Kreasi Lulusan Akuntansi UGM Ini Patut Diacungi Jempol

Selasa, 20 November 2018 – 00:32 WIB
Adam Amrullah membuat sepatu dari kain stagen. Foto: FAIRIZA INSANI/RADAR JOGJA/JPNN.com

jpnn.com - Adam Amrullah prihatin terhadap eksistensi kain stagen yang mulai tergerus zaman. Dia berinovasi membuat produk sepatu berbahan dasar kain stagen.

FAIRIZA INSANI, Sleman

BACA JUGA: Titi Honorer K2: Kami Dipelihara dengan Janji Dijadikan PNS

Adam melihat banyak temannya yang kini tak tahu apa itu kain stagen. Terlebih saat ini kain tersebut juga jarang dipakai. Padahal zaman dulu, kain stagen cukup populer di kalangan perempuan.

Ia justru melihat adanya keunikan pada kain stagen. Di sisi lain, ia memiliki keinginan untuk melestarikan kain tersebut.

BACA JUGA: Tentang Aluh Idut, sang Perempuan Pejuang

Adam bersama beberapa temannya lantas menggagas sebuah ide. “Akhirnya kami buat konsep, memproduksi barang dari stagen yang biasa dipakai sehari-hari. Sepatu,” kata pria 28 tahun itu.

Sebelum membuat prototype, Adam melakukan survei. Mulai dari mencari penenun stagen, penjahit sepatu, hingga rancangan model. Sebelum memberanikan diri untuk menjual, ia melakukan trial and error.

BACA JUGA: Nurul Olah Daun Kelor jadi Masker Wajah, Omzet Rp 75 Juta

“Jadi sepatu yang kami buat dicoba dulu ke teman-teman. Enak apa nggak. Kurangnya di mana,” jelasnya.

Hingga akhirnya terciptalah sebuah produk sepatu berbahan kain stagen bernama Naray. Diambil dari bahasa Sanksekerta yang berarti harapan, Naray resmi berdiri pada Desember 2017.

Akan tetapi, Adam mulai merambah bisnis secara online pada Mei 2018. Naray pun dipasarkan lewat Instagram @naray.co dan official website yakniwww.naray.co. “Pembeliannya juga bisa langsung pakai website,” ucap Adam.

Lebih lanjut, pria alumnus Akuntansi UGM ini mengatakan, nama Naray sebagai representasi harapan para penenun. Pemilihan kata dari bahasa Sanksekerta pun menjadi cerminan kain stagen yang khas dengan budaya Indonesia.

Untuk kain stagen, Adam bekerja sama dengan salah seorang penenun di Kecamatan Moyudan, Sleman. Sementara itu ia merangkul penjahit sepatu dari Bandung. Sedangkan untuk desain merupakan ide gagasan dari Adam.

Adam tak sendiri. Bersama dua teman lainnya, masing-masing memiliki peran penting. Yakni content writer dan digital marketing. Dalam kurun waktu dua minggu, Adam dan timnya bisa menghasilkan 50 pasang sepatu.

Tak hanya sepatu, ada pula pouch dan cardholder yang dibuat dari sisa-sisa kain stagen. “Pokoknya kami sebisa mungkin nggak mau ada limbah sisa kain,” tutur Adam.

Bahkan, label brand Naray pun dibuat dari limbah sisa perajin kulit. Terkait pengemasan sepatu, Adam juga meminimalisasi penggunaan kantong plastik. Sebab, kardus sepatu yang digunakan memiliki tali jinjing sendiri.

Terkait keuntungan, ia mengaku cukup banyak yang diperolehnya. Begitu juga dengan para perajin. “Kalau kain itu kami beli dari perajin dengah harga yang mereka patok sendiri,” katanya.

Adam kerap kali memesan kain tenun stagen yang bermotif. Motifnya pun disesuaikan dengan tren anak muda saat ini. Pemesanan berdasarkan motif, diyakininya turut membawa keuntungan kepada perajin.

“Mereka jadi ikut tahu apa yang lagi disukai orang-orang saat ini,” ujar Adam. Pada sisi itulah ia merasa terus belajar bersama para perajin.

Hal itu pula yang nampaknya mampu membawa Adam bersama timnya maju sebagai juara 1 di ajang Soprema 2018, kategori kick off. Mulai dari persiapan proposal, riset, hingga presentasi, Naray berhasil menyaingi 30 semi finalis. Adam pun mengaku senang dan tak menyangka dengan prestasi itu.

Di sisi lain, Adam kerap menyertakan produk Naray di beberapa pameran seperti Festival Kesenian Yogkarta (FKY). Ia mengakui bahwa lewat pameran keuntungan yang diperoleh cukup besar. Terlebih ketika Naray diikutkan dalam sebuah pameran di Jakarta. “Kira-kira 60 persen itu pembelinya warga negara asing,” kata pria asli Jogjakarta ini.

Melihat kesempatan emas itu, Adam berharap bisa menembus pasar internasional. “Sekarang lagi muter otak bagaimana caranya bisa menyalurkan produk ke luar negeri,” tekadnya.

Ia juga berharap kelak bisa menggunakan warna-warna alami pada kain tenunnya. Tingginya animo masyarakat pun kian memacu semangatnya untuk mengembangkan Naray. Dengan kisaran harga Rp 319.000 - Rp 359.000, konsumen bisa membeli sepatu trendi kekinian lewat sentuhan tradisional yang unik. (laz)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Suami Nuril tak Bisa Membayangkan Istrinya Dijemput Aparat


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler