jpnn.com - JAKARTA – Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh 593 menjadi tempat penyelenggaraan Seminar Ocean Leader Forum III yang berlayar dari Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok menuju Kepulauan Seribu, Kamis (28/1). Seminar dengan topik “Peran Pemerintah, Stakeholder Kemaritiman dan Pelaku Bisnis dalam Penguatan Visi Poros Maritim Dunia” ini dilaksanakan setelah Penandatanganan Kesepakatan bersama antara TNI AL dengan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI).
Seminar yang diprakarsai pihak Institut Pertanian Bogor dan TNI AL ini berlangsung di atas KRI Banda Aceh yang sedang berlayar dari Dermaga Kolinlamil – Perairan Kepulauan Seribu dan kembali ke Dermaga Kolinlamil. KRI Banda Aceh-593 yang membawa ratusan peserta seminar bertolak pada Pukul 11.10 WIB menuju perairan Kepulauan Seribu dan akan kembali ke Tanjung Priok pada pukul 16.30 WIB.
BACA JUGA: Lino Siap Hadapi KPK di Jumat Keramat
Panglima Kolinlamil Laksamana Muda TNI Aan Kurnia, yang memiliki kewenangan dan bertanggung jawab terhadap pembinaan Angkutan Militer Nasional ini hadir dalam seminar di atas kapal jenis Landing Platform Dock yang dikomandani Letkol Laut (P) Edi Haryanto. Selain itu, turut hadir para Asisten Kasal, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Dimyati, para kepala dinas di lingkungan Mabesal serta sejumlah pejabat IPB dan Kemenristek dan Dikti.
Penandatanganan Kerja sama antara TNI AL – MRPTNI ini masing-masing oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi dan Rektor Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, yang mewakili Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia ini dilakukan dalam rangka jalinan kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat khususnya yang terkait dengan bidang kemaritiman.
BACA JUGA: Hadiri Natalan di DPR, Akom Tegaskan Komitmen Tolak Intoleransi
KSAL yang juga sebagai Keynote Speech mengatakan bahwa sebagai bangsa yang hidup dalam lingkungan maritim terbesar di dunia, penguatan kembali jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim perlu terus digelorakan dalam pembangunan nasional. Sebagai negara Kepulauan terbesar didunia, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam laut yang tak ternilai harganya, berupa sumber daya hayati dan non hayati dengan keberagaman yang besar. Disamping itu, posisi geografis Indonesia menjadi sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan laut internasional.
“Negara Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk memanfaatkan sekaligus andil yang sangat penting dalam menjamin keamanan pelayaran dunia dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik,” kata KSAL seperti dilansir dalam siaran pers Dispen Kolinlamil.
BACA JUGA: RJ Lino Siap Hadapi KPK
Seminar Nasional ini sengaja digelar di KRI Banda Aceh untuk memberikan pengalaman maritim bagi peserta.
Lebih lanjut, KSAL menegaskan berbagai kerawanan yang harus dihadapi Indonesia sebagai konsekuensi logis dari kondisi dan potensi yang dikandungnya diantaranya illegal unregulated unreported (IUU) fishing, transnational organized crime, illegal migrant, human trafficking, drug trafficking, perompakan, pembajakan dan masalah sengketa perbatasan laut dengan negara-negara tetangga.
“Cita-cita menjadikan bidang maritim sebagai basis ekonomi pembangunan harus didukung tekad yang kuat dan komitmen bersama dari para pengambil kebijakan dinegeri ini, baik pemerintah, stakeholder terkait, serta peran aktif dan dukungan dari segenap komponen bangsa,” tegas Laksamana Ade Supandi.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wagub AAL Tinjau Kesiapan Kapal Latih Taruna
Redaktur : Tim Redaksi