Konsumsi Daging Asia Meningkat

Berdampak pada Lingkungan

Senin, 13 Januari 2014 – 15:46 WIB
Ilustrasi

jpnn.com - BERLIN--Kelompok pecinta lingkungan Jerman Heinrich Boell Foundation dan Friends of the Earth, merilis prediksi konsumsi daging untuk 2014. Konsumsi daging dunia bakal naik 150 juta ton lebih, menjadi 470 juta ton pada pertengahan abad ke-21. Jumlah tersebut diyakini akan berdampak buruk bagi lingkungan dan sosial.

Konsumsi daging dunia juga akan naik drastis tahun 2050, terutama di Asia, menyebabkan penggunaan lahan yang merusak dan berdampak buruk pada kesehatan manusia.

BACA JUGA: Iran Hentikan Program Nuklir, AS Belum Puas

Dijelaskannya, saat ini sudah 70 persen lahan subur di dunia yang digunakan untuk memproduksi pakan ternak seperti babi dan sapi."Sehingga kondisi ini menyisakan semakin sedikit lahan untuk pertanian subsisten," ungkap Barbara Unmussig, Kepala Heinrich-Böll, seperti dilansir dw.de, akhir minggu lalu.

Meningkatnya kebutuhan daging juga mempengaruhi penggunaan pakan ternak. Hasil temuan NGO ini, pakan ternak dari kacang kedelai diprediksi akan berlipat ganda menjadi 515 juta ton per tahun.

BACA JUGA: Demonstran Thailand Mulai Aksi Bangkok Shutdown

"Tahun 2022, India dan China dengan kelas menengah yang konsumtif dan terus meluas akan menyumbang 80 persen dari pertumbuhan produksi daging," ujarnya.

Permintaan juga akan bertambah di negara-negara seperti Brasil, Afrika Selatan dan Rusia, melampaui Eropa maupun Amerika Serikat dengan penjualan daging yang stagnan. Warga Jerman sendiri rata-rata mengonsumsi 60 kilogram daging tahun 2012. Di China, konsumsi per kapita sekitar 38 kg dan Afrika 20 kg.

BACA JUGA: Warga Sukacita Sambut Kematian Sharon, Menteri Keamanan Israel Berang

Produksi daging yang terindustrialisasi di negara-negara Asia yang mencontoh negara barat membawa efek samping seperti skandal kontaminasi makanan dan penggunaan antibiotik maupun hormon yang salah pada hewan ternak. Menurutnya, produksi massal akan berujung pada perekonomian yang merusak dan konsekuensi fatal bagi keluarga petani subsisten.

"Satu hidangan daging per minggu sudah cukup. Lebih baik kita kembali ke daging panggang bersama keluarga setiap hari Minggu," tambahnya.

Sementara itu, pakar pertanian BUND, Reinhild Benning, mengatakan permintaan yang terus melambung atas lokasi-lokasi produksi pakan ternak akan berdampak fatal terhadap hutan hujan tropis, tanah dan daerah aliran sungai, misalnya, akibat penggunaan pestisida.

Harga-harga sembako akan meroket, terutama memukul warga miskin. Para penulis studi juga mewanti-wanti bahaya impor daging yang disuntik hormon, apabila negosiasi antara Amerika Serikat dan Uni Eropa berujung pada pakta perdagangan bebas.

Merespon hasil studi, Asosiasi Industri Pangan Jerman (BVE) menuding para penulis mencoba untuk mengharamkan gaya hidup tertentu bagi konsumen.

"Industri menawarkan produk makanan yang aman dan berkualitas tinggi, baik bagi vegan dan juga mereka yang suka makan schnitzel," ujar Direktur Asosiasi Christoph Minhoff. Konsumsi hewan ternak setiap tahun di Jerman adalah 58 juta babi, 630 juta ayam dan 3,2 juta sapi. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penghormatan Terakhir untuk Sang Buldoser


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler