jpnn.com - JAKARTA – Kinerja penyaluran kredit bank asing kurang menggembirakanBerdasar data statistik perbankan Indonesia yang dirilis bank sentral, per April 2008, bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia telah menyalurkan kredit sebesar Rp 89,18 triliun
BACA JUGA: Kartel SMS Rugikan Rp 2,8 Triliun
Sepanjang empat bulan pertama tahun ini, outstanding kredit bank-bank asing cenderung bergerak stagnan
Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menyatakan, pelambatan kredit memang tidak bisa dihindari di tengah kondisi pasar yang dipenuhi ketidakpastian
BACA JUGA: Australia Jajaki Bisnis Regasifikasi
”Saya kira kondisi ini masih dalam batas toleransi, tidak terlalu mengkhawatirkan,” ujar Fauzi.Menurut dia, pelambatan kredit yang terjadi sepanjang empat bulan pertama ini tidak bisa diartikan bahwa prospek kinerja bank-bank asing kurang memuaskan
BACA JUGA: Investasi Eksisting Juga Penting
Indonesia masih jadi incaran ekspansi bisnis bank-bank asing,” terangnyaFauzi menuturkan, untuk penyaluran kredit bank asing, sampai akhir tahun ini akan terus tumbuhKenaikan harga BBM tidak akan berpengaruh terlalu lama”Imbas kenaikan harga BBM akan berlangsung paling lama tiga bulan, setelah itu pasar akan menyesuaikan diri,” ujarnya.
Karena itu, dia optimistis bank-bank asing masih akan mampu menyalurkan kredit secara maksimal”Untuk kredit korporasi saya kira tidak akan terpukul, terutama di sektor perkebunan dan pertambanganSektor-sektor tersebut yang akan jadi sasaran kredit dari industri perbankan,” paparnya
Porsi kredit yang akan tergerus, kata dia, adalah di sektor ritel yaitu kredit konsumsi”Sektor korporat tidak ada masalah, tapi di sektor ritel ini akan berjalan sangat lambat,” tuturnya
Kondisi tersebut, jelas Fauzi, disebabkan oleh tingginya inflasi yang tentu akan menggerus daya beli masyarakatDia mengakui hal tersebut akan menjadi pululan berat bagi asingSebab, sektor konsumsi selama ini mampu memberi kontribusi yang cukup signifikan bagi bank-bank asing”Tapi, secara umum tetap bagusKarena kita tertolong oleh sektor korporat, terutama di perkebunan dan pertambangan yang sedang booming,” ujarnya.
Terpisah, Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika mengemukakan, seiring dengan melambungnya inflasi, bank-bank harus mewaspadai terjadinya lonjakan kredit bermasalah (NPL/ non performing loan)”Naiknya NPL tersebut membawa konsekuensi turunnya pendapatan dan laba perbankan,” ujar doktor ekonomi lulusan Goettingen University, Jerman, tersebut
Dia juga menyarankan agar bank semakin berani berinovasi untuk memaksimalkan pendapatan nonbungaMisalnya, lewat jasa pembayaranSebab, naiknya suku bunga acuan sebagai konsekuensi melambungnya inflasi akan menggerus NIM (net interest margin) yang selama ini masih jadi sumber pendapatan bank(eri/fan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Gas USD 7,2 per MMBTU
Redaktur : Tim Redaksi