Perang Diskon Rusak Industri Kafe Jatim

Sabtu, 01 Juli 2017 – 20:48 WIB
Ilustrasi kafe. Foto: AFP

jpnn.com, SURABAYA - Kinerja industri kafe dan restoran di Jawa Timur (Jatim) cenderung stagnan.

Hal itu disebabkan penurunan daya beli dan persaingan yang makin ketat.

BACA JUGA: Telkom Patok Pendapatan Tumbuh 2 Digit

Bahkan, momen Ramadan tak mampu mengangkat kinerja industri.

Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim Tjahjono Haryono menyatakan, kinerja penjualan makanan-minuman di kafe serta resto saat momen Ramadan dan Lebaran tahun ini berbeda jika dibandingkan dengan tahun lalu.

BACA JUGA: Genjot Industri, OJK Janji Pangkas Bunga Kredit

Tahun lalu, masih ada pertumbuhan penjualan 13 persen. Namun, tahun ini, grafiknya datar saja.

Salah satu penyebabnya adalah pertumbuhan jumlah kafe dan restoran di Jatim yang mencapai 15 persen dalam setahun terakhir.

BACA JUGA: Jelang Lebaran, Cadangan Listrik Bertambah

”Hal itulah yang akhirnya membuat kompetisi kian ketat,” jelas Tjahjono.

Kafe dan restoran yang baru bermunculan itu cenderung memilih pangsa pasar menengah ke bawah sehingga timbul kompetisi yang tinggi.

”Di Surabaya, kini banyak kafe dan restoran dengan harga jual makanan sekitar Rp 20 ribu. Nah, semuanya berlomba menarik pasar,” ungkapnya.

Konsultan Bisnis Food and Beverage Mutiara Cuisine Luther Lie menjelaskan, untuk menghadapi persaingan ketat di dunia restoran, hal yang paling tepat untuk bisa survive adalah bermain promosi.

”Tidak promo ke arah diskon lagi. Hal terbaik adalah kolaborasi dengan usaha atau restoran lain. Namanya konsep pop-up,” katanya.

Maksudnya, restoran-restoran melakukan usaha bersama untuk mendapat konsumen dari pasar yang lain. ’’Semacam sharing,” ucap Luther.

Kini, hal itu banyak dilakukan di Jakarta dan luar negeri.

Salah satu bentuk kerja samanya adalah tidak bergantung pada diskon.

Menurut Luther, konsumen Surabaya sebenarnya sangat loyal.

Buktinya, banyak restoran besar yang mampu bertahan lama tanpa diskon besar-besaran.

”Artinya, masyarakat Surabaya sebenarnya loyal, tapi dirusak promosi diskon itu,” imbuhnya.

Namun, konsumen telah bergantung pada diskon. Penghilangan diskon diyakini berpengaruh pada penurunan omzet.

”Adanya diskon akan membiasakan konsumen menyukai diskon. Ketika promo itu tidak ada, mereka tidak akan datang,” ujarnya. (car/c18/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kompetitor Agresif, Penjualan Domestik Indocement Naik Tipis


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
industri   kafe  

Terpopuler