Konsumen Loyal Beranjak Tua, Industri Jamu Gencar Regenerasi Pasar

Senin, 03 Juli 2017 – 17:39 WIB
Jamu Iboe. Foto: Jamu Iboe

jpnn.com, SURABAYA - Produsen jamu harus melakukan regenerasi pasar karena konsumen loyal terus beranjak tua.

Salah satu yang aktif melakukan regenerasi pasar adalah PT Jamu Iboe Jaya.

BACA JUGA: Perang Diskon Rusak Industri Kafe Jatim

Mereka giat membuka outlet bukan hanya di pusat perbelanjaan, melainkan juga ke kampus-kampus untuk menjaring konsumen muda.

Product Group Manager Jamu Iboe Perry Anglishartono menyatakan, pembukaan outlet di kampus dimulai Jamu Iboe pada Agustus mendatang.

BACA JUGA: Telkom Patok Pendapatan Tumbuh 2 Digit

”Sasaran kami tentu saja mahasiswa. Selama ini kami hanya membuka outlet di pusat perbelanjaan. Adanya outlet di kampus diharapkan dapat mempercepat regenerasi konsumen,” ujarnya, Minggu (2/7).

Untuk tahap awal, Jamu Iboe membuka outlet di Universitas Surabaya (Ubaya) pada Agustus mendatang.

BACA JUGA: Genjot Industri, OJK Janji Pangkas Bunga Kredit

Jamu Iboe saat ini membuka dua outlet baru di Kuta Beach Walk, Bali, dan Pakuwon Mall, Surabaya. Outlet di Kuta Beach Walk merupakan outlet pertama Jamu Iboe di Bali.

”Khusus Bali, kami menyasar segmen pasar internasional. Di sana, banyak turis dan mereka menganggap jamu itu minuman yang eksotis,” terangnya.

Rencananya, Jamu Iboe kembali mendirikan 2–3 outlet pada semester kedua tahun ini.

Total, Jamu Iboe memiliki 21 outlet yang tersebar di Indonesia. Hingga Mei, Jamu Iboe berhasil mencatatkan kenaikan penjualan tujuh persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Produk yang terus digenjot penjualannya adalah jamu dengan bentuk minuman dalam kemasan atau health drink.

Selain penambahan gerai di lokasi strategis, regenerasi pasar dilakukan dengan mengembangkan produk yang bisa diterima kalangan muda.

Karena itu, Jamu Iboe terus mengembangkan minuman kesehatan yang hingga kini memiliki tujuh varian rasa.

Meski begitu, kontribusi penjualan Jamu Iboe paling banyak masih berasal dari jamu tradisional sebesar 50 persen.

Sementara itu, health drink mencapai 20 persen dan 30 persen dari jamu modern berupa kapsul.

”Tetapi, pertumbuhannya paling besar memang berasal dari health drink,” ucapnya.

Di sisi lain, dia mengungkapkan bahwa saat ini industri jamu memiliki beberapa kendala terkait pengetatan aturan iklan yang baru saja diterapkan pemerintah.

”Tulisan untuk iklan, promosi maupun di kemasan, tidak boleh menggunakan judul yang mengacu pada khasiatnya. Atau promosi yang bisa membuat konsumen melakukan pembelian berulang,” imbuhnya.

Menurut dia, aturan tersebut membuat produsen jamu tertekan dan sulit berkembang.

”Perusahaan jamu besar bisa mengimbangi aturan-aturan pemerintah. Namun, perusahaan jamu kecil sulit mengimbangi dan akhirnya susah untuk berkembang,” tegasnya. (vir/c16/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Lebaran, Cadangan Listrik Bertambah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler