Korn Ferry Beber Faktor Perusahaan Kehilangan Calon Pekerja

Kamis, 18 Januari 2018 – 20:20 WIB
Ilustrasi kantor. Foto: Dewi Maryani/Indopos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Perusahaan harus memberi perlakuan yang bagus saat melakukan perekrutan karyawan.

Sebab, delapan dari sepuluh alias 79 persen responden tidak menerima pekerjaan jika diperlakukan dengan buruk selama proses perekrutan.

BACA JUGA: Pertumbuhan Upah Riil Asia Diprediksi Tertinggi pada 2018

Itu merupakan hasil survei yang diakukan divisi Futurestep dari Korn Ferry terhadap para profesional di seluruh Asia Pasifik.

Survei yang dilakukan pada September hingga awal Oktober 2017 itu mengumpulkan 589 tanggapan.

BACA JUGA: Perusahaan Swasta Diminta Bayar THR Sebelum Libur Lebaran

Berdasar hasil survei itu, pengalaman kandidat selama proses perekrutan menjadi hal yang sangat penting.

Sementara itu, hanya lebih dari sepersepuluh atau 14 persen yang akan tetap menjadi pelanggan sebuah perusahaan jika mereka memiliki pengalaman buruk sebagai seorang calon.

BACA JUGA: Dua Tahun, Targetkan 355 Perusahaan Gandeng 1.755 SMK

Di sisi lain, lebih dari setengah atau 51 persen akan cenderung mengajak teman-teman dan anggota keluarga mereka untuk berhenti menjadi pelanggan.

Sedangkan seperempat atau 27 persen akan mempertimbangkan untuk menggunakan media sosial guna membagikan pengalaman buruk mereka sebagai seorang kandidat suatu pekerjaan.

“Kegagalan menyajikan lingkungan yang efektif dan informatif selama proses perekrutan, bisnis atau perusahaan akan menjauhkan diri dari kandidat-kandidat terbaik, serta berpotensi kehilangan pelanggan setia,” ucap Managing Director APAC Regional Solutions, Futurestep Pip Eastman, Kamis (18/1).

“Hal ini berarti uang dan waktu akan terbuang dan kemungkinan kehilangan pendapatan karena kehilangan pelanggan,” tambah Eastman.

Menurut dia, ada dua hal yang paling mengecewakan dalam proses perekrutan karyawan.

Salah satunya adalah 44 persen kandidat tidak menerima informasi lanjutan.

Selain itu, sebanyak 32 persen kandidat mengaku kecewa terhadap sikap tidak sopan saat wawancara.

Di sisi lain, para responden sering mencari petunjuk dan dukungan dari para perekrut serta manajer selama proses perekrutan.

Hampir 30 persen responen mengaku tidak percaya para perekrut memberikan bekal dan tips yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan.

“Tidak ada alasan sama sekali bagi perekrut dan manajer untuk tidak menanggapi para kandidat, bahkan jika komunikasi tersebut berbentuk elektronik. Teknologi baru dan peralatan AI mempermudah tugas perekrutan tradisional, memberikan lebih banyak waktu bagi perekrut untuk melayani kandidat yang sesuai dan memberikan nasihat strategis kepada klien mereka,” lanjut Eastman.

Komunikasi dari mulut ke mulut juga merupakan faktor kunci dalam perekrutan.

Hampir 93 persen responden mengaku melakukan riset online terlebih dahulu untuk mengumpulkan ulasan tentang bekerja di suatu perusahaan.

Taktik utama untuk menjaring kandidat adalah dengan mengadopsi strategi branding perekrut yang dapat dihidupkan kembali dengan menggunakan platform digital perusahaan.

Sementara itu, bagi 33 persen responden, elemen yang paling penting di dalam situs web adalah melihat langsung melalui video.

Mereka juga bisa mengetahui studi kasus dari berbagai karyawan mengenai budaya perusahaan dan bagaimana rasanya bekerja di sana.

“Kebutuhan untuk menampilkan diri sebagai perekrut menjadi lebih penting lagi. Dampaknya terhadap bagaimana perekrut berkomunikasi dan menjual cerita mereka kepada kandidat merupakan hal yang tidak bisa dianggap remeh,” ujar Vice President, Global Brand, Marketing & Communication Futurestep Neil Griffiths. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mervin: Hak Masyarakat Adat Harus Diperhatikan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler