jpnn.com - JAKARTA – Sejumlah mantan aktivis ’98 korban penculikan, secara terbuka menyatakan dukungannya kepada pasangan calon presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Dukungan didasari keyakinan jika pasangan capres yang diusung PDIP, NasDem, PKB, Hanura dan PKP Indonesia ini terpilih nantinya, dapat menyelesaikan kasus pelanggaran HAM, termasuk hilangnya 13 aktivis pro demokrasi yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya.
BACA JUGA: Kasus Obor, Polri Tak Berhenti Pada UU Pers
"Kami akan terus mendorong proses ini bisa selesai tuntas. Jadi kalau ditanya kenapa memilih pasangan ini, karena profil politik leadership Jokowi. Dia punya kemampuan rangkul semua elemen masyarakat (solidarity maker). Ini penting untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Ini persoalan HAM multidimensional. Ada hukum sejarah politik dan lain-lain. Jadi Jokowi sebagai unsur perekat,” ujar mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik, Faisol Riza, di Hotel Grand Cemara, Jakarta, Jumat (4/7).
Selain Jokowi, cawapres Jusuf Kalla menurut Faisol juga memiliki kemampuan yang sama. Bahkan terbukti dari track recordnya dalam menyelesaikan berbagai konflik di tanah air yang terjadi beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Pertamina Perbanyak Outlet SPBU Pertamax Series
"JK juga punya track record bagus dalam menyelesaikan konflik. Pertama kasus Poso, kedua Aceh. Beliau mampu memunculkan kesepakatan yang bisa dinikmati masyarakat di Aceh dan kita semua. Makanya kami yakin 13 orang kawan kami yang hilang, kalau JK mau selesaikan, itu bisa," katanya.
Sebagai bentuk dukungan, sejumlah mantan aktivis korban penculikan ini pun kemudian membuat surat terbuka kepada Jokowi-JK. Mereka masing-masing Mugiyanto, Raharja Waluya Jati, Faisol Riza, Nezar Patria dan Aan Rusdianto.
BACA JUGA: Mahfud Minta Timses Prabowo tak Melakukan Tindakan tak Bermanfaat
Dalam suratnya mereka mengatakan, 16 tahun bukanlah waktu yang pendek untuk sebuah penantian bagi keluarga korban penculikan.
"Saat telah terang siapa pelaku penculikan dan kami bersaksi bahwa mereka yang belum kembali pernah berada di tempat penyekapan yang sama, maka setiap hari penantian keluarga korban adalah rasa nyeri di setiap tarikan nafas," tulis mereka dalam suratnya.
Dalam bagian lain suratnya, para mantan aktivis korban penculikan ini menyatakan, sengaja berkirim surat kepada Jokowi-JK dengan disaksikan jutaan rakyat Indonesia yang merindukan perubahan nyata, karena Jokowi-JK bukanlah bagian dari pelaku kejahatan politik di masa lalu.
Mantan aktivis yang rata-rata mengalami penyiksaan dan ditahan lebih dari satu bulan pada era 1998 ini meyakini, bangsa Indonesia bisa berkembang maju sebagai bangsa yang beradab dan sejahtera tanpa utang sejarah kejahatan terhadap kemanusiaan di masa lalu.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ryamizard: Saya Dukung Nomor Dua
Redaktur : Tim Redaksi