jpnn.com, KARAKAS - Dampak terbesar krisis Venezuela bisa terlihat langsung pada perempuan-perempuan di negara itu. Mereka terpaksa menjual diri untuk bertahan hidup.
Mariza, seorang perawat bersertifikat melakukan perjalanan melintasi perbatasan dari Venezuela ke Kolombia dua tahun lalu. Dia meninggalkan ibu dan tiga anaknya.
BACA JUGA: Kondisi Terkini Venezuela: Obat Langka, Perban pun Habis
Seperti kebanyakan imigran dengan karier profesional, dia berharap menemukan pekerjaan di bidangnya sendiri. Namun ketika pintu berulang kali ditutup untuknya Mariza putus asa. Dia membuat keputusan yang sebelumnya tak terpikir sama sekali.
"Saya melayani satu pria hari ini dan satu pria lainnya besok," kata Mariza dilansir CNN, Selasa (12/2). Sebagai seorang ibu, ujar Mariza, dia harus menafkahi anak-anaknya.
BACA JUGA: Halangi Bantuan Kemanusiaan, Maduro Abaikan Penderitaan Rakyat Venezuela
Mariza bukan nama yang sebenarnya. Dia mengubah namanya demi melindungi identitasnya, seperti nama-nama lain dalam laporan ini.
"Ini membuat frustrasi karena saya menyadari saya terpaksa melakukan pekerjaan ini. Lima tahun belajar, mempersiapkan semuanya hanya berakhir sia-sia," katanya dengan air mata mengalir di wajahnya.
BACA JUGA: Bantuan AS Tiba, Warga Venezuela Olok-Olok Maduro
Sebagai perawat bersertifikat, pekerjaan 15 hari hanya cukup untuk membeli sekantong tepung. Bahkan pada saat itu Mariza tidak dapat menemukan barang-barang yang dibutuhkannya, seperti popok untuk bayinya.
Menurut Mariza, orang menghabiskan malam di luar toko, menunggu untuk diberi nomor keesokan paginya. Dengan tiket di tangan, pelanggan akan menunggu di luar untuk membeli apapun yang mungkin dimiliki toko hari itu.
"Kau tidak punya pilihan selain membeli apa pun yang ada dalam stok," katanya. (jpc)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rakyat Venezuela Kelaparan, Maduro Malah Halangi Bantuan
Redaktur & Reporter : Adil