Konsumen Dalam Negeri Lebih Berminat kepada Kendaraan PHEV

Jumat, 27 November 2020 – 16:20 WIB
Ilustrasi pameran mobil. Foto: carmudi/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Riyanto melihat konsumen di dalam negeri lebih berminat kepada kendaraan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), sebelum memasuki era kendaraan listrik murni.

Besarnya minat masyarakat terhadap PHEV terlihat dari ludesnya penjualan Nissan Kicks e-Power dalam lima hari sejak diluncurkan pada September 2020.

BACA JUGA: Usulan Pajak Nol Persen Kendaraan Baru Ditolak, Kemenperin Putar Otak

"Kalau dalam waktu ini saya milih hybrid atau plug in hybrid. Tetapi dalam jangka panjang kalau ekosistemnya ada, kita bisa pindah langsung ke BEV (Baterai Electric Vehicle)," ujar Riyanto dalam diskusi virtual Peluang dan Tantangan Mobil Listrik di Indonesia, Kamis (26/11).

“Untuk produk hybrid maupun plug in hybrid insentifnya hanya pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Kalau dilihat, dari insentif PPnBM produk hybrid sebenarnya sudah sangat kompetitif dan kedepannya produk hybrid dan plug in hybrid pasti berkembang," imbuh Riyanto.

BACA JUGA: Diramal Mbak You Bakal Masuk Penjara, Nikita Mirzani Ngomong Begini

Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti di Universitas Indonesia di kawasan perkotaan, emisi kendaraan PHEV hampir sama seperti mobil listrik murni.

“Selama simulasi, BBM-nya terpakai kecil banget dan digerakkan oleh baterainya. Plug in hybrid ini mirip dengan full baterai karena kalau di dalam kota pembakarnya tidak berfungsi," papar Riyanto.

BACA JUGA: BP Tapera Gelar Sosialisasi kepada PNS Soal Pengembalian Dana Tabungan Bapertarum

Sedangkan Kepala Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hari Setiapraja menilai belum berkembangnya mobil listrik di Indonesia banyak dipengaruhi berbagai faktor.

Mulai dari kecukupan pasokan listrik, pengolahan limbah baterai, hingga ketersediaan charge station.

"Suplai listrik sangat menentukan, karena kendaraan listrik akan bergantung pada daya listrik yang mudah diakses," tuturnya.

Hambatan lainnya ialah baterai dengan densitas power tinggi, fast charging dan tahan lama.

Berikutnya adalah regulasi teknis dan keuangan untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik termasuk stimulus yang diberikan bagi produsen dan konsumen serta pengolahan limbah baterai dan sistem recycle.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler