Kronologis Ambruknya Crane, Keluarga Korban Menantang Polisi Berkelahi

Rabu, 02 Agustus 2017 – 00:40 WIB
Insiden ambruknya dua mobil crane di samping Flyover Jakabaring dan samping masjid Al Fathul Akbar, Kelurahan 8 Ulu, Kecamatan SU I Palembang, kemarin (1/8). FOTO: EVAN ZUMARLI/SUMATERA EKSPRES/JPNN.com

jpnn.com, PALEMBANG - Insiden dua crane ambruk yang terjadi Palembang, Sumsel, kemarin (1/8) sekitar pukul 02.30 WIB dini hari, memicu kehebohan warga sekitar.

Mobil crane berwarna hijau merk Kobelco CKS800 dan 700, dengan berat masing-masing 70 ton dan 80 ton dan panjang lengan mencapai 25 meter, menimpa rumah penduduk di Jalan Gub HA Bastari, tepatnya di samping Flyover Jakabaring dan samping masjid Al Fathul Akbar, Kelurahan 8 Ulu.

BACA JUGA: Duh, Pelajar Pacaran tapi kok Kelewat Batas, Ya... Jadinya Begini

Sedikitnya ada sebuah warung semi permanen yang juga dijadikan tempat tinggal milik Harun dan tempat tinggal berupa ruko empat pintu milik H Syaiful dan istrinya Eliana (55) ambruk karena tertimpa crane ukuran “raksasa” tersebut disusul dengan girder (steel bok) yang ikut-ikutan jatuh menimpa atap ruko.

Para keluarga panik, korban diungsikan ke rumah saudara. Kejadian itu menjadi tontonan masyarakat baik dari atas flyover maupun yang menyaksikan langsung dari TKP.

BACA JUGA: Pasca-OTT Pungli Disdukcapil, Urus KK Jadi 2 Jam, Biasanya Nunggu Sebulan

Meskipun sudah dikelilingi police line, masyarakat yang penasaran tak segan menunggu lama-lama di sana sekaligus mengabadikan momen tersebut dengan ponsel mereka.

“Kami kira gempa bumi, karena dentumannya kuat sekali,” tutur Hakim (22), anak Syaiful, pemilik ruko.

BACA JUGA: Penetapan Tersangka Beras Oplosan Tunggu Hasil Labfor

Beruntung saat itu dia sedang tidur di rumah saudaranya yang berada di Kertapati. “Saat kejadian saya langsung ditelepon ayuk ipar, katanya tiang Waskita rubuh,” akunya.

Dia panic, langsung datang ke lokasi dan mengantar anggota keluarganya ke Rumah Sakit Muhammadiah Palembang sekitar pukul 03.00 WIB.

Cerita dari keluarganya yang sempat terjebak di dalam rumah, saat kejadian tanah yang menjadi penopang crane tak seimbang sehingga crane miring dan terbalik.

“Saat itulah terdengar bunyi dentuman dan tanah bergetar seperti gempa bumi,” lanjutnya.

Saat itu di dalam rumah ada tujuh orang anggota keluarganya yakni ibu, kakak, kakak iparnya dan empat orang keponakannya yang masih kecil.

Akibat kejadian itu, keponakannya, Rahma (2) mengalami luka robek di pelipis mata. Ibunya, Eliana (55) mengalami luka lecet di bagian lengan sebelah kanan-kiri serta luka lecet di kaki sebelah kanan.

Kakaknya Andre Satria (31) mengalami luka memar di bagian kepala dan luka lecet di kening sebelah kiri.

Namun setelah dilakukan perawatan di IGD RS Muhammadiah, semuanya pulang kerumah karena hanya mengalami luka ringan.

“Saat ini masih istirahat di tempat keluarga. Tidak ada yang boleh menemuinya,” tegasnya seraya menyebut keadaan Ibunya masih syok dan tak bisa bercerita apa-apa lagi.

Dikatakan, di dalam ruko tersebut, di belakangnya terdapat dua kamar yang memang merupakan tempat tinggal mereka. Ketujuh anggota keluarganya pun sempat terkurung dan tak bisa keluar saat kejadian, beruntung warga sekitar berusaha menolong dan menyingkirkan reruntuhan sehingga keluarganya tersebut bisa keluar dari kaca jendela kamar.

Amir (60) keluarga Syaiful yang tinggal di seberang rumah korban mengaku kalau sekitar pukul 02.30 WIB mendapatkan kabar dari tetangga korban.

Dia yang saat itu sedabng tidur pun mendadak terbangun karena mendengar suara dentuman yang sangat kuat.

“Saya yang menelepon Pak Syaiful yang saat ini sedang berada di Surabaya, saya kasih tahu kalau rumahnya ambruk,” lanjutnya.

Sementara itu, diduga sebagai seorang provokator, Andre, seorang pemuda dari keluarga korban tertimpa crane, terpaksa diamankan oleh pihak kepolisian sore kemarin saat proses evakuasi dilakukan.

Pria tersebut diamankan karena diduga menjadi provokator saat terjadi mediasi antara korban dengan pihak Waskita.

Tak terima karena rumah keluarga rusak berat akibat tertimpa crane, Andre terus berteriak bahkan menantang anggota Sabhara Polresta Palembang untuk berkelahi. Dengan nada emosi dia secara terus menerus memaki-maki anggota Sabhara.

Pengamanan pria ini pun sempat terjadi ketegangan, lantaran ia terus memberontak, diikuti keluarga lainnya yang terus membentak. Setelah diberikan penjelasan barulah dirinya bersedia ikut dibawa ke Satreskrim Polresta Palembang.

Kabag Ops Polresta Palembang Kompol Maruly Pardede membenarkan terkait adanya seorang anggota keluarga korban yang diamankan. “Tadi memang pada saat dilakukan upaya evakuasi kita amankan pihak keluarga supaya TKP stabil,” jelasnya.

Sementara itu Kapolresta Palembang, Kombes Pol Wahyu Bintono HB menjelaskan kronologis kejadian.

Awal kejadian, sekitar pukul 02.30 WIB dua operator (driver) Suhandri dan Bachtiar masing-masing membawa kendaraan crane crauler yang sedang mengangkat gerder (steel bok) tempat rel LRT ingin memasang steel bok dari bawah ke atas.

Ketika steel bok sudah di atas, crane kendaraan dengan berat 70 ton yang di bawa Andri, landasan aspalnya hancur dan amblas sehingga menyebabkan aspal disekitar crane (70 ton) ikut retak.

Maka yang terjadi crane terjungkal ke depan dan diikuti boom crane (80 ton) yang dibawa oleh Bachtiar ikut terjatuh.

Kemudian steel bok tersebut terjatuh di atas 2 rumah warga, mengakibatkan rusak dua rumah warga milik keluarga H Syaiful.

Andi dan Bachtiar langsung membantu warga mengevakuasi korban yang ada alam rumah H Syaiful.

Sementara itu Kepala Lapangan PT Waskita, Bambang menegaskan pihaknya siap memberikan ganti rugi. "Kami siap ganti rugi, tapi untuk hitungan jumlah rupiahnya belum tahu," imbuhnya

Terkait kesalahan yang dilakukan pihaknya, masih dalam penelitian. "Saya juga belum bisa mengatakan apa-apa," kilahnya. (chy)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Parkir Berbasis Online Diterapkan, Jukir Konvensional Demo di Kantor Dewan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler