jpnn.com - BLIDA – Burkina Faso sedang di ambang sejarah. Tim berjuluk The Stallion alias si kuda jantan itu pelan tapi pasti mengalami peningkatan dalam partisipasinya di ajang internasional. Prestasi paling puncak adalah tampil di final Piala Afrika 2013 Februari lalu, meski akhirnya kalah tipis 0-1 dari raksasa Afrika, Nigeria.
Di kualifikasi Piala Dunia 2014 Brasil babak ketiga, mereka siap mencetak sejarah baru tampil untuk pertama kali di sirkus paling akbar sepak bola dunia. Bekal ke sana sudah lumayan. Di leg pertama meladeni Aljazair, mereka menang 3-2.
BACA JUGA: Kamerun Jaga Tradisi Lolos Piala Dunia
Kini, mereka ditantang untuk menyempurnakan peluang di Stadion Mustapha Tchaker, Blida, Rabu (20/11) dini hari nanti. Hasil seri saja sudah membuat mereka menggenggam tiket ke Brasil.
Tapi, mereka tidak mau bermain bertahan. “Akan sangat buruk jika kita bertamu ke sana hanya untuk seri,” tegas bek Saidou Panandetiguiri seperti dikutip Goal.
BACA JUGA: Persib Bandung Pilih Format Dua Wilayah
Bek 29 tahun itu akan mengajak rekan-rekannya bermain menyerang. Itu lebih baik daripada sepanjang 90 menit menumpuk pemain di belakang bola. “Kami berkunjung ke sana untuk menang. Jika kami bermain bertahan, itu akan sangat sulit. Kita akan terus menekan mereka,” ungkap pemain Chippa United (Afrika Selatan) itu.
Burkina Faso kini memang berkembang. Sejumlah talenta muda mereka menghuni line up tim-tim Eropa. Mereka, antara lain, bek Bakary Kone (Lyon), Steeve Yago (Toulouse), gelandang Jonathan Pitroipa (Rennes), Bertrand Traore (Chelsea), dan striker Alain Traore (Lorient).
BACA JUGA: Rudi Bule Manajer Persikabo
Prestasi terakhir Burkina Faso juga jauh lebih baik dibanding Aljazair. Di Piala Afrika, Aljazair bahkan tidak lolos di fase grup. Mereka menjadi juru kunci grup D dan hanya meraih satu poin. Bandingkan dengan Burkina Faso yang justru sampai di laga puncak.
Tapi, negeri bertipe landlocked (tidak memiliki laut) itu akan datang ke Aljazair dengan handicap. Mereka pernah kalah 2-0 dalam laga persahabatan di venue yang sama. Meski berada dalam kondisi tertekan, kemenangan pada Juni lalu itu menyuntikkan optimisme para pemain Aljazair. Mereka tetap merasa dirinya sebagai favorit.
Pelatih Aljazair Vahid Halilhodzic tetap optimistis laga di kandang itu bakal menjadi milik mereka. Dasarnya adalah performa Aljazair dalam enam laga terakhir.
Mengantongi lima kali victory, mereka memimpin grup Grup H Kualifikasi Piala Dunia Zona Afrika. “Kami tidak pernah ingin benar-benar menang kecuali di laga ini,” katanya.
Ketinggalan 2-3, kata Halilhodzic, justru tantangan bagi timnya. “Tantangan ini justru sangat memotivasi kami. Kekalahan di leg pertama di Ouagadougou membuat saya merasakan penyesalan yang mendalam. Saya tidur tidak nyenyak selama seminggu setelah laga,” kata pelatih berkebangsaan Bosnia itu.
Gelandang Aljazair Medhi Lacen tidak kalah optimistis. Dia percaya tim akan lolos ke Piala Dunia untuk kali keempat dalam sejarah. “Kami selalu solid. Dalam masa sulit atau masa jaya. Meskipun kami tersingkir dari Piala Afrika kami tetap bersama,” katanya.
“Kunci untuk memenangi pertandingan ini adalah dengan berusaha tidak kebobolan satu gol pun. Ini sangat penting dan ini akan bergantung kepada kami. Tidak ada alasan untuk tidak bekerja keras,” katanya. (aga/ruk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PSSI Wacanakan Piala Nusantara
Redaktur : Tim Redaksi