Konsumen Masih Trauma dengan Cacing di Ikan Kaleng

Minggu, 01 April 2018 – 20:31 WIB
Petugas BPOM Kepri meneliti sampel produk sarden di salah satu distributor di kompleks Refindo, Batuampar, Rabu (21/3). Pengambilan sampel itu terkait dugaan sarden dalam kemasan kaleng yang mengandung cacing nematoda. Ilustrasi : Cecep M/Batam Pos

jpnn.com, SURABAYA - Para pengusaha ikan kaleng sudah meyakinkan bahwa produknya aman dikonsumsi.

Namun, keberadaan parasit cacing di produk ikan makerel kalengan tetap membuat konsumen jijik dan menolak konsumsi.

BACA JUGA: Kosmetik Anti Jerawat dan Pemutih Ilegal Hampir ke Jakarta

Setiawan Koesdarto, pengajar di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya, menerangkan bahwa produk-produk yang beredar di masyarakat semestinya sudah bebas dari kontaminan. Baik itu kontaminan fisik, biologis, maupun kimia.

"Jika sampai di tangan konsumen masih ada cemaran, artinya kebersihan dalam masa persiapan dan pengolahannya ada yang kurang," ujar dia.

BACA JUGA: Efek Temuan Cacing, Usaha Pengalengan Ikan Oleng

Jika memang ikan makerel yang akan diolah mengandung kontaminan, dalam hal ini cacing, seharusnya produsen sudah bisa mengetahui saat masa persiapan.

Sebab, sebelum ikan diolah untuk dikalengkan, dilakukan sortasi dan penyiangan.

BACA JUGA: Razia, Dinkes Temukan Cacing Hidup di Dalam Ikan Kaleng

Yakni, ikan yang berkualitas dipilih, kemudian diolah. Dalam tahap itu, sisik ikan dibersihkan, lalu dipisahkan kepala, isi perut, dan ekornya.

"Dalam tahap ini bisa dilakukan sampling untuk melihat kelayakan calon ikan yang akan diolah," lanjut profesor yang concern di bidang parasitologi veteriner tersebut.

Sementara itu, mantan Kepala Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BBPMHP) Sunarya menjelaskan bahwa infeksi cacing pada mamalia laut bersifat insidental dan tidak selamanya terjadi.

Cacing anisakis pun hanya menghuni perairan-perairan tertentu.

"Biasanya Laut China Selatan. Makanya, setiap ikan yang ditangkap dari sana ya diolah di pabrik mana pun, tetap ada cacingnya," ungkap dia.

Lantaran merupakan parasit alami, sangat susah membersihkan ataupun menghindarinya sama sekali.

Karena itu, kata Sunarya, otoritas perikanan Eropa memperbolehkan penemuan cacing pada ikan tangkapan dengan toleransi jumlah tertentu.

"Setiap dua atau tiga cacing yang ditemukan di 3,3 kilogram, maka masih boleh dijual," katanya.

Pakar teknologi dan pemrosesan makanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Purwiyatno Hariyadi menambahkan bahwa cacing anisakis pada dasarnya tidak berbahaya jika sudah dipastikan mati.

Standar pemanasan sterilisasi komersial, jelas dia, telah cukup menjamin matinya cacing dan mikroorganisme lain.

Anisakis akan mati pada suhu pemanasan 65 derajat Celsius. Atau didinginkan pada suhu minus 35 derajat Celsius.

"Sementara di pabrik-pabrik itu dipanaskan sampai 121 derajat Celsius," ujarnya. (lyn/tau/idr/c9/kim)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ikan Kaleng Mengandung Cacing, Menkes Jangan Berkelit


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler