Koreksi Rupiah Pada Batas Sehat

Rabu, 19 Februari 2014 – 07:58 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Setelah mengalami penguatan untuk beberapa hari terakhir, rupiah kembali terkoreksi. Kendati demikian, pelemahan rupiah terhadap dollar AS dinilai masih sehat.

Selain itu, performa rupiah yang bertahan di bawah kisaran Rp 12 ribu, diprediksi juga tak mempengaruhi kinerja ekspor.

BACA JUGA: Dahlan Iskan Minta PT Timah Olah Sisa Timah

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik Hariyadi B. Sukamdani mengatakan, tren rupiah yang kini kembali menyentuh angka Rp 11 ribuan tidak terlalu berdampak ke ekspor.

"Ekspor juga masih tetap bagus. Karena kuncinya adalah pengendalian impor, agar defisit transaksi berjalan makin menipis," ungkapnya kepada Jawa Pos, tadi malam.

BACA JUGA: Dahlan Sumingrah Subsidi Pupuk Organik Batal Dicabut

Merujuk data kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah kemarin (18/2) ditutup di posisi Rp 11.826 per dolar AS. Level tersebut melemah 110 poin dari perdagagan hari sebelumnya di posisi Rp 11.716 per dolar AS.

Sementara itu, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, kemarin juga ditutup melemah 65 poin atau 0,55 persen ke 11.835/11.845, dari posisi perdagangan hari sebelumnya di posisi 11.770/11.780.

BACA JUGA: Pasar Kekurangan Suplai Obligasi

Hariyadi meyakini bahwa nilai tukar rupiah masih ada ruang untuk bergerak turun. Sebab, secara tren data impor juga mulai turun. Sebaliknya, investasi asing sudah mulai masuk kembali. Apalagi, geliat persiapan pemilihan umum juga sudah mulai menarik dana-dana asing datang ke dalam negeri.

"Saya prediksi hingga akhir kuartal pertama, rupiah masih bisa bergerak di kisaran support Rp 11.800 per USD, dan resisten Rp 11.500," ungkapnya.

Di sisi lain, Financial Market Analyst Bank Himpunan Saudara Rully Nova menuturkan, pelemahan rupiah kemarin dinilai cukup sehat. "Karena beberapa hari ini rupiah sudah naik cukup tinggi," ujarnya kepada koran ini.

Bahkan, menurut Rully, tren rupiah di kisaran Rp 11 ribuan ini masih terus berlanjut jika suku bunga acuan dipertahankan tinggi. Sebab, hal itu akan mencegah capital outflow atau aliran arus modal asing keluar.

"Untuk saat ini suku bunga tinggi diperlukan. Mungkin ada peningkatan 50 basis poin lagi. Tapi tidak dalam waktu dekat ini. Kemungkinan di semester dua triwulan ketiga," jelasnya.

Karena itu, Rully memaparkan, rupiah akan sangat dipengaruhi oleh sentimen eksternal. Termasuk penguatan ekonomi AS yang dikabarkan berada pada jalurnya. "Stabilnya rupiah memang di kisaran Rp 11 ribu sampai dengan Rp 12 ribu per USD. Pasar tidak jenuh," terangnya.

Sebelumnya, penguatan rupiah dipicu oleh positifnya data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencetak angka positif pada kuartal empat 2013. BI mencatat surplus akhir tahun tersebut mencapai USD 4,4 miliar.

Penyebab perbaikan data ini adalah menpempitnya defisit transaksi berjalan, sehingga dapat dibiayai sepenuhnya oleh surplus transaksi modal dan finansial. Pada kuartal empat 2013, defisit transaksi berjalan mencapai 1,89 persen dari PDB. Atau lebih rendah dari kuartal dua dan tiga yang masing-masing 4,4 persen dan 3,85 persen dari PDB. (gal)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penukaran Uang Untung Besar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler