Di Distrik Swat, untuk semua aktivitas yang dianggap Taliban tidak islami, pelakunya bakal dihukum beratMereka memanfaatkan kelemahan pemerintahan sipil Pakistan.
-----
TIAP kali jarum jam menunjukkan pukul delapan malam, tidak satu pun penduduk Distrik Swat di Provinsi North-West Frontier, Pakistan, yang berani mematikan radio
BACA JUGA: Rencana Rekonstruksi Gaza Berliku
Dengan penuh kecemasan, mereka terpaku pada siaran TalibanBACA JUGA: Gillibrand Gantikan Posisi Hillary
Sebab, sekali saja absen mendengar, para penghuni distrik strategis yang terletak di antara Islamabad, Peshawar, dan Rawalpindi itu bisa kehilangan kepala mereka''Mereka mengendalikan semuanya dari radio," ujar salah seorang penduduk Swat, seperti dilansir The New York Times, kemarin (25/1).
Dia sengaja tidak menyebutkan nama karena takut diburu Taliban
BACA JUGA: Obama Cabut Larangan Dana Aborsi
Menurut dia, ketakutan yang sama dirasakan seluruh penduduk distrik ituMereka tak akan pernah melewatkan siaran yang biasanya didominasi komando pimpinan lokal Taliban, Shah Doran.Hampir tiap malam, Shah Doran memaparkan definisi tentang aktivitas yang dianggap tidak islami versi Taliban di SwatDi antaranya, membeli DVD, menonton televisi berbayar, menyanyi sambil menari, mengkritik Taliban, mencukur jenggot, dan mengizinkan perempuan bersekolah.
Tapi, bagian yang paling membuat keringat dingin bercucuran adalah saat Shah Doran mengumumkan nama-nama warga yang baru saja dibunuh karena melanggar aturan Taliban ituJuga nama-nama warga lain yang segera dibunuh.
Di distrik makmur tersebut, setahun belakangan, Taliban memang semakin berkuasaItu terjadi setelah mereka berhasil menaklukkan para pemimpin lokal Swat dan menjadikan kawasan tersebut sebagai markasTidak kurang dari 1,3 juta penduduk di wilayah itu terpaksa bertekuk lutut di bawah komando para militan garis keras tersebutAturan-aturan yang dilahirkan Taliban pun lantas menjadi pedoman baku yang harus dipatuhi.
Setiap pelanggaran terhadap aturan yang ditegakkan Taliban berbuah hukuman dan kekejamanMisalnya, pemenggalan kepala di depan umum, pembunuhan, represi sosial dan budaya, serta siksaanDi awal kebangkitan mereka tahun lalu, Taliban memenggal kepala 70 polisiBelasan lainnya ditembak dan dibunuh.
"Saat itu, sedikitnya 150 petugas dilukai," ujar Malik Naveed Khan, pejabat kepolisian Swat.
Peristiwa itu meninggalkan trauma yang mendalam bagi aparat penegak hukum distrik tersebutSebagian besar anggota kepolisian distrik itu lantas memilih mundur dari jabatan merekaBahkan, mereka lantas memasang iklan pengunduran diri di surat kabar lokalTujuannya, Taliban tidak lagi memburu mereka hanya karena profesi yang digelutinya.
Namun, tidak demikian Farooq KhanPejabat madya kepolisian di Kota Mingora, Distrik Swat, itu memilih bertahan pada posisinya"Saya harus tetap bertahan dan membela tanah kelahiran kita," ujarnya, seperti disampaikan Wajid Ali Khan, saudara laki-lakinyaMalang bagi Farooq, bulan lalu dia diserang Taliban, lantas ditembak hingga tewas.
Sejumlah analis menyatakan, makin kuatnya eksistensi Taliban itu tidak luput dari kegagalan pemerintah sipil PakistanApalagi, setelah Jenderal Pervez Musharraf lengser dari kursi presiden dan digantikan Presiden Asif Ali Zardari, militer Pakistan menjadi labilMereka belum bisa menentukan kepada siapa mesti berinduk karena presiden kali ini sama sekali tidak mengenyam pendidikan militer.
"Inti masalahnya terletak pada pemerintahMereka sepertinya terbelah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan," kata Mahmood Shah, pensiunan Angkatan Darat Pakistan(hep/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumah Hancur, Hamas Beri Rp 5,5 Juta
Redaktur : Tim Redaksi