Kronologi Pembubaran Acara KAMI di Surabaya Versi Gatot, Tiba-tiba Aparat Masuk

Rabu, 30 September 2020 – 20:46 WIB
Gatot Nurmantyo (tengah) saat deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi, Jakarta. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo menceritakan kronologi pembubaran kegiatan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Surabaya.

Cerita itu dia sampaikan saat menjadi pembicara pada acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, yang mengangkat tema 'Ideologi PKI Masih Hidup?' Selasa (29/9) malam.

BACA JUGA: Sindiran Anak DN Aidit untuk Petinggi KAMI, Menohok Banget!

Gatot menyebut KAMI Surabaya sebenarnya sudah dideklarasikan pada 18 Agustus lalu, bersamaan dengan deklarasi KAMI di Jakarta.

KAMI Surabaya kemudian berencana menggelar diskusi di Gedung Juang 45, Senin (28/9) kemarin.

BACA JUGA: Alhamdulillah, Hafidz Alwy Akhirnya Ditemukan, tetapi...

"Saya bilang tidak akan hadir kalau persyaratan belum lengkap, termasuk izin dari pemda. Acara itu juga mengundang ulama besar. Mereka ditempatkan di Gedung Jabal Nur, saya berangkat lewat darat dan dipersilakan untuk berbicara," ujarnya.

Menurut Gatot, hari itu setelah sarapan pagi, dirinya dan sejumlah ulama bermaksud berangkat ke Gedung Juang 45. Untuk melaksanakan diskusi seputar isu komunisme.

BACA JUGA: Tolong, Pak Polisi, Banyak Preman di Kramatwatu Serang, Sopir Dianiaya Sampai Kayak Begini, Sadis!

Sebelum berangkat, deklarator KAMI itu pun memonitor perkembangan terlebih dahulu.

"Kami monitor perkembangan, ternyata tidak ada peserta yang bisa masuk (ke Gedung Juang 45) karena ada demo. Ada (peserta) yang diperekusi dan lain-lain," ucapnya.

Dengan berbagai pertimbangan, Gatot kemudian menyampaikan pada para ulama untuk tidak berangkat ke Gedung Juang.

"Karena banyak kiai sepuh, jadi tidak usah ke sana. Silaturahminya di Jabal Nur. Saya diperkenalkan, demikian juga ketua-ketua kami. Waktu saya naik (berbicara), terdengar suara sound system (dari luar gedung). Saya lanjutkan berbicara," katanya.

Gatot kemudian menyatakan bersama sejumlah peserta diskusi lain bersyukur. Karena dengan adanya rencana diskusi KAMI, ada pihak yang berunjuk rasa.

"Ada demo berarti ada orang yang membayar," katanya.

Gatot mengaku pada pemaparannya di hadapan para ulama, mengingatkan. Agar saat melaksanakan sholat ada yang berjaga-jaga. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Tiba-tiba ada aparatur (masuk). Dia tidak bisa menunjukkan surat perintahnya. Saya bilang minta waktu sebentar, kalau tidak bisa terjadi keributan," katanya.

Setelah meminta para peserta untuk tenang dan meminta agar bersedia membubarkan diri, Gatot kemudian menemui para pengunjuk rasa.

"Saya di tengah-tengah kendaraan yang ada sound sytem. Saya melihat demo dibiarkan. Itu juga di dalam ruangan (tempat diskusi) ramai karena yang dari luar masuk," katanya.

Tak berapa lama setelah peristiwa tersebut, Gatot menelepon panitia dan menyatakan akan melaksanakan salat di sebuah masjid.

"Di situ pun saya sampaikan, bahwa yang demo saudara sendiri. Mereka nasibnya (mudah-mudahan) lebih baik. Ibu bapak (peserta diskusi) kan datang dengan menyisihkan uang. Kami doakan yang demo nasibnya tidak bisa seperti itu, ada yang berbaik hati memberikan ongkos. Agar kembali ke rumah masing-masing untuk bisa makan keluarganya," pungkas Gatot. (gir/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler