Korean Wave

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 03 Desember 2022 – 20:25 WIB
Kapten Timnas Korea, Son Heung Min. Foto: REUTERS/Matthew Childs.

jpnn.com - Siapa yang mengenal H. Muhammad Son yang berkiprah di ajang Piala Dunia Qatar tahun ini? Tidak seorang pun.

Siapa yang mengenal Bang Kimun sebagai diplomat top yang memimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB. Tidak seorang pun.

BACA JUGA: Hadir di Opening Ceremony Korea 360, Ong Seong Wu Bikin Meleleh

Nama-nama itu bukan fiktif. Keduanya adalah tokoh hebat di bidangnya masing-masing.

H. Muhamamd Son menjadi bintang sepak bola Premier League Inggris, dan Bang Kimun ialah sekretaris jenderal PBB dua periode 2007 sampai 2016.

BACA JUGA: Jepang & Korea Selatan, Kualitas Daya Juang Asia Berkelas Dunia

Nama itu tidak dikenal karena menjadi objek keusilan publik Indonesia, yang suka bercanda dengan memelesetkan nama-nama orang top.

H. Muhammad Son, tidak lain ialah Son Heung Min, striker Timnas Korea Selatan yang juga striker klub Tottenham Hotspur.

BACA JUGA: Sistem EPR, Cara Jitu Korea Selatan yang Berhasil Menangani Masalah Sampah Plastik

Bang Kimun tidak lain ialah Ban Ki Moon, diplomat Korea Selatan yang pernah menjadi menteri luar negeri dan kemudian menjadi sekjen PBB menggantikan Kofi Annan yang legendaris.

Nama dua tokoh itu sengaja diplesetkan seolah-olah nama Indonesia.

H. Muhammad Son adalah nama khas orang Indonesia.

Biasanya nama lengkapnya adalah ‘’Sonhaji’’ dan sering dipanggil ‘’Haji Son’’.

Bang Kimun adalah nama yang identik dengan orang Betawi, terutama karena ada panggilan ‘’bang’’.

Itulah cara orang Indonesia bercanda.

Itulah cara orang Indonesia menertawakan dirinya sendiri.

Indonesia semasa masih bernama Hindia Belanda pernah berkiprah di Piala Dunia. Namun, hingga saat ini tidak ada satu pun pemain yang berkiprah di kompetisi level tinggi Eropa. 

Indonesia juga belum pernah punya diplomat yang bisa menduduki jabatan sekjen PBB, sebuah posisi tertinggi bagi seorang diplomat karier.

Ketika Korea Selatan mengalahkan Portugal dan lolos ke babak 16 besar, Jumat (2/12), nama H. Muhammad Son menjadi trending topic di Indonesia.

Banyak netizen yang menyerukan namanya sebagai pahlawan kemenangan Korea Selatan.

Usut punya usut, ternyata Son Heung Min menulis nama punggung di jersinya sebagai H.M Son, karena itu kemudian netizen memelesetkannya menjadi ‘’Haji Muhammad Son’’. 

Nomor yang dikenakan adalah 7 sama dengan nomornya di Tottenham Hotspur.

Di Premier League pasangan Son dengan Harry Kane menjadi duet maut striker yang paling ditakuti.

Pada musim kompetisi tahun lalu Son menjadi top scorer bersama Mohammad Salah dengan mendulang 23 gol dan sama-sama mendapat hadiah sepatu emas.

Kali ini nama Mohamamad Salah adalah nama asli, bukan plesetan. 

Son menjadi tumpuan harapan Korsel pada Piala Dunia tahun ini.

Dia sempat cedera tulang pipi saat persiapan menuju Qatar.

Seluruh Korsel menahan napas menunggu Son pulih.

Dan ternyata dia pulih tepat pada waktunya. 

Dia tampil pada semua pertandingan penyisihan grup dengan mengenakan topeng ala Zorro.

Son tidak mencetak gol dalam tiga pertandingan, tetapi perannya sangat instrumental.

Pada pertandingan melawan Portugal umpan terobosannya yang terukur disambut dengan tendangan menyusur tanah oleh Hwan Hee Chan yang merobek sudut kanan gawang Portugal. 

Gol ini begitu dramatis karena terjadi di injury time.

Lebih dramatis lagi karena gol itu juga membuat Uruguay tersingkir meskipun pada saat bersamaan menang 2-0 atas Ghana.

Uruguay pulang dan Luis Suarez dibuat menangis tersedu-sedu.

Di babak 16 besar, Korsel akan menghadapi Brasil.

Tidak ada yang menjagokan Korsel untuk membuat keajaiban lagi.

Akan tetapi, ingat, Korsel sudah pernah membuat kejutan besar pada Piala Dunia 2002 dan 2018 dengan menyingkirkan raksasa Italia dan Jerman.

Pada Piala Dunia 2018, Korsel mengalahkan Jerman 2-0 dengan gol kemenangan yang dicetak oleh Son Heung Min. 

Korea Selatan mengukir sejarah sebagai tim asal Asia pertama yang berhasil mengalahkan juara Piala Dunia, di seluruh ajang, baik turnamen resmi, ataupun laga persahabatan.

Pada Piala Dunia 2002, pahlawan Korsel ialah Ahn Jung Hwan yang mencetak gol kemenangan melalui sundulan kepala pada injury time.

Italia tersisih dan Korsel melaju sampai ke semifinal.

Jung Hwan menjadi pahlawan sekaligus menjadi korban. 

Dia bermain untuk klub Italia, Perugia.

Karena kemenangan itu, kontrak Jung Hwan diputus setelah Piala Dunia. 

Dia menjadi pahlawan di Korsel, tetapi menjadi musuh nomor satu di Italia.

Dia dipandang sebagai pembunuh sepak bola Italia.

Ketika itu, Korsel menjadi tuan rumah bersama Jepang.

Dukungan publik yang gegap gempita membuat semangat pemain Korsel membuncah.

Sebelum Piala Dunia 2002, karier Ahn Jung Hwan di Serie A tak berjalan mulus.

Dari 30 laga yang dia lakoni bersama Perugia, Ahn hanya mampu mencetak 5 gol.

Tak banyak modal yang dia miliki untuk bermain di Piala Dunia.

Kepercayaan diri pun bahkan hampir tak dimilikinya.

Saat itu, hanya ucapan dari sang manajer, Guus Hiddink, yang selalu dipegangnya.

Hiddink mengatakan kepada Ahn Jung Hwan bahwa turnamen Piala Dunia 2002 akan mengubah hidupnya.

Dan ternyata mantra itu manjur.

Ahn berhasil membayar kepercayaan dari sang manajer dengan mencetak gol ke gawang Amerika Serikat pada babak penyisihan.

Sejak saat itu, ia mulai mendapat tempat di tim utama Korsel.

Puncaknya adalah  gol emasnya yang merobek jala gawang Italia yang dikawal Gianluigi Buffon pada fase 16 besar.

Ahn Jung Hwan mengakui bahwa saat itu dia tak yakin Korsel bakal bisa menandingi kekuatan Italia yang bertabur bintang.

Akan tetapi ada kekuatan ekstra yang mendorongnya. 

Dia seharusnya bisa mencetak gol lebih dini bila tendangan penaltinya tak digagalkan oleh Buffon.

Italia unggul terlebih dahulu melalui gol Christian Vieri pada menit 18.

Kala banyak orang menganggap langkah Korsel akan terhenti, dua menit sebelum laga berakhir, Seol Ki Hyeon berhasil menyamakan kedudukan pada menit 88.

Penampilan wasit Byron Moreno dalam mengadili pertandingan mendapat sorotan tajam karena keputusan yang dianggap kontroversial.

Puncaknya, ketika Francesco Totti dihadiahi kartu kuning kedua karena dianggap telah melakukan diving.

Tiga menit sebelum babak tambahan berakhir, salah satu bek terbaik Italia sepanjang masa, Paolo Maldini, terlambat melompat untuk menyundul bola umpan yang dilambungkan ke arah kotak penaltinya.

Ahn Jung Hwan berhasil menyambar bola terlebih dahulu.

Pertandingan pun langsung berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan Korsel.

Italia pun harus segera berkemas pulang.

Sekarang, 20 tahun berselang kemenangan dramatis itu akan menjadi semangat besar bagi Korsel untuk menghadapi Brasil.

Son Heung Min sekarang menjadi veteran di usinya yang ke-30.

Akan tetapi, dia punya pengalaman, wibawa, dan pengaruh bagi rekan satu timnya.

Golnya ke gawang Jerman pada Piala Dunia 2018 akan menjadi inspirasi bagi dirinya dan teman-temannya.

Dalam 20 tahun terakhir, dunia dilanda Korean Wave atau ‘’Gelombang Korea’’.

Istilah ini dipakai untuk menggambarkan penyebaran budaya populer Korea yang masif melalui produk-produk hiburan seperti drama, musik, dan lifestyle.

Drama Korea alias drakor menjadi kegemaran orang-orang di seluruh dunia.

Film layar lebar produksi Korea bisa bersaing dengan Hollywood dan bisa memenangkan Piala Oscar.

Produk elektronik Korea menjadi raja dunia.

Samsung menjadi merek elektronik dan gajet yang paling terkenal di seluruh dunia.

Hyundai juga menjadi merek mobil terbaik dunia, yang mampu bersaing dengan merek terkemuka yang lebih dahulu terkenal.

Korean Wave telah mengguncang dunia seperti tsunami yang meluluhlantakkan apa saja.

Sekarang giliran sepak bola Korsel yang membawa gelombang yang bisa menghanyutkan siapa saja.

Brasil pun harus mewaspadai gelombang itu kalau tidak ingin tersapu. (**)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler