Korban Gempa Turki, Wajah Nia Bersih, Tidak Seperti Orang yang Tertindih Reruntuhan

Jumat, 10 Februari 2023 – 22:40 WIB
Bidayati Rahmat Zaelani (kiri) dan Muhammad Sukarmin (kanan), orang tua dari warga negara Indonesia korban gempa di Turki Nia Marlinda, menunjukkan foto anaknya saat menerima warga yang melayat ke rumah keluarga korban di Denpasar, Bali, Jumat (10/2/2023). ANTARA/Genta Tenri Mawangi

jpnn.com, DENPASAR - Dua Warga Negara Indonesia (WNI) korban gempa Turki dimakamkan di Kahramanmaras.

Keluarga korban melihat prosesi penguburan jenazah melalui rekaman video yang dikirimkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Turki di Ankara.

BACA JUGA: Dua WNI Jadi Korban Gempa Turki-Suriah, Sekeluarga 

Ibu dari korban gempa itu, Bidayati Rahmat Zaelani menyampaikan dia menyaksikan video penguburan itu bersama anggota keluarga lainnya, termasuk bapak dari korban, Muhammad Sukarmin.

“Kemarin (9/2) kami telepon dan dikirimi video (penguburan jenazah Nia),” kata Bidayati saat ditemui di rumahnya di Denpasar, Bali, Jumat.

BACA JUGA: Gempa Turki Sudah Diprediksi 3 Hari Sebelumnya, Diduga karena Geometris Benda Langit?

Dia pun mengucapkan terima kasih kepada staf KBRI Ankara yang terus membuka jalur komunikasi dengan pihak keluarga dan memberi informasi mengenai pemulasaran dan penguburan jenazah putri, beserta cucu, dan menantunya itu.

“Staf KBRI bertindak cepat (saat jenazah ditemukan) dibawa ke rumah sakit, jenazah dibersihkan, dan dikafankan,” kata Bidayati.

BACA JUGA: 123 WNI Terdampak Gempa Turki Tiba di Indonesia

Dia juga menyampaikan sempat melihat wajah anaknya sebelum dikubur, tetapi Bidayati mengaku tak sanggup melihat wajah cucunya yang juga menjadi korban gempa.

“Wajahnya (Nia) bersih. Tidak seperti orang yang tertindih reruntuhan,” kata dia.

Dalam kesempatan yang sama Bidayati menceritakan pihak keluarga sempat berencana membawa pulang jenazah Nia bersama anaknya ke Indonesia. Pihak keluarga pun sempat menghubungi KBRI Ankara dan membahas permintaan tersebut.

“Akhirnya dari KBRI memberi masukan dan penjelasan (bahwa) bisa dipulangkan, tetapi karena kondisi tertindih reruntuhan prosesnya bisa 1–2 minggu. Tetapi karena kami orang muslim, pemakaman harus disegerakan,” kata dia.

Bidayati dan keluarga pun akhirnya ikhlas menerima keputusan untuk menguburkan jenazah Nia dan anaknya di Kahramanmaras, kota di bagian tengah Turki yang berjarak lebih dari 600 kilometer dari Ankara, dan lebih dari 1.000 km dari Istanbul.

“Saya sebagai ibu, di mana pun Nia dimakamkan, itu tanahnya Tuhan (yang) punya juga,” kata Bidayati.

Di rumah keluarga Nia Marlinda, Bidayati dan Sukarmin membuka pintu untuk keluarga, kerabat, dan tetangga, yang ingin melayat dan ikut pengajian/tahlilan.

Kegiatan mendoakan korban itu dimulai sejak Kamis malam (9/2) dan rencananya akan terus berlangsung selama 7 hari, kemudian pada hari ke-40, dan hari ke-100 kematian Nia Marlinda.

“Sudah banyak yang melayat sejak berita (kematian beredar). Ada tahlilan sampai 7 hari itu, karena kami ada tradisi orang Lombok juga ada hari ke-40 dan hari ke-100. Ada salat gaib juga, kami sekeluarga aktif sosialisasi,” kata Bidayati yang telah tinggal di Bali selama kurang lebih 40 tahun.

Di beberapa masjid, termasuk salah satunya di Masjid Chandra Asri di Ketewel, Gianyar, Jumat, jamaah shalat Jumat menggelar shalat gaib untuk Nia Marlinda, suaminya yang berkewarganegaraan Turki, dan anaknya. (antara/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tampang Pelaku Perkelahian di Titik Nol Yogyakarta


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler