Di Jalan Sumenep Jakarta, di kawasan Menteng yang pernah juga menjadi kawasan tempat Barack Obama menghabiskan sebagian masa kecilnya, berdiri sebuah bangunan yang dari luar tampak biasa saja.
Namun kompleks bangunan berlantai empat yang modern itu dikelilingi tembok beton tinggi. Juga ada kabel yang menggantung rendah di jalanan, dan sejumlah kamera CCTV menyorot semua sudut secara strategis.
BACA JUGA: Jokowi Harus Pulihkan Kepercayaan Massa Dari Dua Kubu Di Awal Termin Keduanya
Inilah kedutaan Korea Utara, pos diplomatik terdekat Pyongyang ke Australia, dan salah satu dari hanya sekitar 50 Kedubes Korut di seluruh dunia.
Pada tahun 2017, dari kompleks inilah rezim Kim Jong-un melontarkan ultimatum ke Canberra terkait ambisi nuklirnya. Ultimatum itu disampaikan melalui Kedubes Australia yang berjarak sekitar 4 kilometer dari sana.
BACA JUGA: Kalah Di Mahkamah Konstitusi, Prabowo Bubarkan Koalisi Indonesia Adil Dan Makmur
Kedutaan Korea Utara di Jakarta juga merupakan tempat turis Australia mengajukan permohonan visa mereka untuk mengunjungi negara paling rahasia di dunia itu.
Korut menutup Kedubesnya di Canberra lebih dari satu dekade silam. Sebaliknya, Australia tidak memiliki misi diplomatik di Pyongyang sejak diusir pada tahun 1975.
BACA JUGA: Narkoba 39 Kg Ditemukan Dalam Pesawat Presiden Brasil ke G-20
Jakarta pun, menjadi pos untuk kontak diplomatik terdekat antara kedua negara. Photo: Kedubes Korea Utara di Jakarta menjadi tempat mengurus visa bagi warga Australia yang ingin pergi ke negara itu. (ABC News: Andrew Greene)
Dua tahun lalu Departemen Luar Negeri Australia (DFAT) mengungkapkan pihaknya terkadang harus menggunakan mesin fax untuk berkomunikasi dengan pihak Korea Utara.
"Ada berbagai jenis komunikasi, seringkali harus dilakukan melalui mesin fax, kadang juga lewat pos, jadi bukan seolah-olah ada jeda panjang dalam komunikasi radio," jelas Sekretaris DFAT Frances Adamson kepada komite parlemen.
Namun permasalahan diplomatik sensitif tentu saja diselesaikan di tempat lain. Photo: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berkomunikasi dengan Australia soal ambisi nuklirnya melalui kedutaan mereka di Jakarta. (Reuters: Leah Millis)
Ambil contoh kasus Alek Sigley, akademisi Australia yang ketertarikannya pada sosialisme dan Asia Utara membuatnya tinggal di Pyongyang.
Pria berusia 29 tahun yang secara terbuka mengiklankan kemampuannya masuk ke Pyongyang tanpa gangguan dari aparat di sana, kini dilaporkan menghilang.
Upaya diplomatik untuk melacak keberadaan Alek ditangani Australia melalui Kedubes Swedia di Korea Utara.
Apa yang mendorong Korut tiba-tiba menutup Kedubesnya di Canberra pada 2008 tidak sepenuhnya jelas. Namun sumber-sumber diplomatik percaya bahwa faktor kekurangan dana sebagai penyebab. Photo: Pejabat Australia menjelaskan mereka terkadang masih menggunakan mesin fax untuk berkomunikasi dengan Kedubes Korea Utara. (ABC News: Andrew Greene)
Sebaliknya, di Indonesia, hubungan negara itu dengan Korea Utara secara historis sangat dekat. Memang sempat tegang belakangan ini terkait insiden pembunuhan Kim Jong-nam di Malaysia.
Pengamat Yohanes Sulaiman menjelaskan kepada ABC bahwa Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara di dunia di mana sebagian besar penduduknya masih berpikir positif tentang Korut.
Dia menyebut kaum nasionalis Indonesia percaya "Korea Utara melalui perjuangan mereka melawan Amerika Serikat, masih dipandang sebagai mercusuar perjuangan, yang layak mendapat pujian dan dukungan".
*Wartawan ABC Andrew Greene mengunjungi Jakarta sebagai penerima beasiswa Elizabeth O'Neill yang mendapat dukungan DFAT dan Australia-Indonesia Institute.
Simak berita lainnya dari ABC Indonesia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Karya Seni Aborigin Dipalsukan di Indonesia, Pengadilan Australia Bertindak