jpnn.com - GENDERANG perang melawan peredaran narkoba yang ditabuh Meksiko pada 2006 terdengar bertalu-talu hingga sekarang. Keberanian Felipe Calderon, pemimpin Negeri Sombrero saat itu, untuk menindak tegas kartel narkoba dan menyeret pemimpinnya ke penjara tak sia-sia. Saat ini "tinggal" dua kartel besar yang bercokol, yaitu Sinaloa dan Generasi Baru Jalisco (JNG).
Sebelum kampanye tersebut digalakkan, peredaran narkoba di Meksiko memang luar biasa pesat. Negara itu ibarat surga bagi para kartel narkoba. Direktorat Keamanan Nasional (DFS) malah menjadi pelindung bagi para pengedar narkoba. Mereka memfasilitasi para kartel agar bisa menjual dagangan dengan aman. Imbal baliknya tentu saja dana segar hasil penjualan narkoba.
Program perang narkoba tersebut didukung Amerika Serikat (AS). Bukan tanpa alasan Negeri Paman Sam mendukung. Sebab, selama ini AS memang menjadi salah satu target terbesar distribusi obat terlarang dari Meksiko. Per tahun kartel di Meksiko meraup USD 19-29 miliar (Rp 253,23-386,7 triliun) dari perdagangan obat ke AS.
Untuk mendukung program memerangi narkoba itu, Kongres AS bahkan mengucurkan anggaran USD 2,3 miliar (Rp 30,6 triliun) sejak 2008. Dana tersebut dipakai untuk melatih para polisi dan membeli berbagai peralatan. Misalnya pesawat, scanner, X-ray, serta sekitar 400 anjing yang bisa melacak obat-obatan, senjata, dan bahan peledak.
Begitu program itu berjalan, penangkapan besar-besaran terhadap para pucuk pimpinan kartel besar dilakukan. Namun, hal yang tidak terduga terjadi. Anggota kartel ganti berebut mengisi kekosongan kursi. Perang berdarah antargeng anggota kartel terjadi setiap ada pimpinan yang tertangkap.
BACA JUGA: Kisah Pelarian Terbesar Bos Kartel dari Penjara Teraman Setara AS dan Kanada
Belum lagi perang antarkartel yang berbeda untuk berebut menjadi penguasa. Setidaknya 138 ribu orang terbunuh di Meksiko sejak akhir 2006. Dalam kurun waktu 2006-2012 jumlah korban tewas terkait peredaran narkoba itu mencapai 60 ribu orang. Pada kurun waktu yang sama, 26.121 orang hilang tanpa keterangan jelas.
Kendati ratusan ribu nyawa melayang, pemerintah Meksiko pantang surut mengampanyekan perang terhadap perdagangan narkoba. Saat Presiden Enrique Pena Nieto mulai menjabat pada 2012, program tersebut terus dilanjutkan. Bahkan, tampaknya keberhasilan perang melawan narkoba itu menemui titik terang saat pucuk pimpinan kartel terus ditangkap.
BACA JUGA: Alhamdulillah, Taliban Rundingkan Perdamaian dengan Afghanistan
Termasuk di antaranya Joaquin "El Chapo" Guzman yang ditangkap tahun lalu dan melarikan diri pada Minggu (12/7). Guzman adalah penyuplai terbesar narkoba ke AS.
Sejak beberapa tahun belakangan, penangkapan pucuk pimpinan kartel tidak lagi diikuti dengan perang berdarah antaranggota yang berebut kekuasaan maupun antarkartel yang berbeda. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab.
Salah satunya, mereka kini lebih memilih melakukan negosiasi untuk membagi rute penyelundupan daripada baku tembak. Alasan lainnya adalah terus menurunnya jumlah kartel yang masih memiliki peran dalam peredaran narkoba di Meksiko.
"Bisa jadi konflik antar-organisasi kejahatan ini telah menghancurkan diri mereka sendiri. Hanya tersisa sedikit orang untuk bertarung," ujar direktur Justice in Mexico Project di Universitas San Diego David Shirk.
Proyek yang didanai AS itu merilis laporan bahwa angka kematian akibat perang antargeng di Meksiko menurun cukup drastis hingga sepertiganya. Sepanjang 2014 ada 15.649 orang yang tewas karena dibunuh. Pada 2011 jumlah korban pembunuhan masih berada di angka 22.480 orang. Jumlah wali kota dan mantan wali kota yang tewas sepanjang 2014 juga hanya enam orang. Pada 2013 jumlahnya mencapai 12 orang dan 17 orang di 2010.
Data tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan drastis atas tingkat kekerasan di Meksiko. Selama beberapa tahun ini juga tidak ada kota yang jumlah kasus pembunuhannya melebihi seribu orang. Padahal, biasanya kota-kota seperti Acapulco dan Juarez selalu mencetak rekor kasus pembunuhan di atas angka seribu. Sepanjang tahun lalu di Acapulco tercatat "hanya" ada 590 kasus pembunuhan.
Meski angka pembunuhan menurun, itu tidak berarti Meksiko telah menyelesaikan masalah keamanannya. Sebab, pada kenyataannya angka penculikan, pemerasan, dan kejahatan lainnya masih tinggi. Salah satu kasus yang mencuat baru-baru ini adalah hilangnya 43 mahasiswa pada September tahun lalu. Mereka ditemukan tewas terbakar. Pelakunya adalah kartel narkoba yang diminta istri salah seorang pejabat. (CNN/USA Today/Insight Crime/sha/c9/ami)
BACA JUGA: Kisah Pria yang Gagal Menjambret Malah Dapat Ganti Rugi Rp 150 Juta
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menyambut Hari Raya Idul Fitri, Senjata Polisi Disegel hingga Pesta Kembang Api
Redaktur : Tim Redaksi