jpnn.com, URENA - Presiden Venezuela Nicolas Maduro sepertinya tak peduli akan penderitaan rakyatnya sendiri. Buktinya, di tengah kondisi yang serba kekurangan akibat krisis ekonomi, dia malah menghalangi bantuan dari Amerika Serikat dan sekutunya.
Livia Vargas bergegas datang ke Urena, Venezuela, Rabu (6/2). Di kota yang berbatasan dengan Cucuta, Kolombia, itu kabarnya akan datang bantuan makanan dan obat-obatan untuk penduduk. Perempuan 40 tahun tersebut mengisi daftar tak resmi untuk masuk antrean penerima bantuan.
BACA JUGA: Krisis Venezuela: Maduro Mulai Bicara Perang Saudara
"Kami putus asa. Uang kami tak berharga. Maduro mungkin tak suka dengan bantuan ini, tapi dia harus memikirkan rakyatnya yang tak punya apa-apa untuk dimakan," ujarnya pada Reuters.
Kolombia memang menjadi tempat pelarian penduduk Venezuela. Per hari ada 3 ribu orang yang mengungsi. Saat ini total ada 1,1 juta penduduk Venezuela di Kolombia. Jumlah itu bisa tembus hingga 4 juta pada 2021 jika krisis di negara yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro tersebut tak kunjung usai.
BACA JUGA: Ssst..Oposisi Gelar Pertemuan Rahasia dengan Petinggi Militer
Namun, harapan Vargas dan Leonett bertepuk sebelah tangan. Bantuan kemanusiaan yang dikirim Amerika Serikat (AS) atas permintaan pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido itu belum jelas.
Bantuan serupa akan datang dari Kanada, Jerman, Kolombia, dan beberapa perusahaan Venezuela di luar negeri. Pemerintah AS menjanjikan bantuan USD 20 juta (Rp 279,6 miliar) dan Kanada USD 53 juta (Rp 741,05 miliar).
BACA JUGA: Makin Terpojok, Maduro Tangkap Tujuh Jurnalis Asing
Di lain pihak, Maduro juga tak tinggal diam. Dia mengirimkan militer untuk mencegah bantuan itu masuk ke negaranya. Sejak Selasa (5/2) Jembatan Tienditas yang menghubungkan Cucuta dan Urena diblokade dengan dua kontainer dan tangki minyak.
Tak ada harapan kendaraan yang mengirim bantuan bisa masuk. Pemblokadean itu langsung dikecam oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
"Rezim Maduro harus membiarkan bantuan sampai ke orang-orang yang kelaparan," cuit Pompeo di akun Twitter-nya seperti dikutip CNBC. AS dan sekitar 40 negara lainnya dari Eropa dan Amerika Latin telah mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela.
Bagi Maduro, pengiriman bantuan itu dilihat sebagai upaya untuk menggerogoti kekuasaannya. Terlebih selama ini dia menggunakan pemberian makanan bersubsidi sebagai alat untuk mendapatkan dukungan dari rakyat.
Diego Moya-Ocampos, kepala analis politik Amerika Latin di IHS Markit, mengungkapkan bahwa pengiriman bantuan tersebut menjadi ujian kesetiaan bagi pasukan bersenjata Venezuela.
Selama ini Maduro memang tak pernah mau menerima bantuan asing. Menurut dia, Venezuela bukanlah negara pengemis. Namun, saat ini 90 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
Minimnya stok makanan sampai membuat sebagian penduduk mengais sampah untuk mencari sisa makanan. Para tahanan memburu tikus untuk dimakan. Hewan-hewan di kebun binatang dibiarkan kelaparan. (sha/c6/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggap Maduro Kleptokrat, Uni Eropa Dukung Guaido
Redaktur & Reporter : Adil