Kronologi Banser di Rembang Meradang Gara-gara Dedengkot HTI

Jumat, 21 Agustus 2020 – 18:15 WIB
Anggota Banser. Foto: Elfany Kurniawan/JPNN

jpnn.com, PASURUAN - Ketua PC GP Ansor Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Saad Muafi membeberkan kronologi ratusan anggota Banser setempat menggerebek rumah seseorang yang dituding sebagai dedengkot Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Ratusan Banser meradang setelah Ketua PAC GP Ansor Rembang Gus Zainul menerima informasi bahwa seseorang pemilik akun Abdul Halim di Facebook telah menghina ulama NU Habib Luthfi bin Yahya, Rabu (19/8).

BACA JUGA: Inilah Penyebab Banser di Rembang Meradang

"Akun atas nama Abdul Halim yang kemudian diketahui beralamat di Rembang (Pasuruan, red) menulis status di mana isinya mengandung penghinaan terhadap NU dan khususnya kepada Habib Luthfi bin Yahya," ucap Muafi melalui layanan pesan kepada jpnn.com, Jumat (21/8).

Muafi lantas berkoordinasi dengan Kasat Korcab Banser Pasuruan Hariono. Hasil koordinasi itu ialah melakukan Ansor harus melakukan tabayun secara langsung kepada Abdul Halim.

BACA JUGA: Gus Yaqut: Jangan Ragukan Loyalitas Banser Pertahankan NKRI

Berikutnya pada Kamis (20/8) dini hari, tepatnya pukul 00.12, Hariono selaku Kasat Korcab Banser secara resmi mengeluarkan instruksi via WhatsApp Group kepada jajarannya untuk berkumpul dan melaksanakan apel pada pukul 09.00 WIB.

Sekitar pukul 10.00 WIB, Muafi bergerak memimpin aksi tabayun ke rumah Abdul Halim di Rembang dengan dikawal  sekitar 150 Banser. Pukul 10.30 WIB, rombongan tiba di tujuan dan bertemu langsung dengan Abdul Halim.

BACA JUGA: PBNU: Polri Harus Lebih Tegas Tindak Kelompok Radikal, Bukan Hanya HTI

"Dalam tabayun itu Abdul Halim mengakui semua apa yang dituduhkan PC GP Ansor Bangil bahwa akun itu memang benar miliknya. Status itu juga dia yang menulis," ungkap Muafi.

Proses tabayun itu juga dihadiri kepala desa dan muspika setempat. Dalam tabayun itu pula Abdul Halim mengaku  sering melakukan pertemuan dengan anggota HTI lainnya di sebuah lembaga pendidikan yang ada di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang.

Saat itu pula Muafi langsung bereaksi akan melaporkan Abdul Halim ke Polres Pasuruan. Selanjutnya, Banser bergerak ke lembaga pendidikan di Desa Kalisat yang sering dipakai sebagai tempat pertemuan anggota HTI.

Lokasinya tak jauh dari rumah AH. Namanya Yayasan Al Hamidy Al Islamiyah. "Di sana rombongan ketemu langsung dengan salah satu pimpinan yayasan yang bernama Zainulloh," jelas Muafi.

Ketika negosiasi dengan Zainulloh, salah satu pimpinan PC GP Ansor menemukan foto Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam kondisi dicoret-coret.

"Mata Pak Jokowi dicoret-coret. Diberi kumis. Yang menurut pandangan umum coretan itu menunjukkan bullying terhadap Pak Jokowi selaku presiden," jelas Saad.

Selain itu, di yayasan tersebut juga ditemukan banyak buletin terbitan HTI. Namun tidak ada bendera Merah Putih di tempat tersebut sekalipun masih dalam momen agustusan.

"Lucunya salah satu pimpinan yang lain ketika ditanya siapa Presiden dan Wakil Presiden, dia menjawab wakil presidennya adalah Amien rais," jelas Muafi.

Namun, tutur Muafi, dalam pertemuan itu Zainulloh selaku pimpinan HTI menolak menyatakan sikap untuk tidak lagi menyebarkan ideologi organisasinya. Zainullah malah  menantang Banser membawa persoalan itu ke ranah hukum.

Sontak Pimpinan Cabang GP Ansor Bangil di lapangan menyatakan sikap secara langsung. Saat itu, PC GP Ansor Bangil menyatakan akan memolisikan dedengkot HTI yang sudah menghina NU dan Habib Lutfi selaku panutan nahdiyini, serta presiden Jokowi sebagai kepala negara.

PC GP Ansor Bangil juga akan berupaya menempuh jalur hukum untuk menutup  Yayasan Al Hamidi Al Islamiyah pimpinan Zainulloh.

"Selanjutnya, PC GP Ansor juga akan mengirimkan surat permohonan untuk mencabut izin operasional lembaga pendidikan bersangkutan yaitu Yayasan Al Hamidy Al Islamiyah," pungkas Muafi.(fat/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler