jpnn.com, DEPOK - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyoroti rendahnya kualitas lulusan vokasi. Itu sebabnya, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) banyak yang tidak dipakai dunia usaha maupun industri dan hanya jadi pengangguran.
"Maaf-maaf saja, kualitas lulusan vokasi masih rendah. Setelah ditelusuri ternyata lulusannya banyak yang tidak sesuai kebutuhan industri," kata Darmin saat menjadi keynote speech dalam Dies Natalis XI Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Depok, Senin (22/7).
BACA JUGA: Prof Ojat Darojat Dukung Kehadiran Rektor dan Dosen Asing
Menurut Darmin, salah satu penyebab rendahnya kualitas lulusan SMK karena mata pelajarannya terlalu banyak yang normatif. Sedangkan mapel yang berkaitan dengan skill sangat sedikit.
Dia juga menyoroti keberadaan SMK yang tumbuh bak jamur di musim hujan. Namun, SMK ini didominasi swasta karena pemerintah provinsi sangat mudah mengeluarkan izin. Bahkan ada SMK yang siswanya hanya 70 orang
BACA JUGA: Ketum IGI: Pak Jokowi, Jangan Andalkan BLK Lagi
"Jangan-jangan sekolah ini hanya berharap dana BOS. Mereka buka jurusan administrasi perkantoran karena itu paling murah. Dapat gurunya juga mudah. Mestinya dibuka jurusan kekinian sesuai kebutuhan zaman," tuturnya.
BACA JUGA: Prof Ojat Darojat Dukung Kehadiran Rektor dan Dosen Asing
BACA JUGA: Universitas Terbuka Buka Program Doktoral Sistem Jarak Jauh
Dengan adanya Perjanjian Kerja Sama Universitas Terbuka dengan Program Pendidikan Vokasi UI dalam penyelenggaraan pelatihan online bersertifikat, lanjut Darmin, diharapkan ada peningkatan mutu lulusan vokasi. Seorang ABK, koki, dan profesi lainnya akan mudah bersaing bila ada sertifikat kompetensi.
"UT adalah model sendiri di mana metode belajarnya juga berbeda. Dengan penyelenggaraan pelatihan online bersertifikat akan memudahkan seseorang mendapatkan sertifikasi. Bisa dites di mana saja dan kapan saja," tuturnya.
Saat ini yang penting ada sertifikat kompetensi terutama di dunia industri. Namun, harus ada satu lembaga sertifikasi kompetensi yang terakreditasi. Sehingga sertifikasi yang dikeluarkan benar-benar diakui, perusahaan pun tidak perlu lagi melakukan banyak tes.
Rektor UT Prof Ojat Darojat yang menyampaikan orasi ilmiah tentang pendidikan jarak jauh (PJJ) mengungkapkan, pembelajaran online telah menjadi budaya baru yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Baik di negara maju maupun sebagian yang sedang berkembang seperti Indonesia.
"Bapak Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menegaskan, perguruan tinggi harus mempersiapkan pembelajaran dalam jaringan dalam bentuk hybrid atau blended learning berbasis online dengan merujuk pada Peraturan Menteri tentang standar Pendidikan Jarak Jauh. UT diminta jadi Cyber University," terangnya.
Menurut Ojat, proses globalisasi akan terus bergerak; tidak ada satu wilayah pun yang dapat menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global.
Pengembangan layanan bantuan belajar harus mengantisipasi kecenderungan global tersebut, terutama dalam konteks menyiapkan SDM yang berkualitas sehingga bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju.
Namun begitu, lanjut dia, kebijakan layanan pendidikan secara online learning harus dirumuskan dan implementasikan secara cermat, hati-hati, dengan tetap mengedepankan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.
Inovasi yang digagas dalam menerapkan berbagai model layanan online learning harus diarahkan dalam rangka mendukung kesuksesan program pemerintah dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Karena itu mempertimbangkan, sejumlah kelebihan penggunaan ICT dalam proses pendidikan, sangat penting bagi para staf akademik, administrator, policy makers, dan peneliti untuk bersama-sama memikirkan untuk dapat mengintegrasikan kemajuan yang dicapai dalam ICT pada penyelenggaraan pendidik yang bermanfaat bagi masyarakat luas, meningkatkan kapasitas SDM Indonesia agar bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju.
"UT banyak menerapkan online learning untuk mendukung misi pemerintah bagi perluasan akses pendidikan. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ) yang didirikan pemerintah Indonesia mengemban misi untuk memperluas daya jangkau atau meningkatkan kesempatan akses mengikuti pendidikan tinggi. Sehingga diharapkan kehadiran model pembelajaran secara online dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam jumlah yang lebih besar," bebernya.
Ojat mencontohkan dengan online learning sebagai moda utamanya, PTJJ dapat melayani jumlah mahasiswa yang lebih besar dan merata seperti Indira Gandhi National Open University (IGNOU) sebanyak 4.000.000 mahasiswa, Open University of China (OUC) 2.700.000 mahasiswa, dan Allama Iqbal Open University (Pakistan) 1,326,948 mahasiswa. Sedangkan UT Indonesia melayani 320.000 mahasiswa. (esy/jpnn)
Simak videonya berikut ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... UT Perkuat Kurikulum Pendidikan Karakter di Fakultas Keguruan
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad