jpnn.com - Di tengah-tengah Pulau Sumatera ada reruntuhan negeri tua. Seorang ilmuwan Barat yang meneliti wilayah itu pada 1930-an, menjulukinya The Forgotten Kingdoms in Sumatera. Kini, area itu dikenal bernama Candi Muara Takus.
Seluruh penelitian ilmiah ala ilmu pengetahuan resmi, menyebut Candi Muara Takus di Riau, Sumatera ditemukan oleh Cornet De Groot.
JPNN mendapati arsip tulisan Groot yang menuangkan lawatannya ke Muara Takus. Judulnya, Kota Tjandi. Dimuat dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde, edisi 1860.
Dari naskah yang ditulis langsung oleh Groot tersebut, terang sekali bahwa dia bukan penemu Candi Muara Takus.
“Pada 16 Agustus 1858 saya ke Kampung Tanjung. Di XII Koto, sebuah wilayah merdeka. Berbatasan dengan negara-negara di bawah wilayah Belanda,” tulis Groot.
Kedatangannya ke sana untuk meninjau tebing Batang Kampar yang longsor.
Saat itulah, “saya diberitahu bahwa satu jam perjalanan dari situ ada reruntuhan batu bersusun. Tapi, tak ada jalan setapak ke sana. Agak jauh ke sungai,” sambungnya.
Kabar yang diterima oleh Groot, reruntuhan batu itu dibuat oleh Inggris. Dia penasaran. Dan langsung bergerak mendekati lokasi yang dimaksud.
Sesampai di Alahan Tigo—sebuah negeri menjelang lokasi reruntuhan batu yang mereka tuju--dia mendapat kabar dari penduduk setempat, bahwa negeri yang akan dituju bernama Koto Candi.
Setelah melihat langsung, Groot menulis, “segera memberi saya keyakinan bahwa susuan batu itu bukanlah sisa-sisa pendirian Inggris. Menurut pendapat saya, itu sisa-sisa masa Hindu.”
Dari apa yang dicatat Groot tersebut, jelas sekali bahwa dia bukan penemu Candi Muara Takus. Sebelum dia, masyarakat setempat sudah lebih dahulu tahu.
Apalagi, Groot juga menulis, seorang pejabat Belanda bernama Beijerinck bersama Letnan de Baas sudah pernah ke Kota Candi sebelum dirinya.
“Peta yang dibuat oleh Beijerinck tentang Kota Candi diinformasikan sebagai benteng lama. Kesalahan ini bukan berasal dari Beijerinck, dia mengabarkannya kepada Letnan de Bass yang pernah bersamanya mengunjungi Kota Candi. Karena tidak berkomunikasi dengan penduduk asli, menurut pemikiran mereka itu benteng Inggris kuno.”
Nah, para sarjana perawi sejarah. Yang menggelanggang di menara gading ilmu pengetahuan resmi. Begitulah kira-kira. --bersambung (wow/jpnn)
BACA JUGA: Lebaran, Pakaian Nabi Muhammad Selalu Merah
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pet, Nyerempet Sejarah Topi Copet
Redaktur & Reporter : Wenri