Kubu Jokowi Dianggap Menggampangkan Kekuatan Prabowo

Sabtu, 28 Juni 2014 – 11:16 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat komunikasi dari FISIP Universitas Airlangga Surabaya, Rendy Pahrun Wadipalapa mengatakan ada kepercayaan tinggi yang luar biasa di kubu Joko Widodo. Kepercayaan tinggi ini justru tidak membawa dampak positif tapi justru menjerumuskan jelang pemilihan presiden 9 Juli 2014. Elektabilitas Jokowi tergerus dan keterpilihan Prabowo Subianto meningkat.

"PDIP menganggap sebelah mata elektabilitas Prabowo. Menurut saya, psikologi politik yang dibangun PDIP ini terlampau prematur," kata Rendy saat dihubungi wartawan, Sabtu (28/6).

BACA JUGA: Debat Soal Iptek, JK Rajin Baca Buku

Rendy mencontohkan dengan ungkapan bahwa Joko Widodo bila dipasangkan dengan sandal jepit pun akan menang. “Saat itu banyak sekali pernyataan dari pengamat yang bilang jika Jokowi dipasangkan dengan sandal jepitpun bisa jadi Presiden," katanya.

Yang membuat keterpilihan Jokowi menurun karena terjadi polarisasi dalam tubuh PDIP. PDIP sendiri tidak satu kata dalam mengangkat Jokowi. “Polarisasi dan konflik internal inilah yang ikut menyurutkan elektabilitas Jokowi,” kata Rendy.

BACA JUGA: Mendagri Akui Pungli E-KTP Masih Marak

Strategi media menggunakan Jasmev menurut Rendy juga tak begitu banyak menngutungkan bagi Jokowi. “Dengan memakai Jasmev sebagai unjung tombak, dia hanya memindahkan strategi ketika gubernur Jakarta ke pemilihan presiden,” kata Rendy.

Jasmev adalah Jokowi Advance Social Media Volunteers. Pendukung Jokowi yang bergerak di social media ini diaktifkan kembali setelah untuk mengantarkan Jokowi ke Istana setelah

BACA JUGA: 59 Ribu Honorer Kemenag Jadi CPNS

Menurut Rendy, media sosial memang penting untuk mengejar kelas menengah sekaligus pemilih pemula. Namun tipikal pemilih Indonesia sangat berbeda dengan Jakarta.

“Kesibukan berlebihan di sosmed membuat timses Jokowi kecolongan dalam menggarap daerah dan massa riil,” kata Rendy.

Sebelumnya, Situs berita The Sidney Morning Herald, Kamis (26/6), melaporkan sejumlah lembaga survei yang memiliki hubungan dengan Joko Widodo menahan publikasi hasil surveinya.

Pasalnya, survei tersebut dikhawatirkan akan membuat mendorong para pemilih untuk mengalihkan dukungannya ke Prabowo Subianto.

Dalam pemberitaan disebutkan sejumlah narasumber telah dihubungi oleh Fairfax Media, kelompok media terbesar di Australia yang memiliki surat kabar Sydney Morning Herald (Sydney), The Age (Melbourne), dan Brisbane Times (Queensland).

Ada perubahan yang drastis, dimana sebelumnya, Jokowi memimpin dengan jarak dua digit, kemudian mengalami perlambatan kenaikan elektabilitasnya.

Laporan tersebut juga memuat tulisan Aaron L Connelly, peneliti Lowy Institute. Tulisan itu menjelaskan bahwa lembaga survei yang dipercaya seperti CSIS, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dan Indikator menunjukkan pertarungan antara kedua calon sama kuat. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tanpa Tafsir MK, Peraturan KPU Tidak Sah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler