Jenny sedang sendirian di dapur menyiapkan masakan spageti ketika telepon rumahnya berdering. Itulah awal malapetaka yang menghantuinya selama dua tahun terakhir.
"Nomor telepon pribadi kami tidak terdaftar di buku telepon, jadi tidak banyak orang yang mengetahuinya," ujarnya kepada ABC News.
BACA JUGA: Bertemu Menteri Perdagangan Australia, Mendag Zulkifli Hasan Bahas Peningkatan Kerja Sama Bilateral
"Penelepon mengaku pegawai Commonwealth Bank Australia dan memberi tahu saya bahwa rekening kami tidak aman, kartu Visa kami melakukan transaksi yang mencurigakan," kata Jenny
Dia pun segera ke ruang kerja dan membuka internet bankingnya.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Aksi Berlebihan Polisi Tewaskan Nenek 95 Tahun di Australia
"Saya melihat ada lima transaksi dalam satu hari dan tiga di antaranya untuk bisnis di Shanghai," katanya.
Ia merasa bersyukur karena telah diberitahu oleh "pegawai bank" tersebut. Tapi apa yang terjadi selanjutnya justru sangat merugikan Jenny.
BACA JUGA: Australia Peringati Hari Maaf Nasional setiap 26 Mei, Begini Sejarah Kelam yang Menginspirasinya
"Orang itu mengatakan ada seseorang yang berusaha meretas akun bank kami. Lalu katanya dia perlu memeriksa keamanan komputer saya, memintaku mengunduh program TeamViewer," katanya.
"Saya tadinya ragu, tapi TeamViewer ini telah saya pakai dalam pekerjaan selama ini, terutama jika memerlukan bantuan IT dari jarak jauh."
Selama beberapa dekade, Jenny bekerja menjalankan klinik dokter umum suaminya di pinggiran Kota Melbourne.
Pasangan ini sudah pensiun dengan rekening bisnis berisi ratusan ribu dolar.
Takut akan kehilangan semua uangnya akibat transaksi mencurigakan, Jenny pun mengikuti instruksi si penelepon tadi.
"Tiba-tiba layar komputerku jadi hitam dan ada tulisan 'TeamViewer bekerja dengan aman'," katanya.
Penelepon ini memintanya untuk membacakan kode token yang dikirim bank ke nomor telepon genggamnya. Saat itu, akunnya terkunci, sehingga Jenny merasa semakin panik. Tapi si penelepon mengaku membutuhkan lebih banyak waktu.
Empat jam setelah menelepon, dalam keadaan kelelahan dan bingung, Jenny menutup telepon dan langsung menelepon bank.'Saya merasa bodoh sekali'
Berikut ini rekaman pembicaraan Jenny dengan pihak Commonwealth Bank:
Dua puluh lima menit setelah telepon, setelah serangkaian pertanyaan dan pemeriksaan ID, seorang pegawai bank memberi tahu bahwa "beberapa transaksi" telah dilakukan.
"Kami akan mencoba yang terbaik untuk mengembalikan dana Anda," katanya.
Setelah 37 menit, sebagian besar dihabiskan untuk menunggu, panggilan berakhir. Meski sudah berulang kali bertanya, Jenny tetap tidak tahu berapa kerugiannya.
Tapi malam itu, Jenny menyadari telah memberikan 31 kode token kepada si penelepon, dan setiap kode memungkinkan pelaku untuk mentransfer $10.000 dari akun bank Jenny.
Bank menghentikan hanya satu transaksi, dan dana sebesar $299.996 berhasil dicuri oleh penelepon yang ternyata penipu.
"Saya merasa bodoh sekali. Merasa ditipu dan saya berusaha sekuat tenaga mendapatkan kembali uang itu."Polisi kewalahan
Setelah serangkaian telepon dengan pihak bank, Jenny akhirnya melaporkan kasusnya ke Kepolisian Victoria.
Berkasnya ditangani oleh Detektif Marc Callegaro, yang mengaku sedang menangani tumpukan kasus penipuan lainnya.
"Kami sampai pada titik di mana kami sangat sangat kewalahan," katanya.
Dengan bantuan bank, detektif Marc dengan cepat menemukan uang Jenny telah ditransfer ke 11 rekening penampungan di BankWest dan Westpac Bank.
"Uang ini masuk ke rekening penampung, yang diberi instruksi agar penerima mentransfer kembali uangnya ke rekening lainnya," katanya.
Para pelaku ini umumnya diidentifikasi sebagai orang asal India yang tinggal di Australia, memiliki akun bank dengan kartu identitas yang sah.
Kamera CCTV menangkap dua orang di antara pelaku menarik uang dari ATM di Sydney dan Melbourne sekitar satu jam setelah pembicaraan telepon Jenny dengan penipu.
"Mereka sudah cukup banyak melarikan diri dari Australia pada saat kejadian, dan dalam beberapa kasus, mereka sudah berada di luar negeri ketika transaksi terjadi," kata Detektif Marc.
"Begitu mereka keluar dari Australia, kami tidak memiliki yurisdiksi apa pun, terutama jika terkait dengan individu, dalam jumlah yang relatif kecil."
Identitas pelaku akan ditandai dan jika kembali ke Australia barulah ditindaki, tapi jika tidak, jejaknya berakhir di sana.
"Sebagai penyidik saya merasa sedih mengetahui begitu banyak uang mengalir ke luar negeri, tapi sangat sedikit yang bisa saya lakukan," tegasnya.Masalah sulit bagi bank
Regulator tidak dapat memberi tahu ABC News berapa banyak rekening penmpung yang saat ini aktif dalam sistem perbankan Australia.
Tapi Catriona Lowe dari Komisi Persaingan dan Konsumen mengatakan rekening penampung ini adalah bagian penting dari penipuan ekonomi, yang merugikan Australia $3,1 miliar tahun lalu.
"Kami melihat penggunaan akun penampung di sebagian besar laporan yang kami terima," katanya.
Laporan badan intelijen keuangan AUSTRAC menyebutkan risiko pencucian uang melalui bank-bank Australia sangat tinggi, dan mencatat penggunaan rekening penampung sebagai ciri utama penjahat yang memindahkan uang ke luar negeri.
Detektif Marc mengatakan banyak pelaku yang direkrut melalui iklan pekerjaan yang menawarkan lowongan kerja dari rumah.
"Pekerjaannya melibatkan penerimaan uang ke rekening Anda dan Anda akan diberi instruksi untuk memindahkan uang itu ke rekening lain. Anda mendapat komisi," jelasnya.
Commonwealth Bank, yang memiliki BankWest, menyatakan rekening penampung dalam kasus Jenny telah dibuka dengan ID yang sah, termasuk SIM dan paspor negara asing.
Westpac mengatakan akun penampung yang digunakan telah diblokir setelah penipuan terdeteksi.'Mereka tidak mendeteksi apa pun'
Pihak perbankan telah meluncurkan alat baru untuk memfasilitasi komunikasi yang lebih cepat tentang aktivitas penipuan.
Asosiasi Perbankan Australia menyatakan akan mengurangi keterlambatan komunikasi antar bank setelah penipuan dilaporkan, meningkatkan kemungkinan intervensi sebelum uang hilang.
Dalam kasus Jenny, hal itu tidak terjadi.
Menurut Detektif Marc, sebagian besar uang Jenny ditransfer ke luar negeri segera setelah masuk ke rekening penampung.
Tapi sekitar $40.000 dananya tidak ditransfer sampai lima hari kemudian.
Fakta ini membuat Jenny marah, karena katanya pihak bank menjamin semua akun penampung dibekukan setelah diidentifikasi.
Commonwealth Bank menegaskan tidak ada penarikan yang dilakukan setelah permintaan penarikan kembali diterima oleh BankWest.
"Tanggal 8 dan 9 Maret ... merujuk pada saat dana dilunasi, bukan saat para penipu menarik uangnya," kata bank tersebut dalam sebuah pernyataan.
Jenny mengatakan transaksi dari rekeningnya yang sudah tidak aktif selama sembilan bulan sangat tidak biasa dan seharusnya terdeteksi oleh bank.
"Mereka tidak mendeteksi apa pun," katanya. "Mereka tidak mendeteksi penipuan kartu Visa dan mereka tidak mendeteksi penarikan bank sampai saya menelepon mereka."
Namun dalam sebuah surat, bank tersebut mengatakan kepadanya bahwa "tidak ada praktik industri perbankan yang mengharuskan bank untuk memantau atau meneliti transaksi pelanggannya untuk memastikan mereka bebas dari penipuan atau tindakan curang".
Ombudsman, AFCA, berpendapat bahwa bank ini telah memenuhi kewajibannya.
Commonwealth Bank juga menyatakan kepada ABC News bahwa mereka tidak bersalah atau bertanggung jawab untuk membayar Jenny, tapi telah bekerja sama dengan bank lain untuk memulihkan sebagian dananya.
"Kami menyarankan semua pelanggan jika mereka berbicara dengan seseorang yang mengaku dari Commonwealth Bank, apakah mereka tampak sah atau tidak, untuk tidak pernah memberi tahu mereka kata sandi token, kata sandi NetBank, NetCodes atau nama pengguna untuk Layanan CommBiz," katanya.
Sebagai buntut dari penipuan tersebut, bank berhasil memulihkan $8.823,72 dan mengembalikannya kepada Jenny.
Commonwealth Bank juga menawari Jenny pembayaran sebagai "niat baik" sebesar $8.000, yang disebut oleh Jenny sebagai "penghinaan".
Dia mendukung kelompok konsumen yang menyerukan agar bank diwajibkan secara hukum untuk memberikan kompensasi kepada korban penipuan, kecuali dalam kasus kelalaian ekstrim oleh pelanggan.
Sementara dia dan suaminya tak punya jalan untuk mendapatkan kembali uangnya, mereka sekarang terpaksa mengencangkan ikat pinggang.
"Kami telah bekerja keras sepanjang hidup, menyisihkan uang agar kami bisa mandiri dan tidak menarik dana publik sebagai uang pensiun," katanya.
"Semakin banyak uang yang dicuri, semakin banyak tekanan yang kami berikan pada dompet pemerintah dan kami tidak ingin melakukan itu," ujar Jenny.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Suami-Istri Keturunan Asia Diduga Melakukan Perbudakan Modern di Australia