Bagi puluhan ribu korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, rumah bagi mereka selama beberapa bulan ke depan, jika tidak bertahun-tahun, akan menjadi salah satu dari banyak kamp yang bermunculan di seluruh wilayah.
Mereka yang berhasil selamat dari bencana gempa dan Tsunami kini tinggal di sejumlah kamp pengungsian seperti di bandara Palu, dan bahkan di pulau-pulau lain di mana banyak orang yang selamat telah dievakuasi.
BACA JUGA: Atlet Renang Difabel Persiapkan Diri Jelang Asian Para Games 2018
Di daerah-daerah yang terkena dampak paling buruk, tingkat kehancuran begitu parah sehingga jumlah korban jiwa yang sesungguhnya kemungkinan tidak akan pernah diketahui.
Sejauh ini, lebih dari 1.500 orang dikonfirmasi tewas dan 65.000 rumah telah rusak dan hancur.
BACA JUGA: Bagaimana Bandara Sydney Tangani Pesawat Nyaris Kehabisan Bahan Bakar
Pejabat Indonesia bahkan belum mencoba menebak jumlah orang yang hilang.
Tetapi bahkan setelah pekan pencarian warga yang selama telah resmi berakhir, beberapa pekerja darurat menolak untuk menyerah.
BACA JUGA: ABC Dukung Penggalangan Dana LSM Australia Untuk Sulawesi
Tim pencari dan penyelamat asal Perancis misalnya masih terus menyelidiki laporan suara ketukan dari rongga di bawah rumah yang runtuh.
Area ini berukuran sekitar lima meter kali lima meter kali lima meter. Photo: Upaya pencarian korban yang hilang masih terus berlanjut di Balaroa, Palu kawasan yang paling parah terdampak gempa. (AP: Aaron Favila)
Ini adalah upaya yang sulit, tetapi peralatan berteknologi tinggi mereka telah mendeteksi tanda-tanda kehidupan yang mungkin dan mereka ingin menyelidikinya.
"Bisa jadi gerakan," kata salah satu pekerja, membuat gerakan detak jantung.
Mula-mula ada resistensi dari pejabat, tetapi akhirnya izin diberikan untuk terus mencari hingga pukul enam sore waktu setempat.
Pencarian berjalan dengan baik sampai malam tetapi sekali lagi mereka menemukan tidak ada yang hidup.
Pemerintah Australia telah mengumumkan tambahan dana senilai $ 4,5 juta dalam bentuk bantuan untuk membantu Indonesia, yang menjadikan total bantuan Australia menjadi lebih dari $ 10 juta.Korban selamat datangi klinik darurat
Sejumlah lembaga bantuan saat ini telah beroperasi dengan kapasitas penuh dan sebuah  tim petugas dari Palang Merah yang mendatangi pinggiran kota Palu untuk mencari warga yang membutuhkan telah bertugas tiada henti selama sembilan hari.
Tidak butuh waktu lama untuk menemukan yang terluka.
Seorang wanita memiliki lengan yang patah dan telah menunggu sampai sekarang untuk meminta bantuan. Photo: Anisa Cornelia berbaring setelah diobati di tenda medis di Palu. (AP Photo/Aaron Favila)
Seorang warga lainnya, wanita yang lebih tua tergeletak di bawah terpal dengan kondisi luka yang lebih buruk dan membutuhkan tandu. Dia diperban dan dibawa ke ambulans.
Kedua korban itu akhirnya dirawat di sebuah klinik darurat yang didirikan beberapa menit sebelumnya dan sudah ada orang yang berbondong-bondong meminta perawatan medis.
"Saya sudah membawa saudara saya ke sini untuk diperiksa. Dia batuk dan tertimpa batu bata selama gempa," kata Nurul Mazida, menggendong bayi.
Satu per satu warga yang sakit dan terluka ditangani untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut atau diperban dan dikirim dalam perjalanan.
Hasbi terluka ketika tsunami menghantam.
"Saya terluka oleh air lautan yang naik. Saya masuk ke rumah saya, ketika tiba-tiba dengan cepat terisi dengan air. Lemari saya jatuh dan menghalangi pintu, saya tidak bisa keluar," katanya.
Tenaga medis Abdi Rahmadi, yang pergi bekerja beberapa menit setelah gempa, tidak bisa menghubungi keluarganya selama tiga hari pertama dan tidak tahu apakah mereka selamat.
Namun dia bekerja keras, membantu orang lain yang sangat membutuhkan.
"Situasinya cukup menakutkan. Orang-orang terus meminta bantuan. Ratusan orang," katanya.
"Ini panggilan. Saya ingin membantu korban lain yang terkena gempa."Ancaman penyakit
Bahkan di daerah-daerah yang belum tersentuh oleh bencana, ada sejumlah masalah, dengan sebagian besar perdagangan di Palu belum berjalan lancer dan sampah bencana menumpuk di jalan-jalan di beberapa daerah. Photo: Petugas keamanan berpatroli di jalan-jalan di Kota Palu untuk mengendalikan penjarahan. (ABC News: David Lipson)
Baunya tidak tertahankan dan ancaman wabah penyakit selalu ada.
Namun, Kota Palu dan sekitarnya sudah nampak kembali bergeliat.
Di pasar, harga sebagian besar barang naik tiga kali lipat.
Tapi seorang pedagang ikan Safruedin menawarkan ikan dengan harga normal seperempatnya.
"Karena jika saya tidak menjualnya, saya akan merasa kasihan kepada orang-orang yang tidak memiliki apa-apa," katanya.
Prajurit bersenjata sekarang ada di mana-mana di kota yang nyaris runtuh total dari tatanan sosial.
Perampokan dan penjarahan yang sempat terjadi karena kekurangan bahan makanan dan minuman telah dapat dikendalikan.
Jalan semakin membaik, antrian bensin menjadi lebih pendek, listrik dan telekomunikasi sudah kembali beroperasi.
Memang situasinya masih jauh dari normal, namun ini adalah awal.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerakan Pramuka Australia Minta Maaf Kasus Pelecehan Seksual Anak-anak