17 tahun silam, Ben Tullipan nyaris kehilangan nyawanya dalam peristiwa serangan Bom Bali. Kini pria Australia itu sibuk sebagai pegolf difabel 13 lubang dan membantu difabel lain menekuni olahraga yang satu ini.

"Jarak saya dengan bom yang meledak itu hanya sekitar lima meter," katanya kepada ABC.

BACA JUGA: Beda dengan Indonesia, Jadwal Pemilu Australia Bisa Ditentukan Perdana Menteri

"Saya masih ingat, saya melihat mobil van, saya ingat melihat bola api memancar dari sisi sampingnya," katanya, mengenang peristiwa itu.

Ben Tullipan kehilangan kedua kakinya dan sebagian besar pendengarannya. Bom itu juga merusak otot perutnya, menyebabkan luka bakar hingga lebih dari 60 persen tubuhnya.

BACA JUGA: Karena Miliki Anak Tuli, Keluarga Asal Bhutan Terancam Dideportasi dari Australia

Dia menekuni golf sebagai bagian rehabilitasi dari cedera tersebut.

"Menekuni olahraga Golf itu tantangan besar. Sebelum bermain golf saya bahkan sulit berjalan, tidak bersosialisasi, sangat sulit," katanya.

BACA JUGA: Akankah Caleg Pemilu 2019 Membantu TKI yang Kini Terancam Hukuman Mati?

Namun semangat hidupnya menjadikan dia mengesampingkan disabilitasnya dan kini menjadi pemain golf 13 lubang. Dia sibuk dengan berbagai kompetisi.

"Menyenangkan sekali bisa beraktivitas, mengalahkan pegolf berbadan sehat. Mereka sampai kehilangan kata-kata. Rasanya senang sekali," katanya.

Ben Tullipan ini kini bekerja sebagai manajer Empower Golf di Queensland, sebuah program golf bagi para penyandang disabilitas.

Dia percaya belajar bermain golf dapat mengubah hidup seseorang.

Dia melihat sendiri perubahan pada mereka yang sebelumnya tak berolahraga dan beraktivitas sama sekali, sampai akhirnya bermain golf.

Banyak pegolf pemula, katanya, yang dia bantu mengalami kesulitan akibat cedera fisik dan cacat, terisolasi, dan kurang memiliki hubungan sosial.

Di tempatnya mengajar, sekitar 80 orang difabel telah belajar bermain golf, dan sudah 400-an peserta yang ikut pelatihannya.

Dia bertekad memperluas program ini di seluruh Australia.

Salah satu muridnya, Mathew Forsyth, menderita lumpuh dua tahun lalu akibat kecelakaan ketika beraksi dengan sepeda BMX.

Dengan menggunakan kursi khusus yang memungkinkan dia berdiri, Forsyth menggunakan pelatihan ini untuk bertemu dengan orang sehingga membuatnya kembali bersemangat.

Dia mengaku senang bisa bertemu teman dan kerabat sambil bermain golf dengan mereka. Photo: Pegolf difabel Mathew Forsyth senang bisa kembali keluar, beraktivitas dan bermain dengan teman-temannya. (ABC Gold Coast: Damien Larkins)

Sisi sosial dari olahraga inilah yang juga sangat menarik bagi Debra Cottrell, dari salah satu organisasi pekerja sosial setempat.

Menurut dia, kesempatan bersosialisasi sangat penting karena pada dasarnya semua orang membutuhkan teman dan perlu beraktivitas.

Dia berharap lebih banyak lagi orang yang mengikuti program yang dijalankan Tullipan.

Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku Tindakan Intoleran Di Indonesia Tahun 2018 Lebih Banyak Individu dan Kelompok Warga

Berita Terkait