BACA JUGA: Antipenguasa Beraksi, PM Syria Mundur
Radiasi tinggi yang mencemari air, memaksa para pekerja di PLTN Fukushima Daiichi menghentikan proses perbaikan reaktor"Gempa bumi, tsunami dan insiden nuklir ini merupakan krisis paling parah yang melanda Jepang dalam beberapa dekade terakhir," ungkap Kan dalam siaran televisi nasional
BACA JUGA: Spider Man Taklukkan Gedung Tertinggi Dunia
Pemimpin 64 tahun itu juga mengakui bahwa dampak krisis nuklir yang sampai sekarang masih masih berlangsung itu tidak bisa ditebak"Kami akan berjuang keras agar bisa lepas dari krisis ini
BACA JUGA: SBY Serukan Adanya Gencatan Senjata di Libya
Kami juga akan terus melakukan pengawasan maksimal terhadap krisis yang terjadi," lanjut Kan yang kemarin mengenakan jaket berwarna biruPasca terjangan tsunami di pesisir timur laut Jepang pada 11 Mei, jaket biru menjadi semacam seragam bagi para diplomat dan pejabat pemerintah.Saat ini, krisis nuklir yang memaksa permukiman sekitar 20 kilometer dari reaktor tak berpenghuni itu menjadi prioritas utama pemerintahan KanApalagi, akhir pekan lalu, Tokyo Electric Power Co(TEPCO) angkat tanganPengelola PLTN yang terletak di Kota Okuma dan Futaba itu mengaku tidak sanggup lagi mengatasi krisis nuklir sendirianKarena itu, mereka lantas minta bantuan PrancisTerkait hal tersebut, Presiden Nicolas Sarkozy dijadwalkan tiba di Jepang besok (31/3).
Ditemukannya zat radioaktif pada perairan di sekitar reaktor, membuat TEPCO kewalahanTak ingin para pekerja terpapar radiasi tinggi seperti yang menimpa dua orang beberapa waktu lalu, TEPCO lantas menghentikan sementara aktivitas di PLTNProses pendinginan reaktor pun terpaksa hanya dilakukan dari jarak jauh, dengan mengandalkan mobil pemadam kebakaran dan pompa air.
Tiap harinya, ribuan ton air disiramkan ke enam reaktor yang ada di sana, menggantikan fungsi alat-alat pendingin otomatis yang rusak akibat gempa dan tsunamiUpaya pendinginan manual harus dilakukan agar inti nuklir tidak melelehTapi, sepertinya upaya tersebut kurang berhasilBuktinya, para ahli juga menemukan kandungan plutonium pada tanah di sekitar reaktor kemarin.
Konon, sampel tanah yang terbukti mengandung plutonium itu diambil dari lima titik berbeda di sekitar reaktorPara pakar mengambil sampel tanah itu sekitar sepekan lalu"Saya yakin, dua dari lima sampel tanah yang kami periksa itu berkaitan erat dengan insiden yang terjadi di reaktor pascatsunamiTapi, saya juga yakin bahwa kandungannya tidak berbahaya," terang jubir TEPCO.
Jika inti nuklir meleleh, zat-zat radioaktif yang terkandung di dalamnya akan terlepas ke udaraArtinya, radiasi akan dengan cepat menyelubungi kawasan yang lebih luas"Kami harus mencegah inti nuklir meleleh dan mengeringTapi, kami tidak punya pilihan lain kecuali terus memompakan air ke enam reaktor yang mengalami pemanasan," kata Sekretaris Kepala Kabinet Jepang, Yukio Edano.
Selain mendinginkan reaktor, upaya lain yang menjadi prioritas pemerintah adalah mencegah air yang terkontaminasi zat-zat radioaktif mengalir lebih jauhKarena itu, para pekerja membangun tanggul di sekitar kolam tampung yang digunakan untuk menyimpan sisa bahan bakar nuklir"Para pekerja membangun tanggul sederhana dari karung-karung berisi pasirTapi, tanggul permanen juga dibangun," lanjut Edano.
Pembangunan tanggul untuk mencegah meluasnya aliran air yang tercemar itu merupakan langkah penting yang diambil TEPCOSebab, tiap jamnya, air di sekitar reaktor itu terpapar radiasi sebesar 1.000 miliSievertsKadar tersebut empat kali lipat di atas batas normal radiasi yang bisa ditoleransi oleh para pekerja reaktorIndividu yang terpapar radiasi sebanyak itu akan langsung mual dan muntah-muntah.
Terpisah, Hidehiko Nishiyama dari Badan Pengawas Nuklir Jepang (NSA) mengatakan bahwa temuan plutonium pada sampel tanah di sekitar reaktor menunjukkan kerusakan inti nuklir"Jelas ada kerusakan inti plutonium," tandasnya kepada Kyodo NewsPaparan internal plutonium pada manusia, lanjut dia, sangat berbahayaSebab, plutonium bisa bertahan sampai puluhan tahun di dalam tubuh.
Dalam jumpa pers kemarin, untuk kali pertama, Edano mengakui ketidaksiapan Jepang dalam menghadapi krisisMenurut dia, standar pengamanan reaktor Fukushima Daiichi juga tidak mampu melindungi fasilitas tersebut dari terjangan tsunami"Persiapan kami tidak maksimalSetelah semua ini berakhir, kami harus mengevaluasi krisis yang terjadi dan meningkatkan standar pengamanannya," tandas Edano(AFP/hep/ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Larang Produksi Air Minum Bersumber dari Air Hujan
Redaktur : Tim Redaksi