengarai bukan semata-mata karena kelihaian pelakuIndonesia Police Watch (IPW) menilai ada tarik-menarik di internal Polri yang membuat Korps Bhayangkara itu lambat melakukan konsolidasi internal.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, menyatakan bahwa polisi justru telah berbuat ceroboh ketika mencoba membuka paket bom yang dikirim untuk aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Absar Abdalla di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu. Namun lebih dari itu, Neta mencium adanya trend paket bom yang marak itu justru bersamaan dengan bakal berakhirnya masa jabatan Komjen (Pol) Wahyono sebagai Kabaintelkam Polri pada 15 April mendatang
BACA JUGA: Kursi CPNS yang Dianulir Bisa Diisi Calon Lain
"Ini tragis
BACA JUGA: Teror Sudah Menyebar, Rakyat Masih Diminta Sabar
Bersamaan menjelang Wahyono pensiun, terjadi tarik menarik di internal Polri," ujar Neta kepada JPNN, Minggu (20/3)Menurutnya, di internal polisi saat ini berhembus isu bahwa alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) Akpol angkatan 1978 bakal menggantikan Wahyono. Isu itu pula, kata Neta, membuat angkatan lainnya gerah karena sudah banyak posisi strategis yang diisi Akpol angkatan 78
BACA JUGA: Periksa Raskin, Anggota DPD ke Daerah
"Angkatan selain 78 berharap posisi-posisi strtegis tidak hanya didominasi dan dimonopoli Akpol 78," papar Neta seraya menyebut 10 jabatan strategis di Polri yang saat ini ditempati Akpol angkatan 78
Karenanya Neta memnyarankan Kapolri Jendral (Pol) Timur Pradopo selekasnya menuntaskan proses konsolidasi internal Polri"Seharusnya Kapolri Timur Pradopo bisa membangun konsolidasi di internal Polri berjalan konsisten, sehingga Polri bisa segera mengfungkap ungkap otak teror bom sehingga publik tak semakin resah," pungkasnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua Komisi III Bantah Berencana Panggil Kapolri
Redaktur : Tim Redaksi