jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Yuli Supratiwi kembali mempertanyakan kian gencarnya informasi serta iklan yang menggambarkan susu kental manis sebagai minuman bergizi untuk anak.
Padahal, kandungan susu dan kalsium yang tertera di komposisi maksimal sepuluh persen serta tingginya kadar gula pada produk susu kental manis.
BACA JUGA: BPKN Harus Beri Klarifikasi soal Susu Kental Manis
"Informasi ini sangat tidak bertanggung jawab. Apa kita mau anak anak Indonesia terus 'dijajah' dengan produk susu kental manis yang bahkan tidak diproduksi lagi di negara asalnya di Belanda," kata Yuli, Jumat (22/9).
Yuli menjelaskan, susu kental manis diperkenalkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
BACA JUGA: BPKN: Susu Kental Manis Aman Dikonsumsi
Saat itu, tidak ada pilihan susu lain ada di pasar. Namun, seiring makin perkembangan zaman, berbagai susu untuk anak-anak dan keluarga yang dikemas dalam bentuk cair maupun bubuk telah tersedia di pasaran.
"Ya, sangat menyedihkan, Kita sudah 'dibohongi' lebih dari 90 tahun. Kok ini ada perusahaan susu Belanda di Indonesia hingga kini masih memproduksi dan mempromosikan susu kental manis berjejer dengan susu lain produk mereka. Padahal, kandungan susunya sangat berbeda. Seharusnya BPOM tidak menutup mata akan hal ini jika melihat cara beriklan mereka yang menyesatkan," jelas Yuli.
BACA JUGA: BPOM Janji Usut Tuntas Pengedar PCC
Yuli juga mempertanyakan adanya usaha dari sekelompok pihak yang menyatakan bahwa produk susu kental manis aman dan baik dikonsumsi sebagai minuman sehat untuk anak karena sudah mendapatkan izin edar dari BPOM.
Sebagai LSM yang peduli dengan kesehatan masyarakat, DKR secara tegas dan menentang berbagai usaha untuk mengganggu kesehatan anak Indonesia di masa depan.
"Ya, silakan kalau ada yang membela promosi susu kental manis. Kami tentunya harus lawan mereka. Kami bela masa depan anak Indonesia, generasi emas bangsa. Kalau mereka terus membela berarti mereka tidak peduli dengan masa depan anak bangsa," tegas Yuli.
Menurutnya, semua produk makanan dan minuman yang telah mendapat izin dari BPOM bisa dianggap aman.
Namun, pertanyaannya adalah apakah makanan dan minuman itu sehat untuk anak Indonesia.
"Minuman keras dengan kandungan alkohol tinggi juga mendapatkan izin edar dari BPOM. Namun, apakah produk tersebut sehat?" ujar Yuli.
Dia menambahkan, BPOM seharusnya melakukan edukasi dan pengawasan iklan serta juga melakukan penindakan.
Menurut dia, BPOM jangan menutup mata karena hal ini penting untuk masa depan anak Indonesia.
“Segera lakukan penindakan demi generasi penerus bangsa. Nah, sekarang tinggal menunggu sikap BPOM selaku wakil pemerintah, apa masih melakukan pembiaran hanya karena lobi pengusaha," kata Yuli.
Selain DKR, berbagai kalangan baik pemerintah maupun pemerhati anak sebenarnya juga telah menyuarakan keprihatinan atas promosi susu kental manis untuk konsumsi anak dan keluarga.
Kementerian Kesehatan melalui Direktur Gizi, Ditjen Bina Gizi dan KIA Doddy Izwardy pernah mengatakan bahwa promosi produk susu kental manis tidak sesuai dengan program Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) yang tengah digalakkan pemerintah.
Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Eni Gustina dalam sebuah diskusi di Jakarta.
"Banyak iklan produk makanan dan minuman menyesatkan konsumen. Susu kental manis salah satunya. Produk ini jauh lebih tinggi kandungan gulanya dari pada kandungan susunya, namun banyak iklan di layar kaca seolah-olah dijadikan minuman sehat bagi keluarga. Ini sungguh memprihatinkan," kata Eni.
Keprihatinan serupa juga disuarakan oleh Anggota Satgas Perlindungan Anak dan Unit Koordinasi Kerja (UKK) Tumbuh Kembang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rachmat Sentika.
"Jika tidak dilakukan edukasi tentang dampak konsumsi produk susu kental manis, masa depan kesehatan anak-anak Indonesia akan terganggu," tegas Rachmat.
Agus Pambagio, pengamat kebijakan publik juga mengkritisi keengganan produsen susu kental manis untuk mengedepankan komunikasi produk secara transparan.
Mantan komisioner Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia itu menyatakan, seharusnya produsen lebih mengedepankan reputasi sebagai perusahaan yang bertanggung jawab dalam mendukung kesehatan anak melalui label pangan dan komunikasi kandungan produk yang lebih transparan.
Hal serupa juga diungkapkan oleh pemerhati anak Seto Mulyadi, tokoh pembela hak anak itu juga mengimbau semua pihak mendukung anak Indonesia agar tumbuh sehat demi generasi masa depan bangsa yang lebih kuat. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PCC Masalah Serius, BPOM Bentuk Tim Aksi Nasional
Redaktur & Reporter : Ragil