jpnn.com - SURABAYA - Meski terjadi perlambatan, pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) pada segmen menengah ke atas cukup tinggi. Di Jawa Timur (Jatim), nasabah segmen menengah masih menunjukkan daya beli yang tinggi pada rumah dengan harga Rp 500 juta sampai di atas Rp 3 miliar.
''KPR memang agak slow, tapi yang melambat itu lebih yang segmen menengah ke bawah. Kalau yang menengah ke atas, mereka masih punya duit,'' kata Regional CEO PT Bank Mandiri Tbk Jawa III Agus Haryoto Widodo kemarin (1/11). Dia mengatakan, kredit yang disalurkan (KYD) pada KPR mulai Januari hingga September 2015 mencapai Rp 591 miliar.
BACA JUGA: Menteri Yuddy: Saya Siap Pasarkan Pesawat Indonesia ke Luar Negeri
Menurut dia, perseroan mengalami aplikasi yang menurun pada KPR untuk segmen menengah ke bawah atau di bawah Rp 500 juta. Meski begitu, dia tetap membidik pasar tersebut. Dia pun menargetkan KYD KPR tahun ini mencapai Rp 1,2 triliun.
''Sepanjang harga semen dan harga bahan bangunan lainnya terkendali, kami optimistis harga rumah tetap stay. Sehingga, daya beli masyarakat masih bisa menjangkau pembelian rumah,'' ujarnya.
BACA JUGA: Ini Permintaan Khusus Menteri Yuddy untuk PT DI
Dia mengungkapkan, komponen yang harganya cukup fluktuatif adalah bahan bangunan untuk finishing rumah seperti cat. Sebab, exposure-nya terhadap nilai tukar rupiah cukup tinggi.
Sementara itu, Head of Consumer & Retail PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Kantor Wilayah Surabaya Arif Martianto menuturkan, pihaknya lebih menyasar nasabah untuk rumah kelas menengah ke bawah.
BACA JUGA: PT Dirgantara Indonesia Banting Stir ke Komersial
''Sebanyak 55 persen nasabah KPR itu menengah ke bawah. Untuk yang menengah ke atas, masih tumbuh baik. Tapi, memang secara jumlah nasabah ya lebih banyak yang menengah ke bawah,'' katanya. Non performing loan (NPL) masih terkendali di bawah 2 persen.
Pelonggaran loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia beberapa waktu lalu sebenarnya cukup memengaruhi aplikasi atau permintaan KPR. Terutama untuk kelas menengah ke bawah. Namun, hal itu juga dibarengi daya beli masyarakat yang turun lebih dulu. Akibatnya, efek pelonggaran LTV tersebut tidak bisa dirasakan sesegera mungkin alias masih butuh waktu.
''Sekarang ini nasabah masih wait and see terhadap suku bunga, akan seperti apa,'' ujarnya. (rin/c15/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Saran Menteri Yuddy untuk Kemajuan PT DI
Redaktur : Tim Redaksi