Korban Sudah Tewas pada Adegan Ke-13

Senin, 13 Juni 2016 – 16:30 WIB
ILUSTRASI. FOTO: Pixabay.com

jpnn.com - DENPASAR - Guna melengkapi berkas acara pemeriksaan (BAP) terhadap lima orang yang meyerahkan diri dan mengaku sebagai tersangka pembunuhan Dewa Gede Artawan, akhirnya dilakukan pra rekonstruksi, Kamis (9/6) lalu. Cuma, Kapolres Gianyar, AKBP Waluya meragukan adegan demi adegan yang dilakukan oleh lima orang yang mengaku sebagai pembunuh anggota Ormas Laskar Bali tersebut.

Dalam pra rekonstruksi yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, diketahui bahwa pembunuhan itu diperagakan sebanyak 14 adegan. Anehnya dari keterangan-keterangan yang diberikan kepada penyidik, korban sudah tewas pada adegan ke-13. Cuma, para pelaku mengaku masih membacok korban meski sudah tahu korban yang berasal dari Bangli itu tewas.  

BACA JUGA: Bejat! Setubuhi Siswi SMP Hingga Enam Kali, Pria Beristri Akhirnya...

Kepada Bali Express (JPNN Group) via telepon, Kapolres Gianyar AKBP Waluya menyatakan bahwa, pra rekontruksi yang dilakukan itu, kurang lebih diamankan oleh 150 personel tim gabungan yang terdiri dari Polres Gianyar, Polsek Sukawati, dan Polda Bali. Bahkan Brimob Polda Bali ikut mengawal jalannya kegiatan itu dengan dibekali senjata lengkap. Jalan raya di Batuan, Gianyar tersebut diblokir dari arah timur dan barat. Tujuannya agar tidak mengganggu jalannya rekonstruksi. Walapaun masyrakat ikut menyaksikan adegan pembunuhan sadis ini, namun pra rekonstruksi berjalan dengan aman dan lancar.

Dalam pra rekonstruksi itu, adegan pertama kata Kapolres, 5 orang pelaku yang mengendarai mobil Suzuki Ertiga itu melaju dan datang dari arah yang sama. Dengan posisi mobil para pelaku awalanya ada di depan sepeda motor para korban namun dilewati oleh sepeda  motor milik korban dan teman-temannya.

BACA JUGA: Masih Misteri...Tiga Peluru di 3 Titik Showroom Lambhorgini

Pada adegan kedua, kelima pelaku yang diketahui bernama I Wayan Buda Artama, 24; I Gede Nyoman Suka Arta Yasa; Kadek Juniantara; I Made Edi Ariyanta; dan Made Putra Mardana, ini diketahui serempetan saat korban dan teman - temanya hendak mendahului.

Akibatnya, motor korban mengalami oleng ke kiri dan jatuh. Bahkan bebera teman-temannya terlihat jatuh. Korban dengan sepeda motornya kuat menahan oleng stir  akhirnya melintas di badan jalan.

BACA JUGA: Penembak Showroom Lambhorgini Itu di Lima Derajat...

Kemudian pada adegan ketiga korban mengejar mobil pelaku. Sebelum mendahului mobil pelaku, dia sempat memaki-maki para pelaku yang ada di dalam mobil. Di adegan keempat ini, korban mendahului mobil para pelaku dan langsung menghadang dengan cara berhenti di depan mobil pelaku. Kemudian, ia turun dari atas motor menghampir pelaku.  

Tak menerima aksi cacian dan tindakan yang dilakukan oleh korban, akhirnya, dengan spontan dua pelaku langsung keluar dari mobil dan menghampiri korban sambil membawa sebilah pedang. Pada adegan kelima, eksekutor yakni I Gede Nyoman Sukartayasa turun membawa pedang dan menuju ke arah korban.

Melihat pelaku yang keluar dari mobil dengan membawa pedang, korban pun langsung lari melewati trotoar dan masuk ke dalam gang. Pelaku I Gede Nyoman Sukartayasa pun terus mengejar korban hingga ke dalam gang. Melihat temannya yang terus mengejar, seorang pelaku lain yang diketahui I Wayan Buda Artama ikut turun dari dalam mobil dan sambil membawa pedang ikut mengejar pelaku ke dalam gang.

Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan. Sekitar 50 meter dari jalan umum akhirnya pelaku berhasil mengejar korban. Di dalam itu, tepat adegan keenam pelaku mulai membacoki korban. Hingga akhirnya para pelaku lari keluar dari dalam gang dan masuk ke dalam mobil kemudian pergi meninggalkan TKP.

Kapolres menjelaskan bahwa rekonstruksi ini digelar tujuannya untuk mengetahui kronologi yang jelas dari awal hingga akhir peristiwa penganiayaan dengan cara penebasan itu. Selain kegiatan tersebut untuk menyamakan keterangan korban.

Dari hasil rekonstruksi ini, polisi belum bisa mengambil keputusan apakah keterangan korban yang di BAP sesuai dengan adegan yang di TKP. Aataukah tidak. Karena polisi masih melakukan evaluasi trerkait hasil pra rekonstruksi di TKP.

“Benar memang ada tambahan keterangan yakni setelah korban terkapar bersimbah darah, sempat lagi satu kali aksi penebasan dilakukan sebelum tinggalkan TKP. Karena itu kita belum bisa memutuskan apa keterangannya benar atau tidak. Karena itu versi mereka (para pelaku, Red). Kita masih dalami. Toh ini hanya pra rekonstruksi saja,” timpalnya.

Hasil dari pra rekosntruksi ini akan dijadikan bahan evaluasi. Apakah sesuai atau tidak dengan yang dituangkan dari keterangan para pelaku di BAP dari keterangan orang perorang.

"Walaupun ada tambahan adegan, kita belum bisa simpulkan bahwa apakah mereka ini pelaku sebenarnya atau pelaku suruhan karena proses yang akan ditempuh masih banyak lagi. Karena itu pada akhirnya pasti akan ketahuan motif dan pelaku yang sebenarnya. Sampai saat ini kita sudah melakukan pemeriksaan terhadap kurang lebih 8 saksi,” tutup Kapolres.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Bali Ketut Tama Tenaya meminta agar Kapolda Bali memenuhi janjinya terkait penyelesaian kasus ini. “Jelas ketika ada bentrok jalan Teuku Umar dan Lapas, ada kesepakatan damai dengan janji jika terulang lagi akan ditangkap pimpinannya dan dikaji keberadaan ormas,” tegas politisi PDIP yang sempat menjadi Ketua Fraksi PDIP di DPRD Bali ini.

Dia mengatakan dalam waktu dekat, Komisi I sebagai komisi yang membidang hukum dan keamanan akan mengundang Kapolda terkait ke DPRD Bali terkait konsidi ormas yang meresahkan. “Segera kami akan agendakan. Namun sebelum mengundang, kami berharap agar Kapolda Bali berani tegas atas keberadaan ormas, sesuai janjinya dulu,” sambungnya.

Tak hanya itu, Anggota Komisi I DPRD Bali Ngakan Samudra juga berpandangan sama. Yang pertama meminta agar Kapolda Bali tegas untuk menuntaskan masalah - masalah hukum, pidana yang membuat masyarakat resah.

Dia mengatakan memang ormas didirikan dengan tujuan membantu kemanan Bali, menjaga Bali dan lainnya. Namun ketika menyimpang dari fungsinya, politisi asal Nusa Penida, ini berharap agar Kapolda tegas. “Intinya mengembalikan agar ormas berjalan sesuai dengan fungsi dan semangatkanya saat didirikan,” jelas politisi Partai Demokrat ini.

Tak hanya itu, mantan birokrat senior, ini menyebutkan sempat ada kesepakatan saat kasus sebelumnya.

Dia berharap kesepakatan itu ditegakkan, janji - janji Kapolda Bali ditepati. Tak lain dengan tujuan untuk menjaga keamanan Bali. Tak hanya itu. Ngakan Samudra juga mengatakan situasi adanya bentrok ormas sampai nyawa melayang sudah membuat Bali benar-benar mencekam. Karena aksi ini menjadi teror bagi masyarakat Bali.

“Dan menjadi teror terhadap keberadaan dunia pariwisata Bali. Bali hidup dari pariwisata, pariwisata mendambaka keamanan. Jika terus nyawa melayang lantaran beda ormas, jelas mengancam pariwisata juga,” katanya.(JPG/dre/art/yes/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembunuh Fatimah Ternyata Punya Istri dan Anak Balita


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler