Seorang mahasiswi jurusan akuntansi berusia 38 tahun asal Brasil dikenal sebagai "pekerja keras" dan "teman yang luar biasa". Ia meninggal karena COVID-19 di Sydney.
Adriana Midori Takara diketahui tidak memiliki penyakit lain sebelumnya, namun kondisinya memburuk setelah dites positif COVID dan meninggal 10 hari sesudahnya.
BACA JUGA: Syarat Penumpang Kereta Api Usia di Bawah 18 Tahun
Adriana meninggal hari Minggu kemarin (25/07) di Rumah Sakit Royal Prince Alfred.
Marlene Coimbra, yang memiliki perusahaan konsultan migrasi dan membantu Adriana mendapatkan visa pelajar untuk belajar di Kaplan Business School, mengatakan Adriana, pacaranya dan seorang teman lain sebelumnya positif terkena virus.
BACA JUGA: Panglima TNI Akui Upaya Pelacakan Indonesia Masih di Bawah Standar WHO
Marlene mengatakan dia terkejut bahwa virus itu menyerang tubuh Adriana 'begitu cepatnya'.
"Ketika mereka dites pertama kali, Adriana negatif dan pacarnya positif," katanya.
BACA JUGA: Ternyata Sudah Ada Sekolah Mulai Belajar Tatap Muka
Marlene mengatakan pacar Adriana dan rekan satu apartemennya, seorang perawat, kemudian melakukan isolasi mandiri.
"Beberapa hari kemudian Adriana melakukan tes kedua, dan hasilnya positif," katanya.
"Begitu cepatnya, begitu cepatnya tubuhnya melemah. Menyedihkan sekali."
Marlene Coimbra mengatakan keluarga Adriana hanya bisa mengucapkan selamat tinggal lewat Zoom.
"Ketika dokter mengatakan mereka tidak bisa melakukan apa-apa lagi untuk membantu Adriana, mereka menghubungi keluarga untuk memberi kesempatan melakukan perjumpaan terakhir," katanya.
Teman Adriana, Fernanda Ferreira Batista menulis di media sosial mengatakan bahwa Adriana bukan sekadar angka kematian korban COVID-19, namun seorang "perempuan yang memiliki mimpi dan harapan".
"Sejak COVID-19 dimulai, kita hanya mendengar angka-angka saja. Jumlah kasus, jumlah infeksi, jumlah vaksin, jumlah kematian," tulis Fernanda di Facebook yang sekarang unggahannya sudah dihapus.
"Dan Adriana bukanlah sekadar angka. Seorang teman yang baik, bukan saja teman saya, namun teman dari begitu banyak orang."
Marlene mengatakan pacar Adriana adalah juga seorang mahasiswa dan mereka berencana menikah setelah menyelesaikan studi.
Adriana merupakan orang kedelapan di negara bagian New South Wales (NSW) yang meninggal setelah tertular COVID-19 dalam dua bulan terakhir.
Meninggalnya Adriana juga terjadi di hari yang sama dengan meninggalnya seorang nenek berusia 70 tahunan di Rumah Sakit Campbelltown.
Presiden Asosiasi Medis Austealia (AMA) cabang New South Wales, Dr Danielle McMullen mengatakan meninggalnya Adriana menjadi peringatan bagi warga-warga muda di Australia.
Sejauh ini enam dari 900 kematian di Australia karena COVID-19 terjadi di kalangan warga berusia di bawah 49 tahun.
Namun menurut Dr Danielle, dengan semakin banyak mereka yang berusia di atas 60 tahun sudah divaksinasi, kasus penularan yang terjadi di Sydney saat ini banyak dialami oleh warga yang lebih muda.
Ini juga menyebabkan Menteri Utama NSW, Premier Gladys Berejiklian memberi peringatan jika warga muda bisa menjadi korban dari "penyakit yang kejam ini".
"Bila ada yang berpikiran penyakit ini hanya menyerang orang-orang yang lebih tua, silahkan berpikir ulang," katanya hari Minggu.
"Lagi-lagi, saya ingin menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, orang-orang yang berduka hari ini, namun ingat bahwa warga berusia muda yang tidak memiliki penyakit apa pun sebelumnya bisa juga menjadi korban penyakit inj."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
Video Terpopuler Hari ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Tanggung-tanggung, Panglima TNI Sampai Mengerahkan 63 Ribu Prajurit