Krakatau Steel Disuntik Dana Asing

Rabu, 25 Agustus 2010 – 02:20 WIB

JAKARTA - PT Krakatau Steel (KS) Persero memanfaatkan dana pinjaman dari Eropa untuk mendukung program peningkatan daya saing senilai USD 570 jutaBUMN produsen baja terbesar di dalam negeri itu juga harus melakukan penyesuaian teknologi karena sudah ketinggalan zaman.
     
Direktur Utama PT KS, Fazwar Bujang, mengatakan bahwa KS butuh untuk melakukan revitalisasi dan upgrade teknologi pengolahan produknya

BACA JUGA: Mandiri Tambah Saham di Perusahaan Asuransi

Khusus untuk revitalisasi, dibutuhkan dana USD 220 juta dan 85 persennya sudah didapatkan dari pinjaman sindikasi bank Eropa asal Jerman, Austria, dan Italia yaitu  KFW Ipex dan HVB ( Hypo Vereinsbank).
     
Perbankan itu menawarkan skema Export Credit Agency (ECA) dengan bunga rendah yaitu 4,33 persen selama 10 tahun
"Namun revitalisasi ini belum cukup untuk meningkatkan daya saing KS karena keterbatasan pasokan energi yang berdampak pada tingginya harga produk," ujarnya di Kementrian Perindustrian, Selasa (24/8).
     
Karenanya, KS melakukan tender untuk proses pembuatan baja dengan teknologi baru yang lebih hemat listrik dan bahkan tidak lagi menggunakan gas karena digantikan dengan batu bara yaitu pembangunan Blast Furnace alias dapur tinggi

BACA JUGA: Holcim Genjot Sales lewat SR

Biaya untuk peningkatan teknologi mencapai USD 350 juta yang didapat dari tender dan sebagian besar dari dana alokasi IPO yang akan dilaksanakan November 2010.
     
Fazwar mengatakan, KS memang terlambat melakukan revitalisasi sehingga dampaknya dirasakan pada saat ini
"Kita terlambat melakukan upgrading secara kesinambungan

BACA JUGA: AQUA Go Privat Tuntas September

Sementara kita dihadapkan pada perubahan lingkungan bisnis, energy mahal dan langka, harga bahan baku menjadi lebih mahal lagi, dan jenis produk yang diminta lebih shopisticatedUntuk itu kami perlu melakukan revitalisasi yang signifikan," ulasnya.

Seharusnya, kata Fazwar, perusahaan yang berusaha menghasilkan keuntungan juga memperhitungkan beban depresiasi sehingga ada penyisihan dana"Penyisihan dana ini idealnya untuk Capex (Capital Expendeture) secara berkala dan secara rutin idealnya ada program penyesuaian kondisi peralatan, teknologi yang berkesinambungan, sehingga pabrik tersebut selalu dalam keadaan prima," tuturnya.
     
Dengan begitu Fazwar yakin KS bisa secara bertahap menyesuaikan daya saingnya seiring dengan perubahan teknologiSementara sekarang, meskipun terlambat, KS berupaya berlari kencang mempertipis ketertinggalan baik terhadap daya saing maupun teknologi.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka (ILMTA) Kementrian Perindustrian, Anshari Bukhari, mengatakan dengan penambahan kapasitas yang ada termasuk hasil kerjasama join venture dengan Posco, pada 2014 KS belum bisa memenuhi kebutuhan baja domestikSaat ini, kata Anshari, 40 persen kebutuhan baja adalah berasal dari impor"Masih terbuka untuk investasi lagi," ujarnya.

Utilisasi produk industri baja dalam negeri selama? lima tahun terakhir rata-rata hanya 56 persen dan perlu peningkatan"Industri baja mengalami cobaanKita sedang memperbaiki struktur industrinya sementara kita harus berpacu dengan kesepakatan-kesepakatan internasional," kata Direktur Industri Logam Kemenperin, I Putu Suryawirawan.

Putu menambahkan, di Indonesia selama ini hanya ada satu integrated steam mill yang mengolah dari mulai membuat besi sampai baja dan dirolling di ujungnya"Bersyukur baru saja ada MoU Posco (Korea Selatan) dan KS untuk membangun integrated steam mill yang kedua," terusnya.(gen)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BI Kaji Aturan Kepemilikan Saham Perbankan Nasional


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler