Jeju, itulah nama kota pulau yang akan dikembangkan tersebut, yang peresmian pembangunannya baru saja dilakukan pekan lalu, seperti diberitakan CNN, Kamis (25/6)
BACA JUGA: Bos Apple Ngantor Lagi
Peresmian proyeknya cukup meriah, lengkap dengan seremoni khusus, letusan kembang api semarak dan liputan media besar-besaran.Ide pokoknya sendiri sebenarnya lumayan sederhana, yaitu menyiapkan kota yang bahasa pengantar di seluruh jenjang pendidikannya bakal didominasi oleh Bahasa Inggris
Dengan pembukaan proyek tersebut, kontan sejumlah sekolah (internasional) dari luar Korsel menyatakan diri bergabung dan siap membuka cabang di Jeju
BACA JUGA: Produksi Kodakchrome Distop
Salah satu yang mendaftar pertama adalah North London Collegiate School asal InggrisPihak pemerintah dan pencetus serta pengembang ide ini pun berharap, lebih dari 9.000 pelajar kelak akan 'tersedot' menuntut ilmu di kawasan ini
BACA JUGA: Gadis Tewas Saat Bentrok di Iran
Sebuah ide yang terdengar menarik dan cocok, terutama mengingat Korsel sudah lama dikenal 'terobsesi' dengan peningkatan kemampuan Bahasa InggrisSekadar catatan, selama ini saja, setiap tahunnya Korsel sudah menganggarkan lebih dari USD 16 miliar untuk pendidikan Bahasa Inggris.Resminya, selama ini di Korsel, Bahasa Inggris mulai diajarkan sejak tahun ketiga sekolah (kira-kira sepantaran kelas tiga SD, Red)Namun banyak orang Korsel percaya bahwa lebih cepat pengajaran itu diberikan akan lebih baikMalah, belakangan banyak sekali situs internet populer di Korsel yang menawarkan rekaman lagu-lagu dan cerita berbahasa Inggris bagi bayi-bayi.
Selain itu, ada pula keyakinan berlebihan dari sebagian besar warga, bahwa Bahasa Inggris yang diajarkan di sekolah-sekolah selama ini sama sekali tidak memadaiMakanya juga, bisa dimengerti jika data statistik tahun 2007 saja misalnya, menunjukkan bahwa lebih dari 27.000 pelajar Korsel, baik di jenjang pendidikan menengah maupun dasar, sedang dikirimkan oleh orangtuanya bersekolah di luar negeriBahkan, sekitar separuh dari yang anaknya tidak sedang di luar negeri, juga mengaku berminat mengirimkan anaknya ke mancanegara.
Salah satu dari orangtua yang 'hanya bisa bermimpi' itu adalah Song Young-gil, seorang anggota majelis perwakilan asal Seoul, yang tak bisa mengirimkan anaknya belajar ke luar negeri tanpa terkesan 'mengabaikan' warga pemilihnya"Saya selalu saja merasa bersalah karena anak saya tak mendapatkan pendidikan berbahasa Inggris yang didapatkan anak-anak orang lain, gara-gara status saya," katanya, yang jauh hari sudah menyatakan dukungannya terhadap proyek Kota Pendidikan Global Jeju tersebut, saat ikut meberikan kata sambutan dalam seremoni pembukaan proyek(ito/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapal Korut Bermuatan Senjata Mengarah ke Myanmar
Redaktur : Tim Redaksi