Para korban pelecehan seksual oleh pejabat gereja Katolik mendesak agar sebuah plakat yang menampilkan pelaku pelecehan seksual dicabut dari Katedral Santa Maria di Hobart, Australia.
Plakat yang terpasang di dinding luar katedral tersebut dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap mantan Uskup Agung Sir Guilford Young namun juga menampilkan sosok pejabat gereja Monsignor Philip Green.
BACA JUGA: Anak Keterbelakangan Mental Terancam Dideportasi dari Australia
Dengan berbagi cerita Julian Punch berharap bisa mendorong perubahan dalam lingkungan gereja.(Foto: ABC News)
Pada tahun 2004 Green mengaku bersalah melakukan pelecehan terhadap seorang mantan putra altar. Dia dijatuhi vonis tiga bulan hukuman percobaan.
BACA JUGA: RS Ballarat Keliru Kirim Kabar Kematian Pasien Lansia
Julian Punch, mantan pastor terkenal di Hobart, juga mengaku pernah dilecehkan oleh Monsignor Green.
Dalam biografinya berjudul Gay with God, Julian Punch mengaku mantan Monsignor itu melecehkannya ketika dia masih sebagai pelajar di Corpus Christi College di daerah Mount Waverley, Melbourne tahun 1968.
BACA JUGA: Survei Legalitas Pernikahan Gay Bisa Dilakukan di Australia
Punch mengatakan plakat yang menampilkan Green bersama anak-anak seharusnya dicabut.
Green merupakan sekretaris Uskup Agung dan belakangan merupakan pejabat gereja paling senior di Tasmania.
Baca juga: Gereja Katolik Bayar $276 Juta Terkait Pelecehan Seksual Anak
Hampir 2000 Tokoh Gereja Katolik Diidentifikasi Terkait Pelecehan Seksual Anak
Punch mengatakan Green melecehkan anak-anak lelaki serta remaja yang lemah selama lebih dari 20 tahun.
"Dia punya doa korban. Salah satunya telah bunuh diri dan dia dituntut namun tidak pernah masuk penjara," kata Punch.
"Saya juga tahu orang lain yang dia lecehkan dan telah melakukan bunuh diri," tambahnya.
"Mereka menyembunyikannya. Bahkan ketika dia dinyatakan bersalah dia masih bertahan di lingkungan gereja," kata Punch seraya menambahkan, "Ini sungguh tindakan penodaan agama."
"Pihak gereja mengetahui plakat keuskupan ini masih berada di sisi katedral. Begitu pula dengan pihak komisi khusus pelecehan seksual anak," katanya.
Punch mengatakan dengan mencabut plakat tersebut akan membantu korban dan membantu pihak gereja untuk melangkah.
Kelompok pendukung korban, Beyond Abuse, menyatakan plakat tersebut menjijikkan dan harus segera dicabut.
Juru bicara Beyond Abuse, Steve Fisher, mengatakan plakat itu akan mengingatkan para korban dari Green dan yang lainnya mengenai kejahatan yang mereka alami. Philip Green di tahun 2004 mengaku bersalah pernah melecehkan seorang putra altar.
(Foto: ABC News)
"Seharusnya dicabut hari ini juga. Memalukan betapa Gereja Katolik telah mendirikannya," katanya.
"Hal ini hanya mengagung-agungkan salah satu pedofil mereka dan seakan mengatakan bahwa kami tidak peduli," tegas Fisher.
Dia menambahkan lebih parah lagi karena plakat tersebut dipasang setelah diketahui bahwa Green telah melecehkan anak-anak.
"Gila benar. Gereja Katolik tampaknya masih belum mengerti dampaknya terhadap korban," ujar Fisher lagi.
Keuskupan Agung Hobart menyatakan bahwa plakat tersebut dipasang untuk mengenang Uskup Agung Sir Guilford Young , yang hingga baru-baru ini dimakamkan di bawah bangunan instalasi tersebut bersama dengan para uskup Katolik Tasmania lainnya.
Dalam pernyataannya, pihak gereja mengatakan "tidak ada rencana segera" untuk mencabut karya seni tersebut.
Gereja tersebut menambahkan pihaknya menangani tuduhan pelecehan secara sangat serius dan "tidak mentolerir pelecehan dalam bentuk apapun", serta mendukung peran polisi dan pengadilan dalam menyeret pelaku ke pengadilan.
Diterbitkan Jumat 8 September 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjaga Bar Usia 93 Tahun Akhirnya Putuskan Pensiun