KPAI: Cara Guru di Cimahi Atasi Masalah PJJ Layak Ditiru

Sabtu, 27 Februari 2021 – 20:53 WIB
Retno Lisyarti. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang pendidikan Retno Listyarti menilai upaya guru-guru di Kota Cimahi dalam mengatasi masalah pembelajaran jarak jauh (PJJ) layak ditiru.

Pasalnya, para guru rela mengantar dan mengambil tugas-tugas peserta didiknya di rumah khusus mereka yang tidak memiliki handphone maupun alat daring lainnya.

BACA JUGA: KPAI Desak Kemendikbud Keluarkan Kebijakan Pembagian Ponsel untuk PJJ.

Para guru juga membantu pembelian alat daring secara bersama-sama melalui kegiatan guru peduli.

"KPAI mengapresiasi upaya dan kerja keras para guru dalam membantu para siswanya belajar dari rumah baik secara daring maupun luring," ujar Retno kepada wartawan, Sabtu (27/2).

BACA JUGA: Serikat Guru Nilai PJJ Sepanjang 2020 Tidak Maksimal, Bantuan Kuota Kurang Efektif

Sebelumnya, Retno melakukan pengawasan di Kota Cimahi pada 25 Februari 2021. Dalam kunjungan tersebut, Retno antara lain mendatangi SMPN 5 Kota Cimahi.

Retno juga bertemu dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi.

BACA JUGA: Senator Filep Desak Presiden Jokowi Segera Cabut Izin Investasi Miras di Papua

Pengawasan tersebut dilakukan terkait dugaan ribuan anak berpotensi tidak naik kelas karena tidak mengumpulkan tugas-tugas sekolah selama PJJ. 

"Objek pengawasan ada dua, yaitu permasalahan PJJ yang dialami ribuan siswa dan penyiapan buka sekolah tatap muka," kata Retno.

Kendala yang dihadapi terkait PJJ di antaranya adalah masalah alat daring, kuota internet dan wilayah blank spot. Dari keterangan yang diperoleh KPAI, ada sekitar 633 siswa SMP yang tidak memiliki alat daring. 

Adapun status kepemilikan handphone siswa SMP mayoritas adalah milik siswa sendiri sebanyak 18.048, 2.508 HP milik orang tua dan 633 tidak memiliki handphone maupun alat daring yang lain. 

"Selain permasalahan alat daring, ternyata anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dari rumah juga dikarenakan permasalahan lain," ucapnya.

Dalam kunjungan tersebut, ditemukan sejumlah permasalahan di antaranya masalah perceraian orang tua di masa pandemi sehingga anak-anak terganggu psikologinya.

Selain itu, adanya pengasuhan pengganti seperti ikut nenek atau kerabat terdekat lainnya, anak yang dibawa salah satu orang tuanya padahal masih proses perceraian.

Ada juga anak yang terpaksa mutasi (luar kota) karena orang tuanya sudah resmi bercerai, dan bahkan ada anak yang terstigma karena pernah terinfeksi Covid-19 dari klaster keluarga.

Program Guru Peduli

Menurut Retno, para guru melakukan pengumpulan bantuan setiap bulan. Dari dana yang terkumpul secara bertahap, para guru bisa membelikan handphone android untuk peserta didik agar bisa mengikuti sekolah online.  

“Dari program Guru Peduli SMP Negeri 5 Kota Cimahi, telah terbeli 7 telepon pintar dengan kisaran harga Rp 1,2 juta sampai Rp 1,5 juta,” ungkap Retno.(esy/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler